Politik Hipokrit Amerika versus Pergerakan Islam 'Fundamentalis'
(Oleh: Dr. Amir Mahmud, M.Ag.)Alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Pemerintah Amerika Serikat selalu berpandangan dilematis dalam melihat permasalahan politik internasional yang menyangkut kepentingan politiknya. Hal ini terimplementasikan dalam pola kebijakan politik luar negerinya, antara berpikir pragmatis dan idealis.
Oleh karena itu, dunia Islam sering mengecap sebagai kebijaksanaan politik hipokrit (munafik). Di satu pihak Amerika selalu menggembar-gemborkan doktrin Demokrasi sebagai rumusan universal yang diagungkan dan dimasyarakatkan ke seluruh penjuru dunia. Namun di pihak lain sering dan selalu bertindak menginjak-injak kedaulatan negara lain dengan mengindahkan hak asasi manusia dan prinsip demokrasi negara/bangsa lain yang sedang tumbuh.
Amerika sudah terbiasa melihat macam-macam kelemahan negara-negara lain untuk tujuan kepentingan politiknya, yang lazim menyorot dari segi penerapan demokrasi dan hak asasi manusia, tetapi ia lupa melihat kekurangan dalam negerinya untuk menuntaskan persoalan ekonomi dan rasialis yang mudah meletup sewaktu-waktu. Pengebirian ras negro, perlakuan pembedaan warna kulit hitam dan putih di masyarakat Amerika masih sangat mencolok. Dunia Justru mengecap Amerika yang sedang” sakit” menutup borok ketidakadilan di dalam negerinya sendiri dan menuding ke sana ke mari negara-negara yang dituduh tidak demokratis dan melanggar hak asasi manusia, kemudian menghantam dengan dalih menerapkan keadilan.
Munculnya gerakan Islam yang sering mereka beri label “fundamentalis” yang terkenal sangat antibarat, menyedot perhatian Amerika dan masyarakat barat pada umumnya, karena kepentingan pada negara muslim menjadi persoalan utama. Maka wajar saja Amerika merasa terusik dengan adanya kaum fundamentalis karena mengganggu ketenangan dan kepentingannya. Banyak kejadian ekstimitas, gerakan teroris yang memerangi kepentingan Barat di berbagai pelosok penjuru dunia, dikaitkan dengan gerakan Islam Fundamentalis yang merasa diperlakukan makin tidak adil oleh Barat.
Para politisi dan praktisi Barat, khususnya Amerika Serikat, suka merancukan istilah Islam dengan menggenalisasikan sebagai kekuatan politik sempit. Islam dipandang sebagai Ideologi yang berbasis pada kekuatan agama. Wujud gerakan Islam Fundamentalis sering diartikan sebagai perwujudan masyarakat Islam secara keseluruhan. Kesan negatif seperti ini telah mendorong lahirnya banyak gagasan dari kalangan Barat yang berhaluan pragmatis untuk merekayasa penghancuran Islam sebagai kekuatan Politik dan Ideologi. [taz]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar