Pondok Pesantren Al-Fatah terus melesat laksana roket.
Bukan hanya sebagai pusat pendidikan Islam, tapi juga menjadi pusat perjuangan
Islam dalam menghadapi musuh Islam dan dunia, yaitu Zionis Yahudi. Dahsyatnya
pengaruh Global March to Jerusalem (GMJ) dalam menekan Israel dan kuatnya gaung
Konferensi Internasional untuk
Pembebasan Al-Aqsha dan Palestina di Bandung dalam merangkul persatuan para tokoh internasional, tak lepas
dari peran besar Ponpes Al-Fatah. Dan dua langkah besar terakhir yang
dijalankan Ponpes Al-Fatah adalah pengiriman 21 mujahid bersama Mer-C ke Gaza
dan didirikannya kantor berita Islam Mi’raj News Agency (MINA) kelas
internasional.
Membicarakan Ponpes Al-Fatah, berarti membicarakan satu
jaringan pondok pesantren di Indonesia. Ponpes Al-Fatah berpusat di Jl.
Pasirangin Cileungsi, Bogor. Memiliki 20 cabang yang tersebar di berbagai
wilayah Indonesia.
Sosok Al-Fatah
Nama Al-Fatah berasal dari nama Wali Al-Fatah. Wali Al-Fatah adalah seorang Muslim
dan bergelar Akademis Doktor di bidang Politik. Nama Wali Al-Fatah tidak begitu
dikenal dalam sejarah Indonesia namun beliau termasuk pendiri Partai Politik
Masyumi yang didirikan pada tanggal 7 November 1945, bersama Mr. Kasman Singodimedjo dan
beberapa tokoh ormas Islam lainnya. Dalam Kepengurusan Partai Masyumi beliau
menjabat sebagai Ketua Muda II. Nama beliau dapat dilihat dalam buku Biografi
K.H. Hasyim Asyharie dalam susunan Kepengurusan Partai Masyumi.
Dengan latar belakang Akademisnya tersebut, Presiden Soekarno mengangkatnya menjadi Kepala Biro Politik (Bukan Badan Inteligen) dibawah Departemen Dalam Negeri. Nama pemberian orang tua kepada beliau ketika lahir, sebenarnya bukan Wali Al-Fatah, namun ketika beliau masih kecil, seorang Ulama yang mengetahui bahwa beliau masih keturunan Raden Fatah yang menjadi Sultan Demak pertama, putra Syeikh Maulana Malik Ibrahim yaitu guru para Wali di Nusantara, maka Ulama tersebut mengganti namanya dengan nama Wali Al-Fatah.
Dengan latar belakang Akademisnya tersebut, Presiden Soekarno mengangkatnya menjadi Kepala Biro Politik (Bukan Badan Inteligen) dibawah Departemen Dalam Negeri. Nama pemberian orang tua kepada beliau ketika lahir, sebenarnya bukan Wali Al-Fatah, namun ketika beliau masih kecil, seorang Ulama yang mengetahui bahwa beliau masih keturunan Raden Fatah yang menjadi Sultan Demak pertama, putra Syeikh Maulana Malik Ibrahim yaitu guru para Wali di Nusantara, maka Ulama tersebut mengganti namanya dengan nama Wali Al-Fatah.
Setelah menjadi Kepala Biro Politik, Wali Al-Fatah
mendapat keterangan dari beberapa Ulama yang beliau kenal, diantaranya K.H.
Maksum dari Muhamadiyah, bahwa sunnah dalam menegakkan Islam itu adalah Jama'ah
Imaamah, maka beliaupun menyadari bahwa Politik bukanlah jalan untuk
menegakkan dinul Islam.
Karena telah jelas bagaimana sunnah dalam menegakkan
Islam, yaitu dengan sunnah Jama'ah Imaamah, maka Wali Al-Fatah berupaya
menyampaikan hal ini kepada kaum muslimin, baik ulama, zuama maupun umat muslim
lainnya dengan mengadakan Kongres Muslimin. Kongres Muslimin yang pertama dilaksanakan di Medan pada tahun
1950. Kongres Muslimin yang kedua dilaksanakan di Masjid Agung
Sunda Kelapa - Tanjung Priok - Jakarta pada tahun 1952. Kongres Muslimin
yang ketiga dilaksanakan di gedung Bapenas Jl. Untung Surapati-Jakarta pada tahun
1953.
Pada kongres Muslimin yang ketiga inilah muncul sembilan orang yang membenarkan apa yang diserukan oleh Wali Al-Fatah bagaimana sunnah dalam menegakkan Islam di muka bumi ini. Dengan keyakinan bahwa hal itu harus segera diamalkan maka sembilan orang tersebut meminta kesediaan Wali Al-Fatah untuk menjadi Imam. Dengan halus Wali Al-Fatah menolaknya dan mengembalikan kepada sembilan orang tersebut mungkin ada yang bersedia untuk menjadi Imaam. Namun tidak satupun diantara mereka yang bersedia dan mereka kembali meminta Wali Al-Fatah agar bersedia menjadi Imam. Sekali lagi Wali Al-Fatah menolak dengan alasan bahwa diantara mereka ada ulama, diantaranya yaitu adalah K.H. Maksum maka beliau meminta kepada ulama yang ada tersebut agar bersedia untuk menjadi Imam. Akan tetapi tidak ada dari ulama tersebut yang bersedia menjadi Imam bahkan mereka mengatakan bahwa Ilmu yang mereka miliki adalah untuk menguatkan kepemimpinan Wali Al-Fatah.
Dengan rasa tanggung jawab terhadap Islam dan muslimin, maka akhirnya Wali Al-Fatah menerima amanat sebagai imam. Setelah sekian lama perjuangan menyampaikan syari’at berjama’ah, maka pada tahun 1976 mulailah dirintis pembangunan pondok pesantren pertama di sebuah hutan di Natar, Lampung. Pada tahun ini pula, Wali Al-Fatah wafat. Maka sesuai syari’at Islam, kepemimpinan beliau selaku Imam bagi kaum Muslimin harus ada yang menempati sebagai pemimpin. Maka amanat itu diberikan kepada Muhyidin Hamidi. Dan ponpes yang dibangun pun diberi nama Al-Fatah, nama Imam Jama’ah Muslimin yang pertama.
Pada kongres Muslimin yang ketiga inilah muncul sembilan orang yang membenarkan apa yang diserukan oleh Wali Al-Fatah bagaimana sunnah dalam menegakkan Islam di muka bumi ini. Dengan keyakinan bahwa hal itu harus segera diamalkan maka sembilan orang tersebut meminta kesediaan Wali Al-Fatah untuk menjadi Imam. Dengan halus Wali Al-Fatah menolaknya dan mengembalikan kepada sembilan orang tersebut mungkin ada yang bersedia untuk menjadi Imaam. Namun tidak satupun diantara mereka yang bersedia dan mereka kembali meminta Wali Al-Fatah agar bersedia menjadi Imam. Sekali lagi Wali Al-Fatah menolak dengan alasan bahwa diantara mereka ada ulama, diantaranya yaitu adalah K.H. Maksum maka beliau meminta kepada ulama yang ada tersebut agar bersedia untuk menjadi Imam. Akan tetapi tidak ada dari ulama tersebut yang bersedia menjadi Imam bahkan mereka mengatakan bahwa Ilmu yang mereka miliki adalah untuk menguatkan kepemimpinan Wali Al-Fatah.
Dengan rasa tanggung jawab terhadap Islam dan muslimin, maka akhirnya Wali Al-Fatah menerima amanat sebagai imam. Setelah sekian lama perjuangan menyampaikan syari’at berjama’ah, maka pada tahun 1976 mulailah dirintis pembangunan pondok pesantren pertama di sebuah hutan di Natar, Lampung. Pada tahun ini pula, Wali Al-Fatah wafat. Maka sesuai syari’at Islam, kepemimpinan beliau selaku Imam bagi kaum Muslimin harus ada yang menempati sebagai pemimpin. Maka amanat itu diberikan kepada Muhyidin Hamidi. Dan ponpes yang dibangun pun diberi nama Al-Fatah, nama Imam Jama’ah Muslimin yang pertama.
Al-Fatah Ponpes Dalam Hutan
Ponpes Al-Fatah Lampung, yang terkenal dengan sebutan Muhajirun, dibangun di daerah tengah hutan. Pembangunan itu adalah perjuangan yang sangat berat dan penuh tantangan yang sampai beresiko kepada ancaman nyawa. Beberapa tokoh yang berjuang diantaranya: Ustadz Saefuddin (Alm.), Ustadz Abul Hidayat Soeradji, Ustadz Adjie Muslim, dan beberapa orang lainnya. Selain harus berjuang menaklukkan hutan dan para penghuni liarnya, ponpes Al-Fatah juga harus meluruskan dugaan salah dari masyarakat wilayah terdekat. Bahkan dari aparat keamanan. Puncak ujian bagi ponpes Al-Fatah Lampung adalah ketika pasukan TNI Danrem 034 Garuda Hitam pimpinan Letkol A.M. Hendropriyono melakukan pengepungan, lengkap dengan helikopternya. Hal itu akibat fitnah yang disebarkan oleh orang-orang tertentu dengan tuduhan: Al-Fatah bagian dari Jamaah Warsidi. Tapi kesalahan itu bisa diluruskan.
Pada tahun 1979, giliran hutan perkebunan di Cileungsi
Bogor yang digarap menjadi pondok pesantren. Saat itu, harga tanah di Jakarta
yang terbilang mahal memaksa Imam kedua, Muhyidin Hamidi mencari tanah yang
murah. Maka didapatilah tanah dengan harga Rp. 500,-/meter2 seluas
2,3 ha. Berbeda dengan di Lampung, pembangunan ponpes di Cileungsi hanya
bertantangan dengan medan.
Modal Awal dari 70 Orang
Tanah seluas 2,3 ha di Cileungsi harus dibebaskan. Atas komando Imam Muhyidin Hamidi, maka terdapatlah 70 orang yang mensodaqahkan uangnya untuk membebaskan tanah di dalam hutan tersebut. Medan berat dan kondisi yang terbatas menjadi cerita perjuangan pendirian Al-fatah Cileungsi. Sebutlah tentang jalan setapak yang licin berlumpur tak bersahabat. Atau banyaknya ular-ular penghuni lahan. Ditambah lokasi yang jauh dari kendaraan. Dan berbagai cerita getir perjuangan lainnya.
Orang yang pertama kali bermukim di tanah yang dikelilingi banyak pepohonan dan semak belukar itu adalah Ustadz Adjie Muslim pada tahun 1980, setelah berdirinya sebuah masjid berukuran 6m X 7m. Saat itu rumah Imam Muhyidin Hamidi masih dalam tahap pembangunan. Uniknya, tim pekerja adalah orang-orang yang berasal dari Tanjung Priok yang selalu datang di hari Sabtu dan Minggu. Mereka datang semata-mata untuk beramal saleh. Hari Sabtu mereka mengadakan pengajian dan di hari Minggunya mereka bekerja membangun dan membereskan lahan. Jika harus menginap, para pekerja memilih menginap di perkampungan yang berjarak sekitar 200 meter dari lahan.
Barulah pada tahun 1984, Ustadz Abul Hidayat Soeradjie
datang dan ikut bertempat di ponpes Al-Fatah, setelah ponpes tersebut mulai
ditinggali beberapa orang.
Fase-Fase Pertumbuhan Al-Fatah Pusat
Berawal dengan pengajian-pengajian yang mengundang dan melibatkan warga kampung, mulailah didirikan Madrasah Ibdtidaiyah. Selanjutnya pada tahun 1986 menyusul didirikan Madrasah Tsanawiyah. Barulah pada tahun 2000 tingkat Aliyah diadakan. Menyusul Sekolah Tinggi Agama Islam beberapa tahun kemudian.
Meskipun Al-Fatah Lampung adalah yang pertama, tapi seiring perkembangannya, Al-Fatah Cileungsi ditetapkan sebagai markas pusat Jama’ah Muslimin sekaligus Al-Fatah pusat.
Al-Fatah Cileungsi pertama dipimpin oleh Ustadz Abul
Hidayat, kemudian digantikan oleh Ustadz Abu Nida, terakhir dipimpin oleh Ustadz Drs. Yakhsyallah
Mansur,M.A hingga sekarang.
Semenjak Jama’ah Muslimin memaklumatkan Ghazwah Fath
Al-Aqsha pada tahun 2006, intensitas tamu mancanegara yang mengunjungi ponpes
Al-Fatah Cileungsi dan Lampung meningkat jumlahnya. Terlebih-lebih ketika menjelang diadakannya acara-acara besar dalam
bentuk seminar, konferensi, dan tablig akbar berkelas internasional. Dan pelajar
yang belajar di ponpes ini ada juga yang berasal dari luar negeri seperti:
Malaysia, Filiphina, China, dan Uganda.
Bukan hanya memberi kontribusi yang sangat baik terhadap
masyarakat sekitar dalam hal pendidikan, Al-Fatah juga telah menjadi satu
kekuatan perjuangan umat Islam yang cukup diperhitungkan. (Abu Dzakir)
Catatan: Silahkan dikoreksi jika ada kesalahan.
Catatan: Silahkan dikoreksi jika ada kesalahan.
bolehkah aku minta jadwal tablig akbar di ponpes alfatah cileungsi bogor di tahun ini
BalasHapus22 juni 2014 :D
BalasHapusjama'atul muslimin th 1974 sudah pecah yang di majalaya tidak pakai HISBULLAH yang dicilengsi pakai hisbullah
BalasHapusyang di cilengsi beda mas
Hapusmohon banyak2 baca ya
Assalamualaikum wr.wb.
BalasHapusMohon alamatnya donk..?
Bisa menolong dg
ruqiyah gak ya..?
Terimakasih,
Wassalamualaikum wr.wb.
Tolong bagai mana cara ny bisa ikut gabung
BalasHapusCara ikut kajian ny gimna y mohon petunjuk ny
BalasHapusAda beberapa yang perlu diluruskan.
BalasHapusSiapa nama kecil Wali Al Fatah....
BalasHapusAssalamualaikum boleh minta info tentang al fatah
BalasHapusSesat!!!
BalasHapus