KISAH HAMAN dan MUKJIZAT AL QUR’AN
Di dalam Al Qur’an nama Haman dikenal sebagai sekutu terdekat Fir’aun. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang bangunan, yang hidup sezaman dengan Nabi Musa AS.
Kisah ini disebutkan dalam QS. Al Qashash ayat 38,
“Dan Fir’aun berkata, ‘Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarkanlah tanah liat untukku wahai Haman (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta.’.”
Kisah tentang Haman ini, tidak diberitakan oleh Kitab Perjanjian Lama. Nama Haman di dalam Perjanjian Lama disebut sebagai pembantu Raja Babilonia yang hidup sekitar 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS.
Mereka yang beranggapan bahwa Al Qur’an adalah plagiat dari Perjanjian Lama, menuding Nabi Muhammad SAW telah salah bicara, ketika mengisahkan Haman. Tuduhan yang sangat keji untuk Rasul Mulia yang terjaga dari kesalahan dalam menyampaikan wahyu Allah SWT.
Mukjizat Al Qur’an
Sekitar tahun 1799 M, para arkeolog berhasil memecahkan makna tulisan pada sebuah prasasti peninggalan Mesir Kuno, yang dikenal dengan nama ‘Batu Rosetta’. Pada prasasti tersebut, jelas-jelas disebutkan nama Haman, orang dekat Fir’aun Mesir, yang dikenal sebagai pemimpin pekerja batu pahat.
Dengan adanya penemuan ilmiah ini, tuduhan bahwa Al Qur’an adalah hasil jiplakan dari kitab Perjanjian Lama terbantahkan secara otomatis. Bahkan Al Qur’an menyajikan beberapa informasi yang lebih otentik, yang tidak ditemui di dalam kitab-kitab terdahulu.
Jelas bahwa Al Qur’an selain berfungsi untuk membenarkan kisah-kisah yang telah termuat di dalam kitab-kitab terdahulu, juga untuk menguji kebenarannya. Tentunya dengan menunjukkan pada peristiwa yang sesungguhnya.
Sebagaimana firman Allah SWT di dalam QS. Al Maidah ayat 48,
“Dan Kami telah menurunkan kitab (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya, kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan. ”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar