Kamis, 03 Mei 2012

INDAHNYA HIDUP BERJAMA'AH


Oleh : Abu Wihdan Hidayatullah
Siapapun dan dimanapun orangnya, pasti berharap hidup bahagia. Akan tetapi tidaklah semua orang dapat meraih kebahagiaan tersebut. Kecuali, bila semua orang merujuk pada uswah dan qudwah kita, yakni Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka insya Allah kita akan mendapat kebahagiaan hakiki.

Hal ini karena sesungguhya, menurut tuntunan Allah dan Rasul, kebahagiaan yang hakiki bukanlah terletak pada berlimpah ruahnya harta dan berbagai kesenangan fisik, akan tetapi sejauh mana kita dapat ridla dan husnuzhan (berbaik sangka) pada Allah Yang Maha Memiliki segalanya. Atas dasar inilah beliau menyebutkan ;
“ Bukanlah orang yang kaya dari banyaknya harta / barang (dunia), akan tetapi yang kaya itu adalah kaya jiwa (hati). (HR. Bukhari-Muslim)
Keluarga bahagia adalah miniatur sebuah masyarakat bahagia. Di dalamnya ada yang memimpin dan ada yang dipimpin. Suami dalam rumah tangga laksana Imaam dalam kehidupan masyarakat Islam, sedang istri dan anak-anak, laksana Ma’mum / anggota masyarakat itu sendiri. Kehidupan berjama’ah adalah pola kehidupan yang secara sunatullah telah menjadi kebutuhan setiap makhluk hidup. Karena secara fitrah, selain Allah sebagai sang khaliq adalah makhluq. Ia tidak bisa hidup sendiri tanpa yang lain. Sebagai pewaris bumi ini, manusia yang mendapat amanah untuk memakmurkan bumi Allah, tentu tak mungkin hidup sendiri. Dari sinilah semestinya semua orang menyadari bahwa tak ada yang patut kita sombongkan dan dibanggakan.
Kita semua adalah lemah dan hina di sisi Allah. Kita sebagai manusia yang lemah perlu pertolongan pihak lain. Karena itulah Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan kepada kita untuk hidup berjama’ah, mewujudkan kerja sama, menghindari perpecahan dan permusuhan sesama saudara muslim. Allah berfirman :
” Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berpecah-belah.” (Ali Imran : 103)
Menghidupkan suasana Indahnya Kebersamaan, Indahnya hidup terpimpin, dan tertib dalam ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Ibarat Shalat berjama’ah yang lebih bernilai 27 derajat dibandingkan shalat munfarid/sendiri. Seperti keluarga yang memiliki kepala keluarga, Laksana  Tata Surya di angkasa, Sang Imaam Matahari dikelilingi oleh  ma’mum sembilan planet yang berputar pada rotasinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, adalah contoh kongkrit  tentang bagaimana mewujudkan Islam yang penuh rahmat untuk seluruh alam ini. Kehidupan mereka penuh dengan cinta dan kasih sayang, saling memperhatikan satu sama lain, saling melindungi, saling mewasiati dalam kebenaran dan kesabaran. Kehidupan seperti itulah yang kita rindukan dalam keluarga dan masyarakat kita, yakni kehidupan terpimpin,  saling  menolong, tegaknya amar ma’ruf nahyi munkar, menegakkan sholat, menunaikan zakat dan optimal mentaati Allah dan rasul-Nya dengan penuh keikhlasan.  Allah menjanjikan surga yang penuh kenikmatan kepada mereka yang hidup rukun dan berjama’ah dalam tuntunan-Nya dan meneladani rasul-Nya. Wallahu a’lam bish showwaab
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar