Minggu, 05 Februari 2012

ALI BIN ABI THALIB (KHULAFUR RASYIDIN KE-4)

Ali Bin Abi Thalib, lahir di Mekkah diperkirakan sekitar tahun 599 masehi. Sahabat dekat nabi, menantu Rasullulah, juga family Rasul dalam garis keturunan Abdul Muthalib. Ali juga satu dari 4 khulafaurasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) yang berperan sebagai pembela nabi, penyebar ajaran Islam dan khalifah Islamiyah sepeninggal Rosululah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.


Nama asli Imam Ali adalah Haydar bin Abu Thalib, putra dari paman Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ibunya bernama Fatimah binti Asad, sedangkan Asad anak dari Hasyim Jadi menjadikan Imam Ali adalah keturunan Hasyim dari garis bapak. Haydar berarti Singa adalah sebuah cita-cita yang diingin abu Thalib kelak Imam Ali akan menjadi petarung sejati di kalangan suku-suku Quraisy. Dikemudian hari Ali memang tumbuh menjadi petarung sejati, tokoh yang disegani suku Quraisy dan panglima perang yang tak kenal rasa takut. Beliau dedikasikan seluruh jiwa,raga dan hidupnya untuk membela, mengembangkan ajaran Islam yang dibawa Rosullulah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Nama Ali adalah pemberian Nabi SAW yang berarti tinggi derajatnya di sisi Alloh Subhana Wa Ta'ala.

Ali kemudian dijadikan anak angkat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam karena pernikahan beliau dengan Siti Khadijah tidak dikaruniai anak laki-laki sekaligus sebagai wujud terimakasih Nabi  kepada pamannya Abu Thalib yang juga pernah mengasuhnya waktu kecil. Konsistensi dan totalitas Ali dalam mendukung dakwah nabi terlihat dari sikapnya sebagai orang yang pertama kali mempercayai wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah. Saat itu usia Ali baru sekitar 10 tahun. Sikap seperti ini sungguh sulit pada masa itu mengingat sudut pandang, pemikiran, dan pengetahuan suku Quraisy yang masih dalam masa kegelapan (jahiliyah). Sikap yang diambil Ali juga bukan tanpa resiko. Cercaan, hinaan bahkan ancaman nyawa selalu mengintai.

 Rasulullah adalah mentor dan guru Imam Ali karena beliau sekaligus menjadi pengasuhnya. Ali memiliki ikatan emosi dan menjadi orang terdekat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam hingga akhirnya pada usia dewasa dijadikan menantu Nabi dengan mempersunting Fatimah Al Zahra. Ini terjadi setelah Nabi hijrah ke Madinah. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga (Bani Hasyim), Sekaligus orang yang pertama kali mempercayai kenabian Muhammad setelah Khadijah. Selain itu Nabi jelas memahami seluk beluk kebribadian, watak dan karakter Ali.

Gemblengan secara langsung dari nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, menjadikan Ali seorang pemimpin yang komplit. Cerdas, Berani, Bijaksana dan berpengetahuan luas.

Keberanian Ali terlihat dari kesediannya tidur di kamar Nabi untuk mengecoh orang-orang Quraisy yang berencana membunuh Nabi dan menggagalkan hijrah Nabi . Suku Quraisy pun terkecoh ketika menjelang subuh ternyata sosok yang tidur di kamar Nabi  adalah Ali. Sementara Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah berangkat menuju Madinah bersama Abu Bakar Syidiq.

Keberanian Ali juga terlihat dari perannya sebagai panglima perang bagi kaum muslimin pada saat berusia 25 tahun. Dalam perang Badar (perang pertama dalam sejarah Islam) Ali dan Hamzah (paman nabi) menjadi pahlawan. Pedang Ali meluluhlantakkan barisan suku Quraisy sehingga perang ini akhirnya dimenangkan kaum muslimin Perang Khandaq juga saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Ali bin Abi Thalib adalah orang yang mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian. Semua peperangan Nabi menghadapi kaum kafir selalu diikuti Ali. Dan ia menjadi bagian penting dari setiap peperangan tersebut.

Menjadi khalifah

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.

Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.

Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf.
Referensi: Wikipedia.org

1 komentar:

  1. Secara lahiriyah masa peperintahan Ali tidak lebih baik dari 3 khalifah sebelumnya.
    Perpecahan itu timbul dari orang-orang islam sendiri yang gila kedudukan, sehingga tidak rela dengan khalifah yang ada walaupun khalifah yang ada adalah seorang yang sangat sholeh di sisi Allah.
    Mulai dari situlah orang-orang islam sendiri secara tidak sadar, penyakit hati (iri, dengaki, hasad) mulai menggerogoti hati. Dan kebanyakan mereka memperturutkan hawa nafsunya. QS Al Israa 53.
    Diantara mereka yang berselisih, karena mereka telah menyadari kalau dirinya di permainkan syetan, mereka melakukan taubat nasukha.
    Sedangkan mereka yang tidak pernah sadar dengan hal itu, mereka di ombang-ambingkan oleh syetan hingga akhir hayatnya.

    Insya Allah perselisihan seperti ini telah menjadi sunatullah dari jaman dahulu kala, sebagai landasannya : QS.Al Baqoroh 213, QS.Ali Imran 19, QS. Ali Imran 105, QS Yunus 19, QS. Yunus 93, QS Huud 110, QS Huud 118, QS Al Jatsiyah 17.

    Jadi perpecahan yang mulai timbul di jaman Ali, bukanlah karena Ali itu orang yang tidak cakap memimpin, akan tetapi Ali tak memiliki kuasa sedikitpun juga untuk melawan ketetapan Allah. Ali pun sangat paham dengan hal ini.

    Perpecahan yang ada sekarang ini sudah di kabarkan Nabi SAW, karena sesuai dengan sunatullah di atas yaitu umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan.
    72 golongan, merekalah orang yang suka bergolong-golong dalam agama.
    1 golongan, mereka itu bukanlah orang yang suka bergolong-golong dalam agama.

    Bukan hal yang aneh, orang yang suka bergolong-golong dalam agama BEREBUT RIA memperebutkan satu (1) golongan itu dengan mengklaim bahwa golongan dirinya lah yang masuk sebagai Al-Jamaah.

    Pertanyaannya adalah, apakah mungkin Allah ridho dengan orang yang suka bergolong-golong dalam agama walaupun mereka mengaku sebagai Al Jamaah?

    Allah lebih mengetahui siapa yang akan di berinya petunjuk, dan siapa yang akan di sesatkan Allah.

    BalasHapus