(oleh Irwansyah Ibnu Salim)
Kaum
mufasirin menerangkan ketika menafsirkan surat An Nisaa ayat 59, bahwa
taat kepada Ulil Amri tidaklah berdiri sendiri, tetapi harus dikaitkan
dengan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul Nya.
Dalam kata "taatlah" terkait hubungannya dengan Allah SWT secara langsung, demikian pula dengan Rasul Nya, tetapi tidak dengan Ulil Amri.
Bunyi ayat tersebut adalah: "Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan Ulil Amri."
Dalam ayat tersebut, kata "taatilah" dikaitkan kepada Allah dan Rasul. Kata "taatilah" tidak disebutkan bersama Ulil Amri.
Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan itu hanya kepada Allah SWT dan Rasul Nya, dengan mengikuti Al Qur'an dan Sunnah, wajib dilakukan tanpa syarat.
Sebaliknya karena tidak disebutkannya kata "taatilah" secara tersendiri dalam hubungannya dengan Ulil Amri, maka hal ini berarti bahwa KEtaatan kepada Ulil Amri tidaklah mutlak wajib demikian saja, tanpa syarat.
Ketaatan itu hanyalah kelanjutan dari ketaatan kepada Allah dan Rasul.
Kiranya jelaslah kandungan dari ayat tersebut, bahwa apabila Ulil Amri itu (imam) tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya dengan jalan melaksanakan Kitabullah dan Sunnah Rasul, maka mereka KEHILANGAN HAK UNTUK DITAATI.
Dalam kata "taatlah" terkait hubungannya dengan Allah SWT secara langsung, demikian pula dengan Rasul Nya, tetapi tidak dengan Ulil Amri.
Bunyi ayat tersebut adalah: "Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan Ulil Amri."
Dalam ayat tersebut, kata "taatilah" dikaitkan kepada Allah dan Rasul. Kata "taatilah" tidak disebutkan bersama Ulil Amri.
Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan itu hanya kepada Allah SWT dan Rasul Nya, dengan mengikuti Al Qur'an dan Sunnah, wajib dilakukan tanpa syarat.
Sebaliknya karena tidak disebutkannya kata "taatilah" secara tersendiri dalam hubungannya dengan Ulil Amri, maka hal ini berarti bahwa KEtaatan kepada Ulil Amri tidaklah mutlak wajib demikian saja, tanpa syarat.
Ketaatan itu hanyalah kelanjutan dari ketaatan kepada Allah dan Rasul.
Kiranya jelaslah kandungan dari ayat tersebut, bahwa apabila Ulil Amri itu (imam) tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya dengan jalan melaksanakan Kitabullah dan Sunnah Rasul, maka mereka KEHILANGAN HAK UNTUK DITAATI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar