Sabtu, 25 Agustus 2012

KHILAFAH 'ALA MINHAJIN NUBUWWAH MEMIMPIN PEMBEBASAN MASJID AL-AQSHA



بسم الله الرحمن الرحيم

Khutbah Idul Fitri 1433 H. / 2012 M.
Oleh : Ali Farkhan Tsani


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أَكْبَرُ ,الله أَكْبَرُ , الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ ,صَدَقَ وَعْدَهُ ,وَنَصَرَ عَبْدَهُ ,وَأَعَزَّ جُنْدَهُ ,وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَاإِلهَ إِلاَّالله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ ,مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ. فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَ وَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطّانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ‌ۚ وَذَٲلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ وَقَالَ اَيْضًا إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ وقال النبي صلى الله عليه وسلم لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُود. صدق الله العظيم وصدق رسوله النبي الكريم ونحن على ذلك من الشاهدين والشاكرين والحمد لله رب العلمين.



Ma’asyiral muslimin wal muslimat, rahimakumullah.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi-Nya, Sang Pemilik jagat raya, pemelihara langit cakrawala, dan bumi seisinya, kasih sayang-Nya tak terkira dan tak terhingga. Karunia-Nya mengiringi, derap langkah kaum muslimin pagi ini, berkumpul bersama hadiri shalat Idul Fithri, seraya berharap ridha ilahi. Sungguh bahagia segenap insani, yang telah menikmati berkahnya Ramadhan secara hakiki. Semoga kita terpilih di antara hamba-hamba-Nya mukmin sejati.Amin.

Idul Fihri, merupakan rangkaian penutup dan pamungkas dari rangkaian ibadah shaum Ramadhan. Mulai dari pelaksanaan rukyatul hilal di akhir Sya’ban, hingga ru’yatul hilal di akhir Ramadhan, menunaikan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Sehingga dengan “iimaanan wahtisaaban”, kita yakin dan penuh pengharapan. Semoga puasa kita adalah puasa yang dikabulkan. Shalat kita adalah shalat yang diperkenankan. Zakat shadaqah kita adalah zakat shadaqah yang diabadikan. Tadarrus Al-Quan kita adalah tadarrus yang berbalas ganjaran. Serta seluruh rangkaian ibadah sepanjang hari-hari Ramadhan adalah ibadah yang tercatat dalam timbangan kebaikan. Aamiin, yaa robbal ‘aalamiin.

Wasiat Taqwallah

Ayyuhas shooimuuna wal qooimuun.

Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat taqwallah. Marilah kita pelihara kualitas taqwa tanpa putus asa dan keluh kesah. Dalam suka maupun duka, bahagia maupun sengsara, miskin atau kaya, sendiri atau bersama-sama, sejak muda hingga tua, tetap dalam taqwallah.

Hal ini karena, derajat mulianya manusia di sisi rabb-Nya, adalah karena taqwanya semata. Bukan kekayaan harta yang dikumpulkannya, bukan pula penampilan fisik atau baju baru yang dipakainya, juga tidak karena tingginya pangkat jabatan yang didudukinya. Akan tetapi semata-mata karena taqwanya, keistiqamahannya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Sesuai dengan firman-Nya :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْ‌ۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬

Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ". (QS Al-Hujurat :13).

Di samping itu, Allah hanya akan memperkenankan ibadah dari hamba-hamba-Nya yang bertaqwa, seperti dalam ayat :
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ

Artinya : "Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa". (QS Al-Maidah : 27).

Dengan taqwa pula, Allah akan berkenan memberikan pertolongan kepada kita dalam menghadapi berbagai problematika hidup. Sebagaimana firman-Nya :

.....وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا .....وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مِنۡ أَمۡرِهِۦ يُسۡرً۬ا

Artinya : “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan [keperluan]-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan [yang dikehendaki]-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. .....Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS At-Talaq : 1-4).

Taqarrub Ilallah

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Saudara-saudara kaum muslimin muslimat yang berbahagia.

Kita telah ditadrib, dilatih sebulan penuh dengan kemudahan-kemudahan dalam melaksanakan amal ibadah selama bulan Ramadhan. Kini di bentangan kita ’Idul Fitri menanti dengan senang. Insya Allah kita kembali ke dalam fitrahnya sebagai hamba-hamba dari Allah, yang Pengasih dan Penyayang. Kembali kepada asalnya bahwa manusia adalah makhluk Allah yang berkewajiban memperibadatinya dengan ikhlas, tidak berbuat syirik, bersih dalam memurnikan kethaatan. Seperti ayat menyatakan :

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ‌ۚ وَذَٲلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketha’atan kepada-Nya dalam [menjalankan] agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS Al-Bayyinah : 5).

Juga pada ayat lain yang memperingatkan agar dalam bertauhid kita jangan setengah-setengah, jangan sampai mudah mundur gara-gara tersingungan, atau gampang lari dari ketha’atan gara-gara omongan, sebab kta sendiri yang akan mendapatkan kerugian.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

Artinya : “Dan di antara manusia ada orang yang mengabdi kepada Allah dengan berada di tepi (jurang), Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, maka berbaliklah ia ke belakang. Makarugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.“ (QS Al-Hajj : 11).

Selanjutnya, paska Ramadhan ini, kita ingin senantiasa menjadi hamba yang selalu berdzikir, hamba yang senantiasa bersyukur, dan semakin bertambahnya kesholihan pribadi kita di hadapan Allah. Sebagaimana wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, seperti beliau sampaikan kepada sahabat Mu’adz, dan tentunya untuk kita semua ummatnya :

اُوْصِيْكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

Artinya : “Aku wasiatkan kepadamu Wahai Mu’adz, agar setiap selesai shalat tidak meninggalkan untuk membaca doa, yang artinya : “Ya Allah, bantulah aku agar senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu”. (HR Abu Dawud).

Sehingga kita dapat melanggengkan ibadah taqarrub kepada Allah, kita merasa senang apabila melaksanakan shalat berjama’ah, kita bahagia jika dapat bertadarrus Al-Quran. Demikian pula kita rasanya merugi kalau melewatkan Shalat Lail. Kita ingin berlama-lama berdoa dan bermunajat kepada Allah Ta’ala. Karena begitu cintanya bahkan amat sangat cintanya kita kepada Allah, melebihi cinta kita kepada selainnya. Itulah refleksi dari ibadah di bulan Ramadhan, Insya Allah. Seperti yang Allah harapkan di dalam firman-Nya :

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادً۬ا يُحِبُّونَہُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِ‌ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبًّ۬ا لِّلَّهِ‌ۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعً۬ا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ
Artinya : “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS Al-Baqarah : 165).

Ukhuwah Islamiyyah

Ayyuhal ikhwatul muslimun.

Di samping dampak pribadi pada taqarrub ilallaah, kehadiran Idul Fithri juga dimaksudkan untuk merapatkan ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama kaum muslimin. Bahwa sesama orang-orang beriman itu sebenarnya adalah bersaudara, bersatu, berjama’ah, yang saling membantu, saling memaafkan, saling menghargai dan saling membawa rahmat bagi segenap alam.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS Al-Hujurat : 10).

Sabda-sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan :

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ.
Artinya : “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR Muslim).

Sampai-sampai sesama mukmin itu akan berwajah cerah bahagia manakala bertemu dengan sesama saudaranya sesama mukmin pula. Seperti yang diingatkan dalam sebuah hadits :

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُفِ شَيْئاً وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِيْقٍ

Artinya : “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (HR Muslim).

Bahkan kita disunnahkan untuk senantiasa saling mendoakan kebaikan sesama saudaranya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam senantiasa minta doa dari sahabatnya :

عَنْ عُمَرَبْنِ الْخَطَابِ قَالَ: اِسْتَأْذِنْتُ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ فِى الْعُمْرَةِ فَأَذِنَ لِي فَقَالَ: لاَ تَنْسَنَا يَا اُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ

Artinya : Dari Umar bin Khaththab berkata, “Aku minta izin kepada Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wasallam untuk melaksanakan umrah, lalu beliau mengizinkanku.” Kemudian beliau berpesan, “Jangan lupakan kami, wahai saudaraku, dalam doamu.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

Karena kita semuanya sesama mukmin adalah umat yang satu, Allah kita yang satu, agama yang satu yakni Islam, kiblat yang satu yaitu Masjid Al-Aqsha yang kemudian dipindahkan ke Masjidil Haram, serta panutan uswah dan qudwah kita yang satu pula Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Beberapa peringatan Allah mengingatkan kita, antara lain :

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Artinya : "Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali ‘Imran: 103 ).

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي
Artinya : "Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku”. (QS Al-Mu’minun : 52).

Lalu, bagaimanakah caranya bersatu dalam situasi dan kondisi abad kini, yang penuh dengan fitnah, keburukan, dan ketidakadilan di mana-mana? Jawabnya, seperti juga pernah ditanyakan oleh salah seorang sahabat mulia, Hudzaifah bin Yaman. Mari kia renungkan kembali hadits ini untuk kita amalkan bersama demi kebaikan kita dan Islam itu sendiri.
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Artinya: “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama'ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim).

Berkaitan dengan ayat dan hadits tersebut, Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim menjelaskan, “Bahwa Allah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk berjama’ah dan melarang mereka dari perpecahan. Demikian pula termaktub di dalam hadits-hadits yang memerintahkan umat Islam untuk berjama’ah”.

Di sinilah letak urgen dan strategisnya keberadaan seorang Imaam atau Khalifah dari kalangan orang-orang beriman, sebagai pemimpin yang bertugas memberikan arahan dan menggembala ummat menuju mardhotillah.

Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya : "Dan Kami jadikan di antara mereka itu para Imaam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS As-Sajadah : 24).

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَةِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Artinya : "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk kepada perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah.” (QS Al-Anbiya : 73).

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

Artinya : “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memperibadati-Nya dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu berpegang teguh dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berpecah-belah, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu. Dan Allah membenci kepadamu 3 perkara; 1). Dikatakan dan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak berfaidah).” (HR Ahmad dari Abi Hurairah).

Semoga Allah meridhai kita semuanya. Amin yaa robbal ‘alamin.

Jihad Fi Sabilillah

Jama’ah shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Setelah ibadah yang bersifat pribadi dengan Allah atau “hablum minallah”, kemudian dikembangkan menjadi ibadah antarsesama “hablum minannaas” hingga mempererat Ukhuwah Islamiyyah. Maka kehadiran Ramadhan juga diharapkan sanggup melipatgandakan ruhul jihad fi sabilillah dalam menegakkan kehormatan Islam dan muslimin. Sebab, tanpa adanya jihad fi sabilillah, maka begitulah nasib muslimin dihinakan, dilecehkan, dan dipinggirkan di mana-mana. Seperti saat ini di sebagian bumi ini, nasib umat Islam sedang terdzalimi dan tersakiti, seperti : di Iraq, di Afghanistan, di Suriah, di Uigur China, di Rohingya, dan puncak pendzalimannya terjadi di Palestina.

Sebab, Islam itu meliputi seluruh aspek ibadah. Mulai dari Rukun Islam hingga puncaknya jihad di jalan Allah. Sebagaimana saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabbal Radhiyallahu ’Anhu tentang jihad sebagai puncak urusan.

أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ كُلِّهِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ : بَلَى يَا رَسُولَ الله . قَالَ : رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ.

Artinya : “Sukakah aku kabarkan kepada engkau kepala segala urusan, tiangnya dan puncak ketinggiannya?” Saya (Muadz) berkata: “Pastilah, Duhai Rasulullah!” Jawab Rasulullah, “Kepala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak ketinggiannya adalah Jihad.”(HR At-Tirmidzi).

Hadits ini menerangkan puncak ketinggian dalam Islam adalah jihad. Jihad juga adalah satu amalan yang menjanjikan kemuliaan kepada hamba-Nya yang mengamalkannya. Dengan Jihad Islam dan umatnya akan menjadi tinggi, terhormat, lagi mulia di hadapan seluruh umat yang lain di bumi ini. Sedangkan tanpa Jihad, Islam dan umatnya akan menjadi hina tanpa wibawa, terombang-ambing bagai buih di hempasan gelombang, bagai makanan di atas meja menjadi keroyokan.
Mungkin, kita pernah membayangkan, seperti juga yang pernah dibayangkan oleh sahabat mulia, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. Bahwa suatu ketika ia melihat ada salah seorang berjalan-jalan di satu lembah, tampak olehnya sebuah mata air yang indah sehingga mengkagumkan dia. Abu Hurairah berkata, “Seandainya saya mengasingkan diri dari umat dan tinggal di lembah ini”. Akan tetapi setelah disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau memberikan nasihat :
لاَ تَفْعَلْ فَإِنَّ مُقَامَ أَحَدِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهِ فِي بَيْتِهِ سَبْعِينَ عَامًا. أَلاَ تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ الْجَنَّةَ ؟ اغْزُو فِي سَبِيلِ اللهِ مَنْ قَاتَلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَوَاقَ نَاقَةٍ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ.
Artinya : “Janganlah engkau melakukannya, karena sesungguhnya kedudukan seseorang kalian (yang berjuang) di jalan Allah adalah lebih utama daripada melakukan shalat dalam rumahnya selama 70 tahun. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunkan bagi engkau dan memasukkan engkau ke dalam Syurga? Berperanglah di jalan Allah, barangsiapa yang berperang di jalan Allah selama waktu memerah susu unta saja, maka wajib baginya syurga.” (Hadits Sahih Riwayat At-Tirmizi).

Sebaliknya, jika enggan melaksanakan jihad, maka akibatnya keburukan bagi dirinya sendiri seperti yang beliau sabdakan :

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ .

Artinya : “Bila kalian berjual beli dengan ‘inah (yakni riba dan penipuan), mengikuti ekor ekor sapi, menyukai bercocok tanam, dan kalian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan ke atas kalian yang tidak akan dicabut sehingga kalian kembali kepada agamamu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Adapun jihad itu sendiri haruslah dengan sungguh-sungguh, istiqamah, hanya karena Allah, tidak ada unsur-unsur pribadi, partai, dan politik. Akan tetapi semata-mata karena ingin meninggikan kalimah Allah, apapun yang terjadi. Seperti disebutkan dalam hadits :

عَنْ أَبِيْ مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ شَجَاعَةً، وَيُقَاتِلُ رِيَاءً فَأَيُّ ذَلِكَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةَ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ

Artinya : Dari Abu Musa Radhiyallahu ‘Anhu berkata, bahwasanya seorang pemuda datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, (bagaimanakah jika) seseorang berperang karena kekesatriaannya, dan seseorang berperang berperang karena keberaniannya, dan seseorang berperang karena ingin mendapatkan pujian (riya’)?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Barang siapa yang berperang karena ingin menegakkan kalimatullah, maka dia fi sabilillah”. (HR. Bukhari).

Apalagi dalam perjuangan besar membebaskan Masjid Al-Aqsha dari cengkeraman penjajahan Zionis Isarel. Haruslah dilawan dengan kesungguhan jihad secara berjama’ah, terpimpin, semata-mata karena Allah.

Pentingnya satu pimpinan dalam perjuangan Islam ini khususnya dalam pembebasan Masjid Al-Aqsha, telah disepakati pula dalam “International Conference for The Freedom of The Al-Quds and Palestine” di Bandung bulan Sya’ban lalu. Antara lain dikemukakan oleh DR Syeikh ’Aly Al-Abbasy (Imam Masjid Al-Aqsha Palestina), DR Ribhi Halloum (Koordinator Global March to Jerussalem Internasional asal Jordania), DR Daud Abdullah (Direktur Middle East Monitor London), DR Mahmoud Anbar (Universitas Islam Gaza), dan lainnya.

Kesimpulan mereka Tertuang di dalam Deklarasi Bandung untuk Pembebasan Al-Aqsha yang antara lain berbunyi, ”Guna menyatukan langkah perjuangan pembebasan Al-Quds atau Al-Aqsha dan Palestina tersebut disepakati mengamanahkan kepada Muhyiddin Hamidy (selaku Imaamul Muslimin atau Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah)) sebagai pemimpin bagi upaya-upaya untuk mempercepat pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina yang didukung oleh organisasi-organisasi internasional yang peduli dalam permasalahan Palestina”.

DR Ribhi Halloum dari Jordania, mantan duta besar Palestina di beberapa negara di dunia, yang beberapa bulan lalu mengkoordinir ratusan ribu manusia bergerak ke perbatasan Jordania-Palestina dalam agenda Global March to Jerussalem (GMJ), secara resmi mengirim surat kepada Jama’ah Muslimin (Hizbullah), yang isinya beliau siap diperintah dan menunaikan amanah dari Imaamul Muslimin untuk perjuangan pembebasan Al-Aqsha.

Demikian pula muslimah pejuang dari Islamic International University Malaysia, DR Rahimah, yang menyediakan hampir seluruh waktu, tenaga, pikiran dan aktivitasnya untuk perjuangan pembebasan Al-Aqsha. DR Rahima di Malaysia beserta pulusan Lembaga yang peduli Palestina dan ratusan umat Islam di Malaysia pun siap berjuang di bawah arahan Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah atau Jama’ah Muslimin (Hizbullah).

Allahu Akbar, Walillaahilhamd.

Apa maknanya segala pertolongan Allah ini untuk kita semua? Ini artinya bahwa insya Allah, Allah sedang mengantarkan Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah ini berada di pusaran perjuangan umat Islam, bersama kaum muslimin di segala penjuru alam ini, tidak lagi sendiri-sendiri, untuk berjuang mengembalikan Al-Aqsha ke pangkuan kaum muslimin dan memperjuangkan nasib muslimin internasional.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Walillaahilhamd.
Kekuatan dan kekuasaan siapakah gerangan yang dapat menggerakkan sekitar 300 peserta Konferensi Bandung yang berasal dari sekitar 15 negara di dunia itu untuk menetapkan Imaamul Muslimin sebagai Mandataris Konferensi? Kekuatan dan kekuasaan siapakah yang sanggup menaklukkan jiwa-jiwa para utusan dari berbagai Organisasi, Lembaga, baik pemerintah maupun swasta, maupun individu-individu, untuk bergerak dalam Pembebasan Al-Aqsha di bawah komando Khilafah ’Alaa Minhaajin Nubuwwah?

Jawabnya tidak lain dan tidak bukan adalah ayat-ayat, tanda-tanda kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa.

وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ

Artinya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar [keadaan] mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang [tetap] kafir sesudah [janji] itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nuur (24) : 55).

Berkaitan dengan ayat tersebut, Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim menjelaskan, ayat ini berkaitan dengan keadaan umat Islam tatkala masih berada di Mekkah. Selama lebih kurang 10 tahun lamanya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para shahabatnya beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mengamalkan ajaran Islam, secara sembunyi-sembunyi. Mereka dalam keadaan terdzalimi, tersiksa, dan serba penuh ketakutan. Namun belum diperintahkan untuk melawan dan berperang.

Hingga akhirnya, Allah memerintahkan mereka berperang setelah mereka berhijrah ke Madinah. Sejak saat itu, kaum muslimin malah hidup tetap dalam ketakutan. Karena mereka harus berjalan dan bangun tidur dengan menyandang senjata. Dalam keadaan seperti itulah, seorang shahabat bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Wahai Rasulullah, sepanjang waktu kami terus berada dalam ketakutan, lantas, kapan kami bisa merasakan keamanan dan bisa meletakkan senjata kami?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menjawab, “Sesungguhnya, tidak akan pernah kalian bersabar kecuali kalian akan mendapatkan kemudahan. Hingga seorang laki-laki di antara kalian dalam keadaan kaki terikat dikepung oleh pasukan yang besar, dan tidak ada satupun pelindung”. Lalu, turunlah ayat ini. Tak lama kemudian, setelah melalui seleksi iman dan amal sholeh, Allah Ta’ala akhirnya memenangkan Nabinya dan kaum muslimin atas seluruh jazirah Arab. Hingga kaum muslimin pun hidup aman, dan bisa meletakkan senjata mereka.

Perjuangan mengangkat kehormatan dan Muslimin melalui jihad dengan diri dan harta terus berlangsung, hingga kepemimpinan Islam itu meliputi dan menjadi trujukan bagi segenap kaum muslimin dan umat-umat lainnya dengan membawa misi rahmatan lil ‘alamin.

Lihatlah bagaimana perjuangan Khalifah Umar bin Khattab ketika membuka Palestina, pengorbanan Shalahuddin Al-Ayyubi ketika untuk kedua kalinya membebaskan Al-Aqsha, panglima muda Muhammad Al-Fatih ketika menaklukkan benteng Konstantiniopel. Dan insya Allah, seperti tertuang dalam Deklarasi Bandung tadi, era kepemimpinan Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah di bawah komando Imaamul Muslimin H.Muhyiddin Hamidy. Amin.

Hal ini insya Allah seperti yang dijanjikan di dalam cuplikan hadits shahih :
...ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Artinya : “.....Kemudian terjadi fase Khilafah yang mengikuti jejak kenabian”.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyimpulkan, “Harus diketahui bahwa kepemimpinan umat Islam merupakan salah satu kewajiban dien (agama) yang agung, bahkan dien (agama) tidak dapat ditegakkan kecuali dengan kepemimpinan. Hal ini karena tidak sempurna kemaslahatan anak keturunan Nabi Adam kecuali dengan berkumpul, karena sebagian mereka membutuhkan sebagian yang lainnya. Dan dalam perkumpulan ini harus ada pemimpinnya atau Imaamnya atau Khalifahnya.”

Allahu Akbar. Allahu Akbar. Laa ilaaha illallaahuwallahu akbar.
Allahu Akbar walillahilhamd.

Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah.

Dengan demikian, maka jelaslah posisi Jama’ah Muslimin (Hizbullah) sebagai perwujudan Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah benar-benar secara realita berada di tengah-tengah medan jihad fil ardh, bersama kaum muslimin lainnya. Hal ini seperti yang dimaklumatkan pada awal ditetapinya Hizbullah tahun 1953 yang antara lain berbunyi, “Bahwa Hizbullah tegak berdiri di dalam lingkungan kaum muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh bebuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedzoliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta'aruf antar bangsa”.

Karena itu, setiap ada problematika yang menyangkut kehormatan kaum muslimin, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) bertanggung jawab mengadakan perjuangan, baik melalui lisan dalam bentuk statemen pernyataan sikap, siaran pers, maupun upaya langsung memberikan santunan. Seperti ketika terjadi musibah di Banda Aceh, Jogjakarta, Pangandaran, dan ketika terjadi penindasan kaum muslimin di Uighur China, Libya, Rohingya Myanmar, terlebih di Palestina dan seterusnya.

Inilah insya Allah sebagian dari tanda-tanda kemenangan umat Islam dalam menghadapi hegemoni kuffar terutama Zionis Isarel. Sebagaimana yang pernah Allah janjikan di dalam Surah Al-Fath :

إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحً۬ا مُّبِينً۬ا .لِّيَغۡفِرَ لَكَ ٱللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنۢبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعۡمَتَهُ ۥ عَلَيۡكَ وَيَہۡدِيَكَ صِرَٲطً۬ا مُّسۡتَقِيمً۬ا .وَيَنصُرَكَ ٱللَّهُ نَصۡرًا عَزِيزًا .

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat [banyak].” (QS Al-Fath : 1-3).

Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Laa ilaaha illallahu wallahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd.


Adapun tentang perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha, mengapa Masjid Al-Aqsha? Mengapa harus dibebaskan? Mengapa mesti dibebaskan dengan berjama’ah dengan Imaamnya? Karena Allah dan Rasul-Nya mengajarkan demikian. Sehingga melaksanakannya pun berpahala.

Kita sudah tahu, berdasarkan ayat dan hadits, Masjid Al-Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam, tempat Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, masjid yang namanya tercantum di dalam ayat Al-Quran, tempat yang diberkahi, bumi para Nabi dan Rasul utusan Allah diturunkan di sana, tempat yang kita sangat dianjurkan untuk berziarah ke sana. Maka, kalau Allah dan Rasul-Nya saja memuliakan, kitapun demikian.

Survei historis membuktikan, seperti diketemukan dalam teori geopolitik bernama “The Heartland Theory”, yang dikemukakan oleh pakar geopolitik Inggris bernama Sir Halford Mackinder, yang kemudian dipopulerkan oleh seorang Prof Karl Haushofer, guru dari Adolf Hitler, menyimpulkan bahwa Palestina tempat Masjid Al-Aqsha berdiri, adalah jantungnya dunia. Maka siapa yang ingin menguasai dunia, kuasai Palestina. Siapa yang ingin membuat dunia sejahtera, bebaskan Al-Aqsha Palestina.

Dan ini terbukti dalam sejarah beberapa ribu tahun, bahwa manakala Al-Aqsha dan Syam (termasuk Palestina di dalamnya) dalam kepemimpinan Khilafah, maka tenteramlah dunia. Tetapi ketika dikuasai selain Islam, maka kacau dunia. Seperti sekarang dikuasai Zionis Israel, yang jelas-jelas bukan pemiliknya. Jadi, ia harus dikembalikan lagi kepemilikannya ke pangkuan umat islam.

Maka, ketika Konferensi Bandung 4-5 Juli menghasilkan keputusan bahwa perjuangan pengembalian Al-Aqsha ke pangkuan umat Islam harus dipercepat di bawah satu pemimpin Islam. Beberapa hari kemudian, 25 Juli, Zionis Israel teriak kesakitan melalui Jaksa Agung Israel Vainshtein, yang mengklaim Masjid Al-Aqsha, kawasan umat muslim Palestina, adalah bagian dari Zionis Israel. Padahal selama ini tidak pernah bicara seperti itu. Tak kalah sengitnya, Capres Amerika, Mitt Romney pun tangal 29 Juli mengklaim bahwa Jerusalem atau Al-Quds adalah ibu kota Zionis Israel.

Menghadapi klaim statemen itu, alhamdulillah di tengah kesibukan umat dalam urusannya masing-masing, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) melawan klaim itu dengan statemen kecaman keras ke jantung Zionsi Israel, bahwa Al-Aqsha dan kawasan sekitarnya yang diberkahi adalah hak umat Islam. Dan siapapun yang akan merampas hak umat Islam, maka ia akan berhadapan dengan seluruh umat Islam sedunia.

Jadi, persoalannya adalah karena ini perintah Allah dan Rasul-Nya untuk membebaskan Al-Aqsha. Seperti yang pernah disampaikan sahabat Abdullah bin Rawahah salah satu panglima Perang Mu’tah. “Demi Allah! Apa yang tidak kalian sukai dalam kepergian ini sebenarnya adalah sesuatu yang kita cari, yaitu mati syahid. Kita memerangi mereka karena Islam memerinthkan seperti ini, yang dengannya Allah memuliakan kita. Maka berangkatlah! Karena di medang juang sana hanya ada satu dari dua kebaikan yang akan kita jemput : kemenangan atau mati syahid.”

Dan untuk itu, kita berjuang secara integral, yang kita cita-citakan bagaimana Al-Aqsha bebas dan Palestina merdeka. Setelah bebas dan merdeka, insya Allah perjuangan dan pembangunan apa saja bisa masuk. Kita tahu, walaupun masih ada masalah di sekitar kita, tetangga yang dhuafa, problematika pendidikan, dsb. Akan tetapi ini persoalannya masjid tempat suci yang dinodai dan hendak dorobohkan, saudara-saudara kita mulai bayi sampai orang jompo dibunuhi tiap detik. Apakah ini akan dibiarkan berlangsung di depan mata kita tanpa ada perlawanan sama sekali?

Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita tentang kewajiban berjihad dengan harta dan jiwa, melalui beberapa ayat dan hadits:

وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذۡكَرَ فِيہَا ٱسۡمُهُ ۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ مَا كَانَ لَهُمۡ أَن يَدۡخُلُوهَآ إِلَّا خَآٮِٕفِينَ‌ۚ لَهُمۡ فِى ٱلدُّنۡيَا خِزۡىٌ۬ وَلَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬
Artinya : "Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya [masjid Allah], kecuali dengan rasa takut [kepada Allah]. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat". (QS Al-Baqarah : 114).

مَا مِنْ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلَّا خَذَلَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ. وَمَا مِنْ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا نَصَرَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَه

Artinya : “Tidaklah seseorang yang membiarkan seorang Muslim di tempat dimana kehormatannya dilanggar dan dilecehkan, kecuali Allah akan membiarkannya di tempat yang ia menginginkan pertolongan-Nya di sana. Tidaklah seseorang menolong seorang Muslim di tempat yang kehormatannya dilanggar kecuali Allah akan menolongnya di tempat yang menginginkan ditolong oleh-Nya,” (HR Abu Daud dan Ahmad).

لاَ يَدَعُ قَوْمٌ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ ضَرَبَهُمُ الله بِالْفَقْرِ

Artinya : “Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fie sabilillah, melainkan Allah timpakan kefakiran terhadap mereka.” (HR Ibnu ‘Asakir).
فُكُّوا الْعَانِيَ وَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ، وَعُودُوا الْمَرِيضَ

Artinya : “Bebaskan orang yang sedang tertawan, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, dan jenguklah orang sedang sakit”. (HR Bukhari).
Juga peringatan khusus tentang pembelaan kita terhadap Al-Aqsha, baik langsung ke sana atau melalui pengriman doa dan bantuan, seperti termuat dalam hadits,:

عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ ، فَقَالَ : " أَرْضُ الْمَنْشَرِ والْمَحْشَرِ، إَيتُوهُ، فَصَلُّوا فِيهِ ، فَإِنَّ صَلَاةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلَاةٍ . قَالَتْ : أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ نُطِقْ أَنْ نَتَحَمَلَ إِلَيْهِ أَوْ نَأْتِيَهُ ؟ , قَالَ : " فَأَهْدِينَ إِلَيْهِ زَيْتًا يُسْرَجُ فِيهِ ، فَإِنَّ مَنْ أَهْدَى لَهُ كَانَ كَمَنْ صَلَّى فِيهِ

Artinya : "Dari Maimunah maula Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Ya Nabi Allah, berikan fatwa kepadaku tentang Baitul Maqdis". Nabi menjawab, “Tempat dikumpulkanya dan disebarkanya (manusia). Maka datangilah ia dan shalatlah di dalamnya. Karena shalat di dalamnya seperti shalat 1.000 rakaat di selainnya". Maimunah bertanya lagi, "Bagaimana jika aku tidak bisa". “Maka berikanlah minyak untuk peneranganya. Barangsiapa yang memberikannya, maka seolah ia telah mendatanginya.” (HR Ahmad).

Dan ini pulalah yang terbayang di hadapan kita bagaimana perlawanan itu akan dimulai pada akhir jaman ini.

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُود

Artinya : ”Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan Yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai Yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon: ”Wahai muslim wahai hamba Allah ini Yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia kecuali pohon Gorqhod karena ia adalah pohon Yahudi”. (HR Muslim).

Demikianlah jamaah idul fitri yang dimuliakan Allah.

Akhirnya, secara khusus kepada kaum muslimat, Khatib pesanan kalian pandai-pandai bersyukur kepada Allah, berterima kasih kepda suami, berbakti kepada orang tua, serta tidak ketinggalan menopang perjuangan jihad fi sabilillah.

Allah mengingatkan di dalam firman-Nya :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّبِىُّ إِذَا جَآءَكَ ٱلۡمُؤۡمِنَـٰتُ يُبَايِعۡنَكَ عَلَىٰٓ أَن لَّا يُشۡرِكۡنَ بِٱللَّهِ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا يَسۡرِقۡنَ وَلَا يَزۡنِينَ وَلَا يَقۡتُلۡنَ أَوۡلَـٰدَهُنَّ وَلَا يَأۡتِينَ بِبُهۡتَـٰنٍ۬ يَفۡتَرِينَهُ ۥ بَيۡنَ أَيۡدِيہِنَّ وَأَرۡجُلِهِنَّ وَلَا يَعۡصِينَكَ فِى مَعۡرُوفٍ۬‌ۙ فَبَايِعۡهُنَّ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُنَّ ٱللَّهَ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬
Artinya : “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk berbai’at, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah bai’at mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Mumtahanah : 12).

Semoga kaum muslimat semuanya menjadi wanita shalihat yang diridhai Allah Subhananhu Wa Ta’ala. Amin Yaa Robal ‘alamin.

Terakhir, marilah kita tundukkan jiwa, rendahkan hati, untuk munajat doa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Pada hari fitri ini, mulai detik ini, marilah kita bertaubat dengan taubatan nasuha, kembali ke jalan yang diridhai-Nya, kembali memperbaiki amal ibadah kita yang selama ini kurang sempurna, kembali ke barisan jihad secara berjama’ah.

Ingatlah saudara-saudaraku seiman seperjuangan, bahwa kelak kita akan menghadap Allah satu per satu tanpa ada yang menemani kecuali amal sholih kita sendiri selama kita hidup di dunia yang fana ini. Lalu kita akan mempertanggungjawabkan segala apa yang telah kita katakan dan apa-apa yang sudah kita kerjakan, kita amalkan.
Doa
الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ اْلحِسَابِ اِهْزِمِ اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى كُفَّارِ أَمِيْرِكَ وَيَهُوْدِ إِسْرَائِيْلَ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

Ali Farkhan Tsani
d.a. : Pondok Pesantren “Al-Fatah” Cileungsi, Bogor, 16820.
Telp./Faks. : 021-82498933. HP : 082182036019.
Email : alifarkhan@gmail.com. Website : www.radioalfatah.com.
FB : Ali Farkhan Tsani

http://jamaahmuslimin.com/radioalfatah/index.php/artikel/khilafah-ala-minhajin-nubuwwah/275-khilafah-ala-minhajin-nubuwwah-memimpin-pembebasan-masjid-al-aqsha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar