Perjumpaan Ahnaf bin Qais dengan Umar bim Khattab radhiyallahu 'anhu berlangsung satu tahun. Umar merasa bahwa
Ahnaf adalah kader yang memiliki kepribadian yang mulia setelah
mengujinya. Kemudian Amirul Mukminin mengutus Ahnaf untuk memimpin
pasukan ke Persia. Umar berpesan kepada panglimanya, Abu Musa al-Asy’ari, “Untuk selanjutnya ikutkanlah Ahnaf sebagai pendamping, ajak dia
bermusyawarah dalam segala urusan dan perhatikanlah usulannya.”
Ahnaf memang masih sangat belia. Tetapi, Ahnaf salah seorang tokoh dari
Bani Tamim yang sangat dimuliakan kaumnya. Kaum Bani Tamim sangat
berjasa dalam menaklukkan musuh, dan mempunyai prestasi yang cemerlang
dalam berbagai peperangan. Termasuk dalam peperangan besar menaklukan
kota Tustur dan menawan pemimpin mereka, yaitu Hurmuzan.
Humurzan adalah pemimpin Persia paling berani dan kuat serta keras.
Hurmuzan juga ahli dalam strategi perang, dan berkali –kali
menghkhianati kaum muslimin.
Tatkala dalam posisi terdesak di salah satu bentengnya yang kokoh di
Tustur, dia masih bisa bersikap sombong. “Aku punya seratus batang
panah. Dan demi Allah, kalian tidak mampu menangkapku sebelum habis
panah-panah ini!” ujarnya. Kemudian pasukan Islam bertanya kepadanya,
“Apa yang engkau kehendaki?”. “Aku mau diadili dibawah hukum Umar bin
Khatthab. Hanya dia yang boleh menghukumku,” ucap Hurmuzan. Pasukan
Islam itu menjawab, “Baiklah. Kami setuju”. Lalu, Humurzan meletakkan
panahnya ke tanah, sebagai tanda menyerah.
Pasukan Islam yang dipimpin panglima Anas bin Malik dan Ahnaf itu,
membawa Humurzan ke Madinah, dan menghadap Amirul Mukminin. Setibanya
dipinggiran kota Madinah, mereka menyuruh Humurzan menggunakan pakaian
kebesarannya, yang terbuat dari sutera mahal bertabur emas permata dan
berlian. Di kepalanya bersemanyam mahkota yang penuh dengan intan
berlian yang sangat mahal.
Humurzan langsung dibawa ke rumah Amirul Mukminin Umar bin Khatthab,
tetapi beliau tidak ada di rumah. Seseorang berkata, beliau pergi ke
masjid. Rombongan itu pergi ke masjid, namun tak terlihat ada didalam
masjid.
Saat rombongan mondar-mandir mencari Amirul Mukminin, salah
seorang penduduk berkata, “Anda mencari Amirul Mukminin?”
“Benar, di
mana Amirul Mukminin?”, ujarnya mereka.
Lalu, seorang anak diantara
penduduk itu, menyahut, “Beliau tertidur di samping kanan masjid dengan
berbantalkan surbannya”.
Rombongan itu mendapatkan Amirul Mukminin sedang lelap di samping masjid.
Tanpa mendapatkan penjagaan. Memang Umar sangat terkenal kezuhudan dan
kesederhanaannya. Tetapi, sesungguhnya lelaki yang zuhud dan sederhana
ini telah menaklukan Romawi dan raja-raja lain, dan tidur tanpa bantal
dan tanpa pengawal.
Kemudian, Humurzan melihat isyarat dari ‘Ahnaf, dan bertanya, “Siapakah
orang yang tidur itu?”, tanya Hurmuzan.
“Dia Amirul Mukminin Umar bin
Khatthab”, jawab Mughirah.
Betapa terkejutnya Humurzan, lalu dia berkata, “Umar? Lalu, di mana pengawalnya atau penjaga?”
“Beliau tidak memiliki pengawal”, tambah Mughirah.
“Kalau begitu, pasti
dia nabi,” tambah Hurmuzan.
“Tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad
Shallahu alaihi wa sallam,” tegas Mughirah.
Saat Umar terbangun, dan melihat Hurmuzan, dan berkata, “Aku tak sudi
berbicara dengannya sebelum kalian melepas pakian kemegahan dan
kesombongan itu.”
Mereka melucuti kemewahan pakaian
Hurmuzan, kemudian memberikan gamis untuk menutup auratnya. Sesudah itu
Umar menjumpainya, dan berkata, “Bagaimana akibat pengkhianatan dan
ingkar janjimu itu?”
Dengan menunduk lesu, Hurmuzan serta penuh dengan kehinaan ia berkata,
“Wahai Umar, pada masa jahiliyah, ketika antara kalian dengan kami tidak
ada Rabb, kami selalu menang atas kalian. Tapi begitu kalian memeluk
Islam, Allah menyertai kalian, sehingga kami kalah. Kalian menang atas
kami memang, karena hal itu, tetapi juga karena kalian bersatu,
sedangkan kami bercerai berai.”
Penguasa yang sudah kalah dan menyerah itu, merasakan kasih dalam Islam,
dan akhirnya mengucapkan dua kalimah syahadah, dan masuk Islam. Inilah
kebesaran Islam, yang telah diteladai para pemimpinnya, dan menjalankan
Islam dengan sesungguhnya. Tidak sedikitpun mereka berkhianat terhadap
Islam, sampai akhirnya musuhpun memeluk Islam, karena merasa mendapatkan
kemuliaan dalam Islam.
ZILZAAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar