Mosok Anda kalah sama emak-emak Kampung Pondokmiri? "Ibu-ibu Majelis Taklim Al Azmy Kampung Pondokmiri ini hebat. Walau sudah berusia lanjut, mereka rata-rata masih hafal Surah Yasiin," kata Ustadz Muslichan, Guru Tahfidz di Rumah Tahfidz Al Azmy Pondokmiri, Gunungsindur, Bogor.
Apa rahasia mereka hafal di luar kepala?
Maklum saja, ibu-ibu itu hampir setiap hari menyimak bacaan Surah Yasiin, minimal sekali sehari. Selain di Al Azmy, ternyata mereka pun jadi jamaah di sejumlah majelis taklim lain seperti MT AsSyafiiyah, MT Miftahul Huda, MT Al Barokah, dan MT At Taqwa Pondokmiri. Di samping itu, setiap ada hajatan keluarga setempat, dipastikan ada sema’an Yasiin oleh majelis taklim.
Tak heran, bila tanpa belajar pun, banyak ibu Pondokmiri yang kini hafal Surah Yasiin di luar kepala.
Untuk semakin mengasah hafalan, General Manager Kampung Qur’an Darmawan Setiadi mengajak masyarakat mengikuti "Indonesia Menyimak 2012".
Darmawan menjelaskan, program PPPA Daqu ini mengajak rakyat Indonesia untuk menyimak bacaan Qur’an langsung dari lisan tokoh qiro’ah kelas dunia seperti Imam Masjid Haramaian.
"Acara ini insya Allah akan dipandu Usadz Yusuf Mansur dan Syaikh Ali Jabir, serta akan dihadiri tokoh-tokoh nasional dan para da’i dari berbagai ormas Islam," terang Darmawan.
"Indonesia Menyimak" berlangsung secara maraton pada Jumat-Rabu, tanggal 16–21 Maret 2012. "Peserta yang tidak bisa ikut full marathon, boleh juga ikut di hari-hari pilihannya sendiri," kata Darmawan.
Biayanya murah, hanya Rp 31.000/orang. Sebuah VCD UYM akan diberikan kepada setiap peserta.
Berlangsung sejak pukul 08.00 WIB sampai selesai, acara ini digelar di Masjid Agung At-Tin, TMII, Jakarta Timur.
Imam Masjid At Tiin, Ustadz Abdoel Rochimi, mengingatkan betapa besar keutamaan menyimak bacaan Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat (7) Al A'raaf ayat 204:
"Dan bila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat."
Suatu malam, Nabi Muhammad SAW terpesona menyimak bacaan Qur’an Abu Musa Al Asy'ari hingga tanpa terasa sampai jauh malam. Setiba beliau di rumah, Aisyah ra bertanya mengapa pulang sampai larut malam.
Jawab Rasul, "Saya terpesona oleh kemerduan suara Abu Musa Al Asy'ari dalam membaca Al Qur'an, yang merdunya laksana suara Nabi Daud as."
Rekasi hati kiat saat mendengar lantunan Qur’an, jelas UYM, bisa menjadi indikasi keimanan kita. Bagaimana keadaan orang Mukmin tatkala menyimak alunan merdu bacaan Al Qur'an?
"Sungguh, orang-orang yang beriman itu hanyalah mereka yang bila disebut (nama) Allah gemetarlah hati mereka, dan bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Rabb lah mereka bertawakkal" (QS Al Anfaal [8]: 2).
Bahkan, bacaan Qur'an pada masa Rasulullah sangat berpengaruh pada hati orang-orang kafir yang menyimaknya, seperti Al Walid bin Al Mughirah. Setelah diam-diam menyimaknya dari bacaan umat Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sastrawan terkemuka Quraisy ini sampai pada kesimpulan bahwa Al Qur’an memang bukan ciptaan manusia.
Melukiskan kedigdayaan Qur’an, Al Mughirah seperti dikutip dari Sirah Ibnu Hisyam menyatakan:
"Sungguh kami telah mengenal seluruh syair…yang ringkas maupun yang panjang, namun dia (Al Qur`an) bukanlah syair…Sungguh kami telah menyaksikan tukang-tukang sihir dengan sihir mereka, namun dia (Al Qur`an) bukanlah hembusan-hembusan dan buhul-buhul tali yang mereka gunakan untuk menyihir…Demi Allah, ucapannya sungguh manis, akarnya benar-benar subur dan cabangnya benar-benar berbuah." (nurbowo)
Apa rahasia mereka hafal di luar kepala?
Maklum saja, ibu-ibu itu hampir setiap hari menyimak bacaan Surah Yasiin, minimal sekali sehari. Selain di Al Azmy, ternyata mereka pun jadi jamaah di sejumlah majelis taklim lain seperti MT AsSyafiiyah, MT Miftahul Huda, MT Al Barokah, dan MT At Taqwa Pondokmiri. Di samping itu, setiap ada hajatan keluarga setempat, dipastikan ada sema’an Yasiin oleh majelis taklim.
Tak heran, bila tanpa belajar pun, banyak ibu Pondokmiri yang kini hafal Surah Yasiin di luar kepala.
Untuk semakin mengasah hafalan, General Manager Kampung Qur’an Darmawan Setiadi mengajak masyarakat mengikuti "Indonesia Menyimak 2012".
Darmawan menjelaskan, program PPPA Daqu ini mengajak rakyat Indonesia untuk menyimak bacaan Qur’an langsung dari lisan tokoh qiro’ah kelas dunia seperti Imam Masjid Haramaian.
"Acara ini insya Allah akan dipandu Usadz Yusuf Mansur dan Syaikh Ali Jabir, serta akan dihadiri tokoh-tokoh nasional dan para da’i dari berbagai ormas Islam," terang Darmawan.
"Indonesia Menyimak" berlangsung secara maraton pada Jumat-Rabu, tanggal 16–21 Maret 2012. "Peserta yang tidak bisa ikut full marathon, boleh juga ikut di hari-hari pilihannya sendiri," kata Darmawan.
Biayanya murah, hanya Rp 31.000/orang. Sebuah VCD UYM akan diberikan kepada setiap peserta.
Berlangsung sejak pukul 08.00 WIB sampai selesai, acara ini digelar di Masjid Agung At-Tin, TMII, Jakarta Timur.
Imam Masjid At Tiin, Ustadz Abdoel Rochimi, mengingatkan betapa besar keutamaan menyimak bacaan Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat (7) Al A'raaf ayat 204:
"Dan bila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat."
Suatu malam, Nabi Muhammad SAW terpesona menyimak bacaan Qur’an Abu Musa Al Asy'ari hingga tanpa terasa sampai jauh malam. Setiba beliau di rumah, Aisyah ra bertanya mengapa pulang sampai larut malam.
Jawab Rasul, "Saya terpesona oleh kemerduan suara Abu Musa Al Asy'ari dalam membaca Al Qur'an, yang merdunya laksana suara Nabi Daud as."
Rekasi hati kiat saat mendengar lantunan Qur’an, jelas UYM, bisa menjadi indikasi keimanan kita. Bagaimana keadaan orang Mukmin tatkala menyimak alunan merdu bacaan Al Qur'an?
"Sungguh, orang-orang yang beriman itu hanyalah mereka yang bila disebut (nama) Allah gemetarlah hati mereka, dan bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Rabb lah mereka bertawakkal" (QS Al Anfaal [8]: 2).
Bahkan, bacaan Qur'an pada masa Rasulullah sangat berpengaruh pada hati orang-orang kafir yang menyimaknya, seperti Al Walid bin Al Mughirah. Setelah diam-diam menyimaknya dari bacaan umat Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sastrawan terkemuka Quraisy ini sampai pada kesimpulan bahwa Al Qur’an memang bukan ciptaan manusia.
Melukiskan kedigdayaan Qur’an, Al Mughirah seperti dikutip dari Sirah Ibnu Hisyam menyatakan:
"Sungguh kami telah mengenal seluruh syair…yang ringkas maupun yang panjang, namun dia (Al Qur`an) bukanlah syair…Sungguh kami telah menyaksikan tukang-tukang sihir dengan sihir mereka, namun dia (Al Qur`an) bukanlah hembusan-hembusan dan buhul-buhul tali yang mereka gunakan untuk menyihir…Demi Allah, ucapannya sungguh manis, akarnya benar-benar subur dan cabangnya benar-benar berbuah." (nurbowo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar