Selasa, 13 November 2012

AMIRUL MUKMININ ITU TIDUR DI MASJID

 
Perjumpaan Ahnaf bin Qais dengan Umar bim Khattab radhiyallahu 'anhu berlangsung satu tahun. Umar merasa bahwa Ahnaf adalah kader yang memiliki kepribadian yang mulia setelah mengujinya. Kemudian Amirul Mukminin mengutus Ahnaf untuk memimpin pasukan ke Persia. Umar berpesan kepada panglimanya, Abu Musa al-Asy’ari, “Untuk selanjutnya ikutkanlah Ahnaf sebagai pendamping, ajak dia bermusyawarah dalam segala urusan dan perhatikanlah usulannya.”


Ahnaf memang masih sangat belia. Tetapi, Ahnaf salah seorang tokoh dari Bani Tamim yang sangat dimuliakan kaumnya. Kaum Bani Tamim sangat berjasa dalam menaklukkan musuh, dan mempunyai prestasi yang cemerlang dalam berbagai peperangan. Termasuk dalam peperangan besar menaklukan kota Tustur dan menawan pemimpin mereka, yaitu Hurmuzan.

Humurzan adalah pemimpin Persia paling berani dan kuat serta keras. Hurmuzan juga ahli dalam strategi perang, dan berkali –kali menghkhianati kaum muslimin.

Tatkala dalam posisi terdesak di salah satu bentengnya yang kokoh di Tustur, dia masih bisa bersikap sombong. “Aku punya seratus batang panah. Dan demi Allah, kalian tidak mampu menangkapku sebelum habis panah-panah ini!” ujarnya. Kemudian pasukan Islam bertanya kepadanya, “Apa yang engkau kehendaki?”. “Aku mau diadili dibawah hukum Umar bin Khatthab. Hanya dia yang boleh menghukumku,” ucap Hurmuzan. Pasukan Islam itu menjawab, “Baiklah. Kami setuju”. Lalu, Humurzan meletakkan panahnya ke tanah, sebagai tanda menyerah.

Pasukan Islam yang dipimpin panglima Anas bin Malik dan Ahnaf itu, membawa Humurzan ke Madinah, dan menghadap Amirul Mukminin. Setibanya dipinggiran kota Madinah, mereka menyuruh Humurzan menggunakan pakaian kebesarannya, yang terbuat dari sutera mahal bertabur emas permata dan berlian. Di kepalanya bersemanyam mahkota yang penuh dengan intan berlian yang sangat mahal.

Humurzan langsung dibawa ke rumah Amirul Mukminin Umar bin Khatthab, tetapi beliau tidak ada di rumah. Seseorang berkata, beliau pergi ke masjid. Rombongan itu pergi ke masjid, namun tak terlihat ada didalam masjid.
Saat rombongan mondar-mandir mencari Amirul Mukminin, salah seorang penduduk berkata, “Anda mencari Amirul Mukminin?”
“Benar, di mana Amirul Mukminin?”, ujarnya mereka.
Lalu, seorang anak diantara penduduk itu, menyahut, “Beliau tertidur di samping kanan masjid dengan berbantalkan surbannya”.

Rombongan itu mendapatkan Amirul Mukminin sedang lelap di samping masjid. Tanpa mendapatkan penjagaan. Memang Umar sangat terkenal kezuhudan dan kesederhanaannya. Tetapi, sesungguhnya lelaki yang zuhud dan sederhana ini telah menaklukan Romawi dan raja-raja lain, dan tidur tanpa bantal dan tanpa pengawal.

Kemudian, Humurzan melihat isyarat dari ‘Ahnaf, dan bertanya, “Siapakah orang yang tidur itu?”, tanya Hurmuzan.
“Dia Amirul Mukminin Umar bin Khatthab”, jawab Mughirah.
Betapa terkejutnya Humurzan, lalu dia berkata, “Umar? Lalu, di mana pengawalnya atau penjaga?”
“Beliau tidak memiliki pengawal”, tambah Mughirah.
“Kalau begitu, pasti dia nabi,” tambah Hurmuzan.
“Tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa sallam,” tegas Mughirah.

Saat Umar terbangun, dan melihat Hurmuzan, dan berkata, “Aku tak sudi berbicara dengannya sebelum kalian melepas pakian kemegahan dan kesombongan itu.”
Mereka melucuti kemewahan pakaian Hurmuzan, kemudian memberikan gamis untuk menutup auratnya. Sesudah itu Umar menjumpainya, dan berkata, “Bagaimana akibat pengkhianatan dan ingkar janjimu itu?”

Dengan menunduk lesu, Hurmuzan serta penuh dengan kehinaan ia berkata, “Wahai Umar, pada masa jahiliyah, ketika antara kalian dengan kami tidak ada Rabb, kami selalu menang atas kalian. Tapi begitu kalian memeluk Islam, Allah menyertai kalian, sehingga kami kalah. Kalian menang atas kami memang, karena hal itu, tetapi juga karena kalian bersatu, sedangkan kami bercerai berai.”
Penguasa yang sudah kalah dan menyerah itu, merasakan kasih dalam Islam, dan akhirnya mengucapkan dua kalimah syahadah, dan masuk Islam. Inilah kebesaran Islam, yang telah diteladai para pemimpinnya, dan menjalankan Islam dengan sesungguhnya. Tidak sedikitpun mereka berkhianat terhadap Islam, sampai akhirnya musuhpun memeluk Islam, karena merasa mendapatkan kemuliaan dalam Islam.
ZILZAAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar