(oleh Ummu Miftahul Haq di Face Book )
Dahulu di zamaan Rasulullaah shalallahu alaihi wassalam. kaum muslimin dikenal bersatu, tidak ada golongan ini dan tidak ada golongan itu, tidak ada Syiah ini dan tidak ada Syiah itu, semua dibawah pimpinan dan komando Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.
Bila ada masalah atau beda pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. itulah yang membuat para sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan duniawi.
Kemudian setelah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali karomallahu wajhah menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh Ibin Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus faham Syiah (Rawafid).
Tapi setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah tersebut mulai membesar, sehingga timbullah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Saat itu muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam, seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. bersama sahabat-sahabatnya. Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan akidahnya Ahlus Sunnah Waljamaah.
Jadi golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah golongan yang mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus shohabah. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah shalallahu alahi wassalam : bahwa golongan yang selamat dan akan masuk surga (al-Firqah an Najiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) kerjakan bersama sahabat-sahabatku.
Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah Islamiyah yang dibawa oleh Rasulullah dan golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah umat Islam. Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah Waljamaah dan Ahlus Sunnah Waljamaah itulah Islam. Sedang golongan-golongan ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah, Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah shalallahu alahi wassalam yang berarti menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah ada sebelum Allah Subhana wata'ala menciptakan Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali. Begitu pula sebelum timbulnya ahli bid’ah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.
Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita sepakat bahwa Ahlul Bait adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi shalallahu alahi wassalam dan mereka tidak menyimpang dari ajaran Nabi. Mereka tidak dari golongan ahli bid’ah, tapi dari golongan Ahlus Sunnah. Demikian sekilas lahirnya nama Ahlus Sunnah Waljamaah.
Abu Dzakir Berkata:
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada tali (agama/kitab) Allah dengan berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS Ali Imran (3): 103).
Bila ada masalah atau beda pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. itulah yang membuat para sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan duniawi.
Kemudian setelah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali karomallahu wajhah menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh Ibin Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus faham Syiah (Rawafid).
Tapi setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah tersebut mulai membesar, sehingga timbullah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Saat itu muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam, seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. bersama sahabat-sahabatnya. Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan akidahnya Ahlus Sunnah Waljamaah.
Jadi golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah golongan yang mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus shohabah. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah shalallahu alahi wassalam : bahwa golongan yang selamat dan akan masuk surga (al-Firqah an Najiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) kerjakan bersama sahabat-sahabatku.
Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah Islamiyah yang dibawa oleh Rasulullah dan golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah umat Islam. Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah Waljamaah dan Ahlus Sunnah Waljamaah itulah Islam. Sedang golongan-golongan ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah, Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah shalallahu alahi wassalam yang berarti menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah ada sebelum Allah Subhana wata'ala menciptakan Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali. Begitu pula sebelum timbulnya ahli bid’ah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.
Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita sepakat bahwa Ahlul Bait adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi shalallahu alahi wassalam dan mereka tidak menyimpang dari ajaran Nabi. Mereka tidak dari golongan ahli bid’ah, tapi dari golongan Ahlus Sunnah. Demikian sekilas lahirnya nama Ahlus Sunnah Waljamaah.
Abu Dzakir Berkata:
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada tali (agama/kitab) Allah dengan berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS Ali Imran (3): 103).
Tidak salah apa yang terurai di atas. Namun ada yang terlupakan yang juga merupakan sesuatu yang sangat prinsipil dari Islam itu sendiri. Yaitu KEPEMIMPINAN. Setelah runtuhnya Khilafah Turki, kepemimpinan itu telah hilang begitu saja karena hancur terurai berantakan. Maka, untuk mengembalikan sistem ahli sunnah wal jama'ah, sangat diwajibkan yang mengaku ahli sunnah wal jama'ah memiliki satu pemimpin (imam) universal ( bukan pimpinan wilayah teritorial), agar ahli sunnah wal jama'ah tidak sekedar mengaku-aku saja, tanpa dipegang oleh satu komando kepemimpinan (bersatu). Karena bersatu bukan sekedar berkumpul satu, tapi berkumpul satu dengan satu pemegang perintah untuk seluruh dunia. Wallahu a'lam.
Itu satu versi pendapat , simak juga versi pendapat yang lain, perpecahan itu mulai terjadi sejak Rasulullah SAW wafat. Maka disitu terjadi pengangkatan khalifah Abu Bakar RA dengan tidak melibatkan dari pihak keluarga Rasulullah SAW yaitu sayidina Ali KW beserta sahabatnya. Dari sini pula muncul 2 pendapat, satu golongan mengatakan bahwa pemilihan khalifah boleh dengan musyawarah dan tidak ditentukan oleh Allah dan Rasulnya dan dikatakan bahwa Rasul tidak pernah mewasiatkannya tapi dari pihak Ali KW berpendapat bahwa khalifah itu telah ditetapkan oleh Nabi SAW yaitu Sayidina Ali KW. Maka dari sinilah mulai tampak perpecahan umat islam.
BalasHapusSelanjutnya pada khlaifah ke dua yaitu Umar Bin Khatab RA menerima wasiat dari Abu Bakar untuk melanjutkan kekhalifahannya. Dan pada khalifah ketiga Usman bin Affan RA yg terpilih. kemudian Khalifah keempat diterima oleh Ali KW. Pada masa khalifah Ali terjadi pemberontakan yg kobarkan oleh muawiyah bin abu sofyan, yang merebut kekhalifan Ali dan akhirnya diperangi oleh Ali hingga hampir kalah. kemudian terjadi peristiwa tahkim dan pada peristiwa inilah Ali di lucuti kekuasaannya dan diserahkan kepada Muawiyah krn kecurangan diplomasi utusan muawiyah. dan akhirnya pada kelompok Ali terpecah menjadi 2 golongan yg pertama adalah yg tetap setia dgn keputusan Ali dan yg kedua adalah yg menentang keputusan Ali dlm proses tahkim bahkan golongan ini jg mengkafirkan Ali. Akhirnya dari sinilah terdapat kelompok2 dalam islam yaitu kelompok yg tetap setia dgn Ali disebut syiah, yang kedua adalah kelompok muawiyah dan kaum muslimin yg netral (ahlus sunah waljamaah ) dan yg ketiga adalah kaum khawarij.