Selasa, 05 Februari 2013

DOA PUNYA KEKUATAN SEMBUHKAN PENYAKIT, DIBUKTIKAN SECARA ILMIAH


Sumber: MINA
Oleh: Syarif Hidayat


PENGAWAL KHILAFAH --- Do’a mempunyai kekuatan yang dapat menyembuhkan penyakit anda termasuk penyakit langka sekalipun! Ini bukan hanya hype (propaganda) atau harapan ataupun klise rohani. Ada bukti-bukti dan argumentasi ilmiah aktual yang mendukung hal ini dan hasil survey menunjukkan angka yang meyakinkan tentang kekuatan do’a untuk menyembuhkan suatu penyakit.



Do’a membantu seluruh organ tubuh Anda berfungsi sangat baik pada saat hidup Anda mengalami hal yang terburuk. Atau bahkan pada hari-hari baik, do’a dapat meningkatkan hubungan pikiran-tubuh-jiwa. Anda sedang berbicara dengan Tuhan (Allah SWT), Sang Pencipta yang tahu segalanya dan bisa melakukan apa saja.

AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH MERUPAKAN OBAT YANG PALING MUJARAB

Al-Qur`anul Karim dan As-Sunnah yang shahih adalah merupakan penyembuh dan obat yang paling dahsyat dan sangat mujarab dan bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seharusnya kita sebagai umat muslim, pengikut Rasulullah Muhammad SAW tidak berpaling dan meninggalkannya pengobatan dengan A-Qur’an untuk beralih kepada pengobatan kimiawi yang ada di masa sekarang ini. (Shahih Ath-Thibbun Nabawi, hal. 5-6, Abu Anas Majid Al-Bankani Al-‘Iraqi).

Kata Ibnul Qayyim: “BERPALINGNYA MANUSIA DARI CARA PENGOBATAN NUBUWWAH SEPERTI HALNYA BERPALINGNYA MEREKA DARI PENGOBATAN DENGAN AL-QUR`AN, YANG MERUPAKAN OBAT BERMANFAAT.” (At-Tibun Nabawi, hal. 6, 29).

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.:Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al Qur’an, Surat Yunus 57).


Pengalaman banyak orang dan penulis sendiri yang menderita penyakit aneh (sakit syaraf mata) selama sekitar empat tahun lebih, membuktikan bahwa do’a yang dilakukan dengan penuh keyakinan dan iklas dapat menyembuhkan penyakit. Syariatnya memang berkat do’a kita tetapi pada hakikatnya adalah karena kekuasaan Allah SWT, dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Selama empat tahun lebih (2003 sampai 2008), saya menderita sakit mata yang aneh yakni syarafnya yang  mengalami gangguan. Jadi kalau membuka mata/melihat cepat pegal. Baca satu kalimat saja terasa pegal dan sakit. Selama itu saya sukar membaca dan tidak bisa membawa mobil. Jadi kalau ke kantor diantar anak kalau kebetulan dia sedang libur kuliah atau kadang-kadang saya minta diantar oleh supir kantor.

Tingkat kepegalan mata saya setiap hari berubah rubah. Kadang kadang masih bisa dipaksakan menyetir mobil ke kantor dan bisa dipaksakan membaca. Tetapi kadang kadang  pegalnya sangat parah sampai susah membuka mata dan kalau berkedip sering telat membuka mata sehinga kalau sedang menyetir sering hampir menabrak mobil yang ada di depan.

Karena sering memaksakan diri menyetir sendiri kekantor, saya pernah tiga kali menabrak mobil orang, pertama di Jalan Sahardjo, Jakarta Selatan menabrak bis kota (PPD), selang beberapa bulan kemudian kecelakaan kecil terjadi lagi menabrak Sedan Mazda di depan Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Pusat. Masih belum kapok, beberapa bulan kemudian menabrak lagi, sekarang korbannya adalah Bajaj yang sedang parkir di depan kantor Bimantara Grup, Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Akhirnya saya dan juga atas desakan dan nasehat istri berhenti total dari menyetir mobil.

Tidak hanya kecelakaan menabrak mobil dengan mobil, tetapi kalau sedang jalan kakipun sering bertabrakan dengan orang. Pada waktu saya akan makan siang di Jalan Sabang, Jakarta Pusat di perjalanan saya sering menabrak orang. Sewaktu akan naik bis kota saya juga beberapa kali terjatuh dan kepala membentur pintu bis, karena pada saat melangkah akan menginjakkan kaki ke tangga di pintu bis mata saya berkedip dan telat buka lagi dan kaki kanan menginjak sasaran yang salah, kejeblos ke pinggiran kolong bis.

Kalau lagi parah pegal (mata) nya, saya diantar oleh anak saya yang membawa mobil atau diantar oleh istri naik bis. Selama di perjalanan baik ketika diantar anak saya naik mobil sendiri, maupun naik bis kota diantar istri, kabanyakan saya menutup mata seperti orang yang sedang tidur. Selama berada di kantor, kalau sedang duduk demikian pula keadaannya.

Teman teman di kantor, hanya sedikit yang mengetahui penyakit saya tersebut, karena biasanya kalau ada yang menyapa saya selalu memaksakan diri membuka mata sekuat tenaga walaupun terasa sakit. Jadi setiap membaca atau mengedit berita, saya berjuang sekuat tenaga memaksakan membuka mata dan kadang kadang dibantu dengan jari telunjuk untuk menahan kelopak mata atas untuk tidak bekedip. Tetapi cara begini biasanya tidak bisa bertahan lama karena sakit pegal dan matanya jadi perih.


Biaya pengobatan cukup mahal 

Saya berobat di Rumah Sakit khusus mata yakni Jakarta Eye Center (JEC) selama dua tahun lebih (2003-2005) dengan biaya pengobatan yang cukup mahal yakni sekitar Rp 300.000 sampai Rp 500.000 satu kali pemesiksaan dan obat, tapi tidak ada hasilnya. Akhirnya dokter yang menangani penyakit saya di JEC, dr. Nirwati Ibrahim merekomendasikan agar saya melanjutkan berobat ke Bagian Syaraf RSCM dan disana ditangani oleh ahli syaraf Prof. Dr. Yusuf Misbach. Ia adalah anggota tim dokter kepresidenan sewaktu jaman pemerintahan Soeharto.

Pengobatan disini lebih mahal lagi yakni antara Rp 300.000 sampai satu juta rupiah per satu kali pemeriksaan dan obat.  Kalau pemeriksaan dengan obat syaraf biasa (berupa tablet) biayanya hanya sekitar Rp 350.000. Tetapi kalau menggunakan obat suntik syaraf (Botox – Botulinum Toxin) biayanya antara Rp 800.000 sampai Rp.1000.000,- per satu suntikan. Selama dua tahun (2006-2008) pula saya berobat disana tapi juga tidak menunjukkan tanda tanda kesembuhan.

Setengah putus asa, saya menanyakan kepada Prof. Yusuf Misbach tentang peluang untuk kesembuhan saya bagaimana? Karena ada gangguan di syaraf mata, agak sulit dan diopersipun tidak bisa dilakukan di Indonesia. Kemungkinan yang bisa di rumah sakit di Amerika Serikat katanya. “Peluangnya hanya 50-50, tapi barengin saja dengan berdo’a,”  kata dr Yusuf. Memang Prof Yusuf yang dulu anggota tim dokter almarhum Pres. Soeharto itu sangat taat beribadah. Mulai dari situ saya lebih rajin berdo’a.

Beban penderitaan sakit mata aneh yang menurut istilah kedokteran disebut sebagai “Blepharospasm” ini terasa cukup berat bagi saya dimana membaca merupakan hobby yang dilakukan setiap hari dan disamping itu setiap bulan saya bersama keluarga pergi ke luar kota khususnya ke Cianjur untuk menengok dan bersilaturahmi dengan keluarga besar disana. Coba bayangkan selama empat tahun lebih tidak bisa membaca dan menyetir mobil.

Setiap setelah melaksanakan sholat lima waktu saya selalu berdo’a. Saya bersama Istri dan anak bungsu kami, Maisara Annisa Syarif (Sarah), pada akhir April 2009 pergi melaksanakan ibadah Umroh ke tanah suci dan disana saya terus menerus berdo’a untuk kesembuhan dari penyakit aneh ini dan untuk permohonan lainnya kepada Allah SWT.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang:“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifa di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).”  (Al Qur’an, Surah An-Naml: 62).

Perjalanan umroh itu sebenarnya merupakan ibadah sunah mengikuti jejak Rasulullah SAW, namun karena kami pernah berjanji kepada anak bungsu untuk membawa dia jalan jalan ke luar negeri, maka menjadi wajib hukumnya. Dia merasa iri kalau mendengar cerita kakak-kakaknya: Taufik Hidayat dan Firman Hidayat yang sudah dibawa berkeliling Eropa.

Sewaktu saya dinas di Eropa dari 1989 sampai 1993 (ditugaskan di Biro Hamburg, Jerman dari September sampai Desember 1989 dan di Biro Den Haag, Belanda dari 1990 sampai 1993), setiap hari libur mereka kami bawa jalan jalan berkunjung ke satu Negara atau kadang kadang sampai tiga Negara Eropa sekaligus, sehinga selama saya bertugas disana, anak anak telah saya bawa berkunjung ke hampir semua Negara Eropa.

Jadi untuk menenangkan si bungsu ini, kami menjanjikannya untuk mebawanya ke Belanda. Tetapi setelah saya pensiun dan menerima dana THT dari kantor, kami berubah pikiran daripada dipakai untuk jalan jalan ke negara lain, lebih baik uang THT tersebut dimanfaatkan untuk melaksanakan ibadah umroh dan anak saya setuju dengan rencana kami tersebut. Kami bertiga melaksanakan ibadah umroh yang sebenarnya sunah itu menjadi wajib karena kami berkewajiban memenuhi janji kepada anak kami dan ternyata ibadah umroh ini Alhamdulillah membawa keajaiban yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup saya!

Pada malam pertama kami berada di Mesjid Nabawi, Medinah terjadi keajaiban. Malam itu selesai melakukan sholat Magrib, karena melihat orang orang di sekeliling saya pada membaca Al Qur’an, saya juga membaca Al Qur’an (surat Yassin). Selesai membaca surat Yassin, saya baru menyadari bahwa saya bisa membaca lagi dan tidak merasakan pegal mata sedikitpun. Alhamdulillah, saya sembuh total dari penyakit aneh  yang saya derita sejak pertengahan tahun 2003 itu.

Kata Ibnul Qayyim: “BERPALINGNYA MANUSIA DARI CARA PENGOBATAN NUBUWWAH SEPERTI HALNYA BERPALINGNYA MEREKA DARI PENGOBATAN DENGAN AL-QUR`AN, YANG MERUPAKAN OBAT BERMANFAAT.”(At-Tibun Nabawi, hal. 6, 29)



Sebelum itu, saya juga sudah berdo’a di Raudah, yang merupakan bagian tempat di mesjid Nabawi yang dekat dengan lokasi Makam Nabi Muhammad SAW. Menurut para alim ulama bahwa berdo’a di tempat tersebut manjur. Maka saya melakukannya. Ketika sampai di Mekah, sayapun melanjutkan berdo’a di depan Ka’bah.

Sekembalinya dari perjalanan Umroh dan begitu saya memasuki masa pensiun mata saya sembuh total dan normal kembali seperti sediakala, bisa membaca dan membawa mobil lagi. Subhanallah, ini merupakan keajaiban dan anugrah dari Allah SWT, sekarang sakit mata saya sudah sembuh total.

“Blepharospasm”: Penyakit Langka

Blepharospasm atau Blefarospasme, menurut berbagai liratur kedokteran yang saya baca di berbagai buku kedokteran dan saya juga temukan di Internet, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelopak mata berkedip tidak terkendali. Hal ini disebabkan oleh kontraksi spontan otot-otot mata. Pada kondisi normal, dalam satu menit manusia mengedipkan kelopak mata sebanyak sepuluh kali. Namun pada penderita Blefarospasme matanya berkedip lebih dari sepuluh kali dalam semenit.

Penyebab gangguan berkedip ini tidak jelas, tetapi menurut literatur kedokteran gangguan ini memiliki keterkaitan dengan gangguan di ganglia basal. Ganglia Basal adalah bagian dari otak yang mengatur dan mengkontrol gerakan spontan. Sebuah Blepharospasm (dari bahasa Yunani: blepharo = kelopak mata atas, dan spasm = kejang, sebuah kontraksi otot yang tidak terkendali), adalah setiap kontraksi normal atau kedutan kelopak mata.

Biasanya mengacu pada blepharospasm penting jinak, sebuah distonia-fokus sebuah gerakan gangguan neurologis yang melibatkan kontraksi spontan dan berkelanjutan dari otot-otot sekitar mata. Jinak berarti kondisinya tidak mengancam jiwa. Penting menunjukkan bahwa penyebabnya tidak diketahui, tetapi kelelahan, stres, atau iritan merupakan faktor kontribusi yang mungkinkan. Gejala kadang-kadang berlangsung selama beberapa hari kemudian menghilang tanpa pengobatan, tetapi dalam banyak kasus berkedut yang kronis dan terus-menerus, menyebabkan tantangan penderitaan seumur hidup.

Gejala yang cukup berat sehingga sering mengakibatkan kebutaan fungsional. Kelopak mata orang itu merasa seperti mata mereka mengalami penjepitan tertutup dan tidak akan terbuka tanpa upaya besar. Pasien memiliki mata yang normal, tapi untuk periode waktu secara efektif buta karena ketidakmampuan mereka untuk membuka kelopak mata mereka.

Meskipun kemajuan kemajuan yang cukup besar telah dicapai baru baru ini di bidang kedokteran dalam melakukan diagnosis awal, Blepharospasm sering awalnya didiagnosis salah sebagai ‘sindrom mata kering’ atau alergi. Ini adalah penyakit yang cukup langka dan menurut survey di Amerika Serikat hanya diderita oleh satu orang dalam setiap 20.000 orang di Amerika Serikat.

Gejala gejala yang terasa dan Penyebabnya

• Berlebihan berkedip dan spasming (kekejangan atau kekauan) kelopak atas mata, biasanya ditandai dengan penutupan kelopak mata tidak terkendali dalam jangka waktu yang lebih lama dari refleks biasa berkedip, kadang-kadang berlangsung beberapa menit atau bahkan jam.

• Terkendali kontraksi atau berkedut dari otot-otot mata dan sekitar wajah. Beberapa penderita memiliki gejala yang berkedut menyebar ke wajah, hidung dan kadang-kadang, daerah leher.

• Kekeringan pada mata

• Sensitivitas terhadap cahaya matahari dan lampu yang sangat terang.

Beberapa penyebab blepharospasm telah diidentifikasi, namun penyebab banyak kasus blepharospasm tetap tidak diketahui, meskipun beberapa dugaan sedang dibuat oleh para ahli kedokteran. Beberapa pasien blepharospasm memiliki riwayat mata kering dan / atau sensitivitas cahaya, tetapi yang lain melaporkan tidak ada masalah mata sebelumnya sebelum timbulnya gejala awal.

Beberapa obat dapat menginduksi blepharospasm, seperti yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson, serta kepekaan terhadap perawatan hormon, termasuk terapi estrogen-pengganti bagi wanita akan mengalami menopause.

Blepharospasm juga dapat merupakan gejala penarikan akut dari ketergantungan benzodiazepine (Sebuah benzodiazepin - kadang disebut ‘benzo’ dalam bahasa sehari-hari, sering disingkat ‘BZD’-  adalah obat psikoaktif). Selain blepharospasm menjadi gejala penarikan benzodiazepine, penggunaan jangka panjang dari benzodiazepine dapat menyebabkan blepharospasm dan merupakan faktor risiko yang diketahui untuk pengembangan blepharospasm.

Blepharospasm juga dapat berasal dari fungsi abnormal dari basal ganglia otak, mata kering simultan dan dystonias seperti sindroma Meige telah diamati (Sindroma Meige adalah jenis distonia. Ia juga dikenal sebagai sindrom Bruegel dan distonia wajah oral. Hal ini sebenarnya kombinasi dari dua bentuk distonia, blepharospasm dan distonia oromandibular (OMD). Blepharospasm dapat disebabkan oleh gegar otak dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, ketika sebuah pukulan ke bagian belakang kepala mengakibatkan kerusakan ganglia basal.

Pengobatan

Terapi Obat: Terapi Obat untuk blepharospasm telah terbukti umumnya tidak dapat diprediksi dan berjangka pendek. Untuk menemukan regimen yang efektif untuk semua pasien biasanya membutuhkan ‘trial and error’ (uji coba) dari waktu ke waktu. Dalam beberapa kasus suplemen makanan magnesium klorida telah ditemukan efektif.

Injeksi toksin Botulinum: (Botox adalah contoh yang dikenal luas) telah digunakan untuk menginduksi lokal, kelumpuhan parsial. Di antara kebanyakan penderita, injeksi botolinum toksin merupakan metode pengobatan yang lebih disukai.

Suntikan biasanya diberikan setiap tiga bulan, dengan variasi berdasarkan respon pasien dan biasanya memberikan hampir bantuan segera (meskipun untuk beberapa hal itu mungkin memerlukan waktu lebih dari seminggu) untuk gejala dari kejang otot kelopak mata. Kebanyakan pasien dapat melanjutkan hidup yang relatif normal dengan perlakuan toksin Botulinum biasa.

Sebagian kecil penderita mendapatkan hasil minimal atau tidak sama sekali dari suntikan Botox dan harus mencari pengobatan lainnya. Bagi beberapa orang, toksin Botulinum berkurang dalam efektivitas setelah bertahun-tahun digunakan.

Efek samping yang diamati pada sebagian kecil pasien adalah ptosis atau kelopak mata terasa berat. (Ptosis adalah turunnya kelopak mata atas. Istilah ptosis ini sering digunakan, meskipun istilah tepatnya adalah blefaroptosis.) Upaya untuk menyuntikkan di lokasi yang meminimalkan ptosis dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk mengontrol kejang.

Pembedahan: Pasien yang tidak merespon dengan baik untuk obat atau injeksi toksin botulinum adalah kandidat untuk terapi bedah. Perlakuan bedah yang paling efektif adalah protractor myectomy, atau penghapusan otot yang bertanggung jawab atas penutupan kelopak mata.

• Kacamata gelap sering dipakai karena kepekaan akan sinar matahari, serta untuk menyembunyikan mata dari orang lain.

• Manajemen stress dan kelompok dukungan dapat membantu menangani penderita  penyakit blepharospasm ini dan mencegah isolasi sosial.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar