PENGAWAL KHILAFAH
“Mereka (tentara
Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu)
Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan
dan hikmah (kitab Zabur sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya
apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian
umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah
mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Q.S. Al-Baqarah
[2]: 251)
Jika ada keberkahan
surga yang jatuh ke bumi, niscaya ia akan jatuh di Gaza, karena betapa
keberkahan itu berserakan di sana. Al-Qur’an telah mencirikan buminya dan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah sabdakan tentang orang-orangnya.
Dan Al-Qur’an menjadi ruh yang membakar semangat perjuangan Palestina.
Ayat di atas
menjadi penutup dari kisah satu peristiwa besar, yakni bagaimana Daud ‘Alaihissalam
di bawah kepemimpinan panglima Thalut bersama pasukannya mengalahkan Jalut,
raja sewenang-wenang di muka bumi yang kedudukannya saat itu ada di negeri
Syam.
Rangkaian cerita
tentang Thalut dan pasukannya kemudian menjadi semboyan semua pejuang di muka
bumi, yaitu “Orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Allah, berkata ‘Berapa banyak terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar’.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 249).
Cerita ini
terhapal sejak kecil yang kemudian menjadi ibrah
(pelajaran) hingga akhir zaman.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, “Berbahagialah para penduduk negeri
Syam. Berbahagialah para penduduk negeri Syam. Berbahagialah para penduduk
negeri Syam.”
Kenapa
negeri Sayam?
Syam adalah
negeri yang terbentang antara Suriah, Yordania, Libanon, Palestina dan beberapa
bagian yang diduduki oleh penjajah Israel.
Pejuang Suriah |
“Berbahagialah
para penduduk negeri Syam!”
Muawiyyah
radhiyallahu ‘anhu menyampaikan sebuah hadits kepada penduduk Syam.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ““Sebagian umatku ada yang
selalu melaksanakan perintah Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan
tidak pula orang yang berseberangan hingga datang keputusan Allah, dan mereka
senantiasa dalam keadaan demikian. Mu’adz berkata: dan mereka ada di Syam.“
(HR.Bukhari)
Akan ada sebagian
umat Islam yang senantiasa menjayakan kebenaran, memenangkan kebenaran,
menampakkan kebenaran, terus-menerus istiqomah dalam perjuangannya. Mereka
tidak akan dirugikan dan dibahayakan oleh orang-orang yang mengabaikan mereka,
tidak mau menolong mereka, tidak peduli
kepada mereka.
Muawiyyah
mengatakan kepada penduduk Syam, “Aku sesungguhnya yakin bahwa mereka adalah
kalian, wahai penduduk negeri Syam.”
Sebagian
orang yang kemudian mengatakan bahwa Muawiyyah berkata demikian karena dia
adalah gubernur Syam. Mungkin mereka tidak menyimak apa yang disabdakan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kemudian diriwayatkan kepada orang
yang saat itu berhadapan dengan Muawiyyah di perang Shiffin, namanya Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu Ali diseru oleh sebagian
pasukannya.
“Ya Amirul mukminin!
Inilah penduduk Syam di bawah pimpinan Muawiyyah yang datang membawa kecongkakannya dan
pembangkang!”
Tapi Ali
berkata, “Demi Allah tidak, aku tidak akan melaknat mereka karena Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ‘Janganlah kamu melaknat penduduk Syam,
tapi celalah ketidakadilan yangterjadi di antara mereka. Sebab di antara mereka
terdapat wali-wali bagi urusan ummatku’,”
Penduduk
Syam terbentang di Aleppo (Utara), di Damaskus (Selatan), di perbatasan Libanon
(Barat), di Yordania (Timur) dan ada di wilayah pendudukan dan negeri-negeri
yang masih dijajah sampai sekarang.
Juga ada
negeri yang terkepung tapi dalam suasana yang sangat merdeka. Kepala mereka
tegak, pandangan mereka cerah, senyum mereka berseri dengan penuh semangat,
itulah negeri Gaza.
Betapa indahnya
negeri Syam, karena mereka adalah orang-orang ahlul haq (ahli kebenaran). Merekalah orang-orang yang terus menempu
kebenaran, disebut dalam tafsir ayat di atas: “Seandainya Allah tidak menolak
(keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah
bumi ini”.
Dalam
konteks hari ini, sebagian manusia itu adalah para mujahid, para pejuang yang
terus melakukan perlawanan. Jika tidak, niscaya bumi ini akan rusak binasa.
Ada orang-orang
yang mengira bahwa penjajah Israel akan berhenti dengan solusi dua Negara. Ada
Palestina di Timur dan Negara Israel di Barat. Benarkah demikian, padahal
petinggi Israel menceritakan benderanya dengan kata-kata: garis atas adalah
sungai Eufrat dan garis bawah adalah sungai Nil. Dan Israel Raya ada di antara
sungai Eufrat dan sungai Nil. Mereka tidak akan berhenti.
Israel Raya
adalah antara Nil di Mesir, membentang ke Timur akan terkena Palestina,
Yordania, Suriah, Libanon, Arab Saudi, Yaman, Oman, Qatar, Kuwait, Emirate
Arab, dan Irak.
Apakah
Israel akan berhenti hanya sebatas Masjidil Aqsha? Tidak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar