PENGAWAL KHILAFAH–- Perkembangan olahraga sepakbola di dunia ternyata demamnya bukan hanya ada di Indonesia. Namun, minat sepakbola ini juga sampai ke Jalur Gaza Palestina. Sosok – sosok pemain sepakbola sejak zaman Pele hingga Lionel Messi telah dikenal hingga ke tanah Palestina.
Menyikapi hal ini, kelompok Jurnalis Islam Bersatu (JITU) menyampaikan rasa kritisnya kepada Mahmoud Hashem Anbar dan Hani Rafiq Hameed Awwad dua orang tamu Palestina yang berkunjung ke kantor redaksi Hidayatullah pada hari Senin (11/06/2012) kemarin.
Rasa kritis ini berasal dari kekhawatiran para jurnalis atas ancaman perang pemikiran yang bisa menjauhkan anak – anak Gaza dari al-Qur’an ketika mereka semakin cenderung untuk mengidolakan para pemain sepakbola dan menggeser keutamaan perjuangan Palestina melalui tokoh-tokoh seperti Syeikh Ahmad Yassin hingga Abdul Aziz Rantisi dan syuhada lainnya.
Menyikapi ini Syeik Mahmoud menyatakan rasa terima kasihnya atas keperdulian para Jurnalis untuk mengkritisi metode perang pemikiran yang mulai digunakan barat dalam menyerang Palestina. Namun beliau juga menjelaskan bahwa Pemerintahan Gaza sendiri sudah memiliki metode dalam mengantisipasi hal – hal tersebut.
“Menurut kami tidak perlu dikhawatirkan, Karena kami telah memiliki pendidikan yang terprogram dengan baik. Mulai dari SD, SMP, SMA kami berikan program menghafal Al Qur’an dan disetor setiap usai sholat maghrib. Kami Sadar bahwa film-film, iklan-iklan, video klip dan semua itu akan menjauhkan anak – anak kami dari Al Qur’an khususnya. Tapi yang terjadi di Gaza, masjid – masjid kami selalu ramai oleh para pemuda dan anak – anak. Masjid – masjid kami adalah tempat menghafal Al Qur’an dan rumah-rumah kamipun tempat menghafal Al Qur’an,” jelas Syeikh Mahmoud yang merupakan dosen di Universitas Islam Jalur Gaza dan anggota Rabithah Ulama Palestina.
“Pada dasarnya hukum sepakbola itu mubah, dan anak – anak sudah kami didik mengenai managemen waktu. Mereka boleh bermain bola, tapi mereka tetap diajarkan mengenai kewajiban prioritas untuk belajar dan menghafal Al Quran. Mahmoud Sarsakz itu binaan saya sejak kecil. Ia seornag hafidz Qur’an. Setiap hari ia kuliah dan hobi bermain bola, sore dia melakukan muroja’ah Qur’an, pada malam hari ia ikut dalam piket bergilir menjaga perbatasan bersama para Mujahidin Palestina,” jelas Syeikh Hani Rafiq disambut haru oleh para peserta silahturahim di kantor redaksi Majalah Suara Hidayatullah tersebut.
Saat ini Mahmoud Sarsakz ditangkap negara Zionis Israel, dalam menjadi salah salah satu tawanan yang melakukan perlawanan mogok makan di dalam penjara Israel.*
Rep: Thufail Al-Ghifari
Red: Cholis Akbar
Hidayatullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar