Siapa
yang tak kenal dengan nama kota Jerussalem. Kota yang melahirkan banyak
orang-orang militan dalam perjuangan Islam ini ternyata punya kisah
panjang dalam sejarah. Masjidil Aqsa, kiblat pertama umat Islam pun ada
di kota mulia ini, sebelum akhirnya berpindah ke tanah suci Makkah,
menghadap Ka'bah.
Dari
kota ini pula Rasulullah memulai perjalanan Isra' Mi'r-ajnya ke
Sidratul Muntaha. Dalam sejarah keagamaan, kota ini juga dianggap suci
oleh tiga agama samawi. Bagi umat Islam sudah jelas mengapa kota ini
dianggap suci, karena masjid Aqsa persinggahan Rasulullah ada di sana.
Bagi umat Nasrani, kota ini juga dianggap bersejarah karena berdekatan
dengan kota Bethlehem tempat lahir Nabi Isa. Sedang bagi kaum Yahudi,
kota ini diper-caya sebagai tempat berdirinya istana Nabi Sulaiman zaman
dahulu kala. Haikal Sulaiman, begitu mereka menyebutnya.
Jauh
sebelum Shalahuddin Al Ayyubi lahir, kota ini makmur dalam daulat
pemerintahan Islam. Khalifah Umar bin Khattab berhasil merebut kota ini
dengan damai dan hampir tanpa pertumpahan darah. Uskup Agung Sophronius
pemegang tampuk kekuasaan Jerussalem kala itu, meminta Khalifah Umar
mengambil alih kekuasaan.
Berabad-abad
lamanya Jerussalem menjadi kota dambaan. Tak ada hak yang dilanggar,
dan tak satupun kewajiban ditinggalkan tanpa mendapat sangsi. Semua
peraturan berjalan dengan adil, penduduk makmur dan sejahtera. Semua
pemeluk agama bebas melakukan iba-dahnya masing-masing tanpa khawatir
diganggu atau ditindas kaum mayoritas.
Kaum
Nasrani seluruh dunia bebas keluar masuk Jerussalem untuk melakukan
ibadah agama mereka di Bethlehem, begitu juga orang-orang Yahudi.
Pendeknya tak ada satu pun yang diganggu. Bahkan tak jarang orang-orang
Nasrani dari Eropa datang dengan jumlah yang besar dalam iring-iringan
panjang bersenjata lengkap bak pasukan perang.
Bak
kata pepatah, dikasih hati minta jantung, diberi kebeba-san mereka kian
kurang ajar. Dengan rombongan besar, kaum nasrani kerap kali mencelakai
penduduk dan orang-orang muslim yang kebe-tulan mereka temui di
perjalanan. Tercatat pada tahun 1064, 7000 orang yang bergabung dalam
rombongan untuk beribadah itu telah menyerang orang-orang Arab dan
Turki. Lebih jauh dari itu, para pemimpin agama mereka malah mengobarkan
semangat untuk membebas-kan Jerussalem dari pemerintatah Islam pada
kemudian.
Adalah
Patriach Ermite, seorang pendeta yang getol sekali menyebarkan hasutan
dan tak henti-hentinya memprovokasi orang Nasrani untuk membalas dendam
serta merebut kembali kota Jerussa-lem. Dengan menunggang keledai dan
memikul salib besar ia menje-lajah Eropa dan mengabarkan, bahwa di
Jerussalem umat Nasrani telah dianiaya. Dengan pakaiannya yang
compang-camping ia berk-hutbah dari gereja ke gereja, dari satu kota ke
kota lainnya, bahwa kubur Nabi Isa telah diinjak-injak dan umat Kristen
telah dihina oleh muslim Jerussalem.
Kontan
saja, mendengar kabar bohong yang demikian, semangat juang kaum Nasrani
membela agamanya berkobar dengan segera. Tak peduli perampok, tak
peduli pencuri semua mengangkat senjata untuk membela. Dana-dana
dikumpulkan, senjata-senjata diasah tajam dan perang suci pun diumumkan.
Lebih dari itu, Paus Urbanus II mengumumkan akan memberikan ampunan
dosa bagi siapa saja yang ikut berperang. Siapa yang tak ingin ikut
berperang jika jami-nannya terbebas dari dosa turunan yang selama ini
mereka emban.
15
Agustus 1095 adalah hari yang ditentukan untuk memberang-katkan pasukan
Salib ke Timur Tengah oleh Paus Urbanus II. Lagi-lagi pendeta Patriach
Ermite menghasut rakyat, "Hari yang diten-tukan terlalu lama," katanya.
Ia tak sabar untuk segera menghan-curkan Islam. Akhirnya dengan membawa
60.000 pasukan, Pendeta Ermite memimpin penyerbuan. Di tengah jalan,
kaum tani dan orang awam datang bergabung, dan hampir semua tempat yang
dilalui pasukan itu selalu menyumbangkan tenaga-tenaga mudanya untuk
berperang suci. Sehingga jumlah pasukan yang menyerbu lebih awal
sebanyak membengkak menjadi 200.000 orang.
Sepanjang
perjalanan mereka membuat huru-hara, pasukan dii-zinkan untuk merampok,
memperkosa dan membunuh orang yang mereka temui, dimana saja. Meski
demikian sepanjang jalan pasukan salib selalu dieluk-elukan. Tapi ketika
mereka tiba di Hongaria dan Bulgari, sambutan yang mereka tak seperti
biasanya. Penduduk bersikap biasa saja, bahkan acuh pada mereka. Hal ini
ternyata membuat sebagian besar pasukan salib kecewa dan marah, lalu
menyerang penduduk Hongaria, juga Bulgaria. Tapi penduduk setem-pat tak
tinggal diam, mereka pun angkat senjata melakukan perla-wanan,
peperanganpun tak terelakkan. Dari jumlah 200. 000 orang, hanya 70.000
saja yang tersisa untuk melanjutkan perjalannya menuju Timur Tengah,
sedang yang lainnya menemui nasib binasa.
Ekspedisi
pasukan salib pertama yang dipimpin oleh sang pendeta yang tak tahu
strategi kancah laga, akhirnya tumpas tak tersisa. Hal ini kian membuat
pasukan salib yang belum berangkat kian membara dendamnya. Pasukan salib
kedua pun tercipta, dengan dipimpin oleh anak-anak Raja Godfrey dari
Perancis, mereka mengumpulkan pasukannya di Konstantinopel. Bak banjir
bandang mereka datang menyerbu wilayah-wilayah yang berada dalam daulat
pemerin-tahan Islam. Daerah-daerah Islam yang memang tak memiliki
pasukan perang dalam jumlah besar, hampir dengan mudah mereka kalahkan.
Setelah
bertempur sekian lama dan menghadapi pejuang-pejuang Islam yang pantang
menyerah, akhirnya pasukan salib berhasil juga merebut kota Jerussalem
dengan banjir darah. Pertengahan bulan Juli tahun 1099 kota Jerussalem
mutlak dikuasai pasukan salib yang membabi buta.
Seperti
kerasukan setan mereka membunuhi siapa saja yang beragama Islam. Tak
peduli anak-anak, orang tua dan perempuan, asal Islam tak ada ampunan.
Tak hanya itu mereka juga membantai kaum Yahudi dan Nasrani yang tak mau
bergabung dengan pasukan salib. Mereka telah lupa daratan, berperang
dengan biadab.
Seorang
sejarawan Perancis dalam sebuah karyanya menuliskan, "Orang-orang
Kristen pada tahun 1099 saat penaklukkan kota Jerus-salem membantai
orang-orang Islam di jalan-jalan dan di rumah-rumah. Jerussalem tak
punya tempat lagi bagi orang-orang yang kalah." Bersambung...(her)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar