Senin, 07 November 2011

UKHUWAH DAN RUHUL JIHAD GHAZWAH FATH AL-AQSHA



بسم الله الرحمن الرحيم
Khutbah Idul Adha 1432 Hijriyah :
Meningkatkan Ukhuwah dan Ruhul Jihad
bagi Pembebasan Al-Aqsha secara Berjama’ah
Oleh : Ali Farkhan Tsani
Majelis Kutab Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته .
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له ، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل على محمد وعلى آله وأصحابه ومن اتبعه بإ حسان إلى يوم الدين. أما بعد أيها المسلمون أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون اعوذب الله من الشيطان الرجيم يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون,  وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إِ تَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَاتَّبِعِ السَّيئاَتَ الْحَسَنَةَ تَمْحُوْهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ صدق الله العظيم وصدق رسول الكريم ونحن على ذلك من الشاهدين والحمد لله رب العالمين. الله اكبر, الله أكبر, الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا .
لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده . لا إله إلا الله والله أكبر . الله أكبر ولله الحمد . 

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,…..
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tiada Tuhan selain Dia dan tidak ada yang kita sembah kecuali Dia. Hanya Allah-lah Tuhan yang Esa,  ketulusan dan janji kemenangan kepada hamba-hamba-Nya yang setia, serta yang memuliakan orang-orang yang berjuang di jalan-Nya. Sungguh hal itu menunjukkan betapa Allah Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Mulia, lagi Maha Segala-galanya.
 اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ Gema takbir “Allah Maha Besar”, hangat berkumandang di bentangan samudra ke-Mahabesaran-NYA. Bangkit getarkan kesadaran jiwa insani yang terlena dan terbuai dalam ayunan kegelapan dan kebodohan. Manusia tak sadar atas perilaku dirinya yang telah mengguncang serta menghancurkan tata keseimbangan bersemesta, akibat iman kandas terpuruk dalam lumpur keingkaran dan kemaksiatan.
لآ اِلهَ اِ لاَّ الله  Syahdu lembut tahlil “Tiada Tuhan yang layak dipuja dan disembah selain Allah”, mengalunkan ke-Esaan Ilahi, di hamparan lorong-lorong hati yang tandus kering kerontang, bak daun-daun kering berguguran, karena terhinakan dan tak berdaya, kurang siraman ruhani, sedikit dzikrullah, dan jauh dari munajat kepada Sang Pencipta.
وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ  Lantunan merdu senandung tahmid “Segala puja hanya milik Allah”, tampilkan keterpujian Ilahi, dalam keajaiban Maha-karya Sang pencpta ajagat raya pada hamparan semesta, dalam jalinan nilai ke-Esaan himpunkan satu kesatuan angggun berkeseimbangan. Tumbuh berkembang dalam kedamaian, isyaratkan hidup tanpa pembangkangan, melainkan utuh dalam kemurniaan ketaatan.
Ma’asyiral Muslimin-Muslimat rahimakumullah,
Hari ini tanggal 10 Dzulhijjah, seiring fajar bergerak berjenjang naik menyibak tirai kegelapan hidup.  Getar menggema alunan takbir, tahlil dan tahmid, berkumandang syahdu di seluruh ruas lorong alam semesta. Jiwa-jiwa yang sakit tertimpa puing-puing runtuhan iman pun turut merangkak bersatu dalam barisan derap langkah berketauhidan iman. Berbondong-bondong menuju tanah-tanah lapang dan masjid-masjid yang dimuliakan, untuk bersholat Idul Idul Adha, bergabung bersama segenap umat dalam ragam kualitas iman.
Dengan penuh keyakinan, kita luntunkan takbir, tahlil dan tahmid serta sholat Idul Adha yang ditegakkan adalah bagian dari luapan gelora kerinduan bersegera berjumpa bertegur sapa dengan Robbnya. Shalat kita merupakan  wujud syukur atas limpahan nikmat, rahmat dan berkah dalam segala keadaan. 
Sebagai wujud kerinduan hati kala bibir-bibir insan-insan berkeimanan murni basah bergetar berdzikir tiada hentinya memuja Kebesaran, Kemuliaan dan Keagungan Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya jiwa-jiwa berkelembutan hati yang dapat menyerap setiap getar alunan takbir, tahlil dan tahmid.  Lalu menyusup lembut ke relung-relung hati paling dalam, menyibak ihwal keberadaan diri di tengah hamparan samudra ke-Agungan Ilahi, bahwa tidak ada lagi kesombongan dalam diri di hadapan kekuasaan-Nya. Laksana setetes air hujan jatuh di tengah samudra luas, sirnalah diri dari pandangan. Demikianlah hakikat keberadaan diri, kecil tiada berarti lenyap tak terpandang di tengah hamparan kemahabesaran Allah dalam bentangan kuasa ciptaan-Nya di alam raya. Dengan berbagaikarunia nikmat-Nya yang takterhingga.
Jama’ah shalat Idul Adha yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah,…..
Setelah kemarin jutaan jamaah hajj melaksanakan wuquf di padang ‘Arafah, berkumpul dari berbagai suku, bangsa, warna kulit, dan bahasa, sebagai satu kesatuan “ummataw wahidah”. Kita yang di luar jamaah hajji pun menunaikan shaum shaum ‘arafah, yang insya Allah dapat menghapus dosa dan kesalahan kita setahun lalu dan yang akan datang. Amin.
Hari ini, pagi yang berbahagia dan penuh kegembiraan,  dengan segala kedhaifan dan kefakiran, kita semua berkumpul di tempat ini dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Qurban, bergerak menghadap satu titik kiblat di tanah haram, dalam satu rangkaian. Bersama satu miliar lebih kaum muslimin di seluruh penjuru alam, membesarkan asma-Nya seraya memuji keagungan-Nya saling bertautan. Kita semua mensucikan kemuliaan-Nya menjauhi pertikaian, serta menghapus dendam berkepanjangan. Seraya takbir terus berkumandang :
Kemudian insya Allah kita lanjutkan dengan memotong hewan qurban. Memenuhi seruan Allah Ta’ala :

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ , فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ , إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurrbanlah ! Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (Surat Al-Kautsar ayat 1-3).
الله أكبر ولله الحمد
Hadirin-hadirat, ikhwan wal akhowat hadakumullah,
Melalui Momentum Hari Raya Qurban, adalah agar kita meneladani Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihis Salam, beserta isterinya Hajar dan puteranya Isma’il ‘Alaihis Salam. Sebuah teladan kebaikan, bagaimana Hidup adalah Pengabdian kepada Allah yang memerlukan Pengorbanan. Bagaimana tidak disebut pengorbanan, kalau harus menyembelih puteranya tersayang.
….يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
Artinya : “Duhai puteraku tersayang, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
Isma’il putera kesayangannya itu dengan ikhlas, penuh bakti, menjawab :
قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang shabar.” (QS Ash-Shaffat : 102).
Dalam rangkaian ibadah Idul Adha salah satunya disyariatkan memotong hewan qurban, mengisyaratkan manusia diperintahkan menyembelih atau mengorbankan nafsu kebinatangan yang ada pada dirinya. Mungkin begitu mudah bagi orang berkemampuan harta untuk mengorbankan seekor binatang. Namun bagaimana kesediaan mereka mengorbankan nafsu kebinatangannya?
Dalam makna yang luas sesungguhnya Allah telah memberikan kesempatan kepada setiap hamba-Nya tanpa pandang bulu untuk bersedia mengorbankan nafsu kebinatangannya. Nafsu Tamak, rakus, serakah, menindas yang lemah, hanya mengutamakan kepentingan diri, adalah contoh-contoh nafsu kebinatangan yang dapat merusak tatanan kehidupan. Selama nafsu tercela tersebut dominan di dalam diri seseorang, maka dapat dipastikan segala perbuatan seseorang meskipun tampak bernilai baik. Namun pada akhirnya menghasilkan kerusakan bagi dirinya sendiri dan pihak lain.
Karena itu,  hanya dengan keimanan tauhidullah yang murni, bersih dari segala syirik, akan membawa jiwa seseorang pada tingkat rela berqorban. Ia lebih mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri pribadi sendiri.  Sekalipun dirinya sendiri sangat membutuhkan.
Sebagaimana dicatat dengan tinta emas dalam tarikh perang Yarmuk. Setelah pasukan Muslim berhasil memukul mundur pasukan Roma, ditemukanlah tiga orang mujahid terluka parah, meregang nyawa dan sangat kehausan. Mereka adalah Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Al-Harits meminta air minum kepada temannya yang tampak membawa kantung minuman. Namun, ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat saudaranya Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami. Lalu ia berbisik lirih sambil menahan haus, “Berikan dulu kepada Ikrimah,”. Begitu air didekatkan ke mulut Ikrimah, Ikrimah pun melihat ikhwannya Ayyasy menengok kepadanya dalam keadaan kehausan kepayahan. Ia pun berbisik pelan sambil menahan sakit berkehebatan, “Berikan dulu kepada Ayyasy!” ujar Ikrimah.
Namun apa daya, ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah wafat. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah menghembuskan nafas terakhirnya sebagai syuhada. Demikian itu gambaran akhlaq terpuji dalam keadaan sakit dan membutuhkan masih mengutamakan pihak lain. Itulah cerminan jiwa berqorban yang tidak diragukan lagi.
Seperti juga sikap orang-orang Anshar terhadap kaum Muhajirin karena begitu cintanya kepada saudaranya melebihi cintanya kepada diri sendiri. Saling berbagi, saling bershadaqah, saling menguatkan karena Allah semata. Tanah sejengkal dibagi dua, harta miliknya dishadaqahkan sebagiannya, bahkan ada yang dengan ridha menawarkan salah satu isterinya untuk siap dicerai, hingga setelah akhir masa iddahnya untuk dinikahkan untuk saudaranya yang datang dari Mekkah. Subhanallah.
Allah menyebutkan di dalam ayat :
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
Artinya : “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan”. (Surat  Al-Hasyr ayat 9).
Mereka sesama orang-orang beriman Jauh dari perselisihan, jauh dari saling bermusuhan dan tidak ada dendam bekepanjangan.  Di dalam sebuah hadits shohih yang diriwayatkan Imam Muslim kita diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
Artinya : “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka diampuni setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun. Kecuali seseorang yang antara dia dengan saudaranya ada "syahnaa", yakni rasa permusuhan dan kebencian dengan sesama. Lalu dikatakan, “Tunda ampunan untuk dua orang ini sampai keduanya berdamai. Tunda ampunan untuk dua orang ini sampai keduanya berdamai. Tunda ampunan untuk dua orang ini sampai keduanya berdamai. (HR Muslim dari Abu Hurairah).
اَللهُ اَكْبرَ وَللهِ الْحَمْد
Oleh karena itu, Jama’ah shalat id yang berbahagia,…..
Mulai Hari Raya ini, marilah kita luruskan kembali niat dalam perjalanan hidup kita untuk menjadi hamba Allah di atas jalan yang lurus, agar kita selamat dan sukses dunia akhirat. Di bawah ridha dan ampunan-Nya. Berpaling dari perintah-Nya, bergeser dari aturan-Nya, dan tidak mengindahkan arahan-Nya, hanya akan berakibat sesat dan sengsara. Na’udzubillahi min dzalik !
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Artinya : “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS Thaha [20] : 124-127).
Di dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim disebutkan : bahwa Allah Ta'ala berfirman, yang artinya : "Hai anak Adam, kamu tidak adil terhadap-Ku. Aku mengasihimu dengan kenikmatan-kenikmatan tetapi kamu membenci-Ku dengan berbuat kemaksiatan-kemaksiatan. Kebajikan kuturunkan kepadamu namun kejahatan-kejahatanmu naik kepada-Ku. Selamanya malaikat yang mulia datang melapor tentang kamu tiap siang dan malam dengan amal-amalmu yang buruk".
"Hai anak Adam, Aku menyuruhmu tetapi kamu berpaling, dan Aku melarangmu tetapi kamu tidak mengindahkan, dan Aku menutup-nutupi (kesalahan-kesalahan)-mu tetapi kamu tambah berani,  dan Aku membiarkanmu dan kamu tidak mempedulikan Aku.”
“Wahai orang yang esok hari bila diseru oleh manusia akan menyambutnya,  namun bila diseru oleh Allah Yang Maha Besar dia berpaling dan mengesampingkan. Namun ketahuilah, apabila kamu minta Aku memberimu, jika kamu berdoa kepada-Ku Aku kabulkan, dan apabila kamu sakit Aku sembuhkan, dan jika kamu berserah diri Aku memberimu rezeki,  dan jika kamu mendatangi-Ku Aku menerimamu,  dan bila kamu bertaubat Aku ampuni (dosa-dosa)-mu,  dan Aku Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih."
الله أكبر الله أكبر, لا إله إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد
Ikhwani wa akhwati fil aqidah,
Sebagai bagian dari ukhuwah Islamiyah, bahkan merupakan ukhuwah islamiyah terbesar dan terpenting abad ini adalah bersatunya kaum muslimin secara terpimpin dalam satu wadah Jama’ah Muslimin wa Imaamahum sebagai wujud Kepemimpinan yang mengikuti pola Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yakni Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah.
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا
Artimya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah.....” (QS Ali Imran : 103).
Di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim Ibnu Katsir dijelaskan bahwa wujud kesatuan umat Islam adalah dengan mengamalkan atau menetapi Jama’ah Muslimin wa Imaamahum.
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ
“Tetaplah engkau pada Jama;ah Muslimin dan Imaam mereka”. (HR Bukhari dan Muslim dari Hudzaifah bin Yaman).
Dengan kehidupan berjama’ah inilah, akan tumbuh kekuatan dan kejayaan kaum muslimin. Kekuatan yang tidak dapat dipecah-belah, kejayaan yang tidak mudah diadu domba oleh kaum kuffar. Dan inilah kunci utama dalam perjuangan kaum muslimin di manapun berada. Wabil khusus dalam jihad pembebasan Al-Aqsha yang terjajah oleh Zionis Yahudi Laknatullah ‘alaih.
Jihad Pembebasan Al-Aqsha ini menjadi prioritas utama perjuangan saat ini, dengan jihad bil amwal wal anfus, pengorbanan harta dan jiwa, funds and force,s dalam membebaskan Masjid Al-Aqsha kiblat pertama, tempat Isra Mi’raj, waqaf kaum muslimin, kembali ke pangkuan muslimin. Semata-mata karena perintah Allah.
Sahabat Abdullah bin Rawahah pernah mengingatkan kita ketika dia berseru di medan pertempuran melawan kaum kuffar. Seruan Abdullah bin Rawahah,   
“Saudara-saudara sekalian!  Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala! Sesungguhnya kita berperang melawan musuh-musuh kita bukanlah karena kekuatan atau banyaknya jumlah kita! Kita  tidaklah memerangi mereka, melainkan karena Agama kita ini memerintahklan demikian! Yang dengan agama Islam yang kita peluk ini, kita telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’alaSalah satu dari dua kebaikan pasti akan kita raih, yaitu kemenagan atau syahid di jalan Alloh Subhanahu wa Ta’ala!”
Di dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir disebutkan, Amirul mukminin Umar bin Khattab ketika mengutus pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash untuk menaklukkan Persia. Beliau menulis sebuah nasehat berharga berikut,
“Amma ba’du, sesungguhnya saya wasiatkan kepadamu beserta pasukanmu sekalian untuk selalu bertaqwa kepada Allah dalam setiap keadaan karena taqwa adalah senjata pemusnah musuh yang paling ampuh dan siasat perang yang paling jitu.
Saya wasiatkan padamu beserta pasukanmu untuk lebih waspada  jangan sampai berbuat maksiat, karena dosa maksiat kalian itu lebih berbahaya daripada musuh kalian sendiri. Sesungguhnya kaum muslimin akan meraih kemenangan disebabkan dosa-dosa musuh mereka. Kalau bukan karena itu, kekuatan apa lagi yang kita miliki, jumlah tentara kita tak sebanding dengan jumlah mereka dan persenjataan kita tak sebanding dengan persenjataan mereka. Apabila kemaksiatan kita sepadan dengan mereka, maka mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatannya. Dan apabila kemenangan bukan karena keutamaan kita, maka musuh tak akan kalah dengan kekuatan kita.
Ikhwani wa akhwati fil aqidah, rahimakumullah.
Mencermati kondisi Masjid Al-Aqsha dan kaum muslimin di Palestina, hingga saat ini masih dalam penjajahan Zionis Israel. Jelas wajib bagi kaum muslimin terjajah untuk membela dan mempertahankan diri dengan jiwa dan harta mereka, sampai memperoleh kebebasan hakiki, terlepas dari penzaliman. Sebab, penjajahan sangat ditentang dalam ajaran Islam. Karena itu, setiap negeri-negeri muslim yang terjajah, khususnya Palestina di mana terdapat Masjid Al-Aqsha di dalamnya, wajib melepaskan dirinya dari penjajahan.
Setengah abad yang lalu, yakni tahun 1372 H. / 1953 M., Jama’ah Muslimin (Hizbullah) telah mengeluarkan Maklumat I yang isinya, “Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tegak berdiri di dalam lingkungan kaum muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedzaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa-bangsa”.
Alhamdulillah, terpanggil oleh ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits sahih, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dengan izin dan petolongan Allah telah memaklumkan secara terbuka ke dunia internasional tentang jihad Ghazwah Fath Al-Aqsha sejak tanggal 24 Sya’ban 1427 H. atau bertepatan dengan tanggal 17 September 2006 lalu.
Kemenangan pun pasti diraih kaum muslimin yang istiqamah berjihad di jalan-Nya secara terpimpin. Beberapa kabar gembira dan kepastian janji Allah antara lain disebutkan dalam beberapa dalil.

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS At-Taubah : 33).

وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“Mereka mempunyai rencana tipu daya, dan Allah menggagalkan rencana tipu daya itu. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas rencana tipu daya.” (QS All-Anfal : 30).
  ثُمَّ رَدَدۡنَا لَكُمُ ٱلۡڪَرَّةَ عَلَيۡہِمۡ وَأَمۡدَدۡنَـٰكُم بِأَمۡوَٲلٍ۬ وَبَنِينَ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ أَڪۡثَرَ نَفِيرًا
“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar”. (QS Al-Isra : 6).
  إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡ‌ۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَا‌ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأَخِرَةِ لِيَسُـۥۤـُٔواْ وُجُوهَڪُمۡ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ڪَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوۡاْ تَتۡبِيرًا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam Masjid (Al-Aqsha), sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (QS Al-Isra : 7).
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْيَهُوْدَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُوْنَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِىُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ : “يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِىٌّ خَلْفِيْ فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ”، إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
Tidak akan terjadi Hari Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi lalu kaum Muslimin membunuh mereka. Sehingga orang yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Maka batu atau pun pohon itu berkata : “Wahai Muslim, Wahai Hamba Allah.. ini ada seorang Yahudi bersembunyi di  belakangku, kemarilah bunuhlah dia!. Kecuali pohon gharqad, karena pohon tersebut diantara pohon-pohon (yang ditanam)  orang-orang Yahudi”. (HR Muslim)
الله أكبر الله أكبر, لا إله إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,…..
Sebagai bagian akhir dari Khutbah ini, Khatib sampaikan nasihat khusus untuk kaum wanita muslimat. Khatib nasihatkan kepada kalian  agar kalian senantiasa memelihara diri, menjaga kehormatannya, menutup aurat, dan mepertahankan diri dari perbuatan maksiat.
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“…..maka wanita yang shalihat, ialah wanita yang tha`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)….”. (QS An-Nisa [4] : 34).
 

إِذَا صَلَّتِ المَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الجَنَّةِ شَاءَتْ .
“Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, niscaya dia masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan.” (HR Ahmad nomor 1661 dari Abdurrahman bin ‘Auf).
Akhirnya, marilah, dengan segala kedhaifan diri, marilah kita bermunajat kepada Allah yang Maha Kuasa, memohon ampunan-Nya serta meminta pertolongan-Nya. Marilah kita aminkan doa kita bersama.
أَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا  يُوَا فِيْ  نِعَمَهُ  وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ  اْلحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِىْ ِلجَلاَلِ وَجْهِكَ  الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
أَللَّهُمَّ لَكَ  اْلحَمْدُ كُلُّهُ وَلَكَ الشُّكْرُ كُلُّهُ وَاِلَيْكَ يُرْجَعُ اْلأَمْرُ كُلُّهُ
اللّهُمَّ اغْفِرْ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْاَحْيَاءِمِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ يَا قَاضِيَالْحَجَاتِ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَناَ آخِرَتناَ الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَناَ فِي كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَناَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami,  perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami,  perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
“Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat.  Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.”
رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ ,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ,
أَللَّهُمَّ أَحْيِ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنِ وَإِمَامَهُمْ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَسُوْءٍ وَمُنْكَرٍ , اَللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ غَزَةْ وَفِلِسْطِيْنَ خَاصَّةً وَفىِ بُلْدَانِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَامَّة , اَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الكُفَّارِ يَهُوْدِي اِسْرَائِيْلِ وَشُرَكَائِهِمْ , وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ ,
اللَّهُمَّ إِهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ َ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ  وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar