Senin, 24 Oktober 2011

DIALOG: HARUSKAH REVOLUSI ISLAM? (Bag. II)

  •  
    Ayi Hidayat Baharuddin  persoalan ini sama sekali bukan persoalan yang sepele, melainkan ia merupakan persoalan yang sangat penting bagi kita semua karena ia berkaitan dengan jalan keselamatan bagi kita di dunia dan di ahirat nanti.

    Bukankah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskan, bahwa ketika ummatnya terpecah belah menjadi 73 golongan seluruhnya dalam neraka kecuali satu saja yang selamat yaitu Al-Jama'ah?

    Dengan demikian Al-Jama'ah itu adalah satu-satunya jalan kesalamatan bagi kita semua. Oleh karenanya jika kita tidak memahami Al-jama'ah dengan baik dan benar, maka bagaimana kita akan menemukan satu-satunya jalan kesalamatan bagi kita itu?

    Untuk itulah kita harus medapatkan definisi yang jelas terlebih dahahulu apakah Al-Jama'ah itu?

    Setelah itu barulah kita akan lebih mudah memahami makna was-Sam'i, wath-Tho'at, wal-Hijrah dan wal-Jihad.

    Jika sejak awal kaki kita telah menapaki jalan yang salah, maka seberapa jauh pun kaki kita melangkah, kita akan tetap berada pada jalan yang salah yang ujungnya adalah neraka. Untuk berada pada jalan yang menuju surga yang hanya satu saja, maka kita harus kembali kepada awal perjalanan yaitu bagaimana pertama kali Rasulullah dan para sahabat mengamalkan-nya.

    Lima perintah yang Rasullullah perintahkan adalah berasal dari Allah dan yang pertama beliau perintahkan adalah bil-Jama'ah, Maka bagaimanakah beliau dan para sahabatnya mengamalkan bil-Jama'ah itu?
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: hmm... anda masih tetap memaksa rupanya. :-)

    sudah saya sampaikan bahwa PEDOMAN itu berbeda dgn TAHAPAN... ketentuan 80% pun hanyalah bagian dari strategy belaka, kalau anda bawa Al Baqarah : 249 utk "menghantam" target 80%... ya terlalu terburu-buru siih.
    kenapa? karena surah itu kan MADANIYYAH... turun sebelum HIJRAH, TAHAP I dan II adalah ibarat kejadian SEBELUM HIJRAH... bukankah saat itu umat Islam belum lakukan PERLAWANAN... baru sekedar HIJRAH (red: kalau di tahapan, ya itu tadi... target 80%).

    Lalu ada ayat yg serupa maknanya di Al Anfaal : 65... lagi2 itu juga Madaniyyah, jadi bisa dikatakan makna ini dipake saat umat Islam telah mempunyai KEKUASAAN... dan di tahapan ada di TAHAP III (Khilafah - 80%) lalu ke TAHAP V (Fisabilillah).

    kesimpulan... sekedar TAHAPAN... bukan PEDOMAN. saya harap anda mulai bisa membedakannya. :-)

    bil-Jama'ah, hijrah, was-Sam'i, wath-Tho'at ---> tak terlihat sebagai TAHAPAN.. malah ke arah PEDOMAN.

    Seandainya anda telah menjawab 2 pertanyaan saya di atas... saya akan MUDAH MENILAI kemauan anda... sayang sepertinya anda TERKESAN... takut konsukwensi.
    -----------------

    lalu anda menulis; "...rujukan dalil yang menjelaskan definisi Al-Jama'ah yang anda yakini. "

    saya sebenarnya kesulitan jika harus mencari dalil2 ttg suatu DEFINISI, maklum itu bukan bidang saya. Tapi mungkin saya coba COPAS salah satunya sbb:

    "Dinyatakan dalam hadits Hudzaifah tersebut supaya menjauhi semua firqah jika kaum muslimin tidak mempunyai jamaah dan tidak pula imam pada hari terjadi keburukan dan fitnah. Semua firqah tersebut pada dasarnya akan menjerumuskan ke dalam kesesatan, karena mereka berkumpul di atas perkataan/teori mungkar (mungkari minal qaul) atau perbuatan mungkar, atau hawa nafsu. Baik yang mendakwahkan mashalih (pembangunan) atau mathami’ (ketamakan) dan mathamih (utopia). Atau YAG BERKUMPUL di atas asas pemikiran kafir, seperti; SOSIALISME, KOMUNISME, KAPITALISME, dan DEMOKRASI. Atau yang berkumpul di atas asas KEDAERAHAN, KESUKUAN, KETURUNAN, KEMAZHABAN, atau yang lainnya. Sebab mereka semua itu akan menjerumuskan ke dalam neraka Jahanam, dikarenakan membawa MISI SELAIN ISLAM atau Islam yang sudah diubah…!"

    (diringkas dari Kutaib (kitab kecil) yang berjudul “Qaulul Mubin fi Jama’atil Muslimin” karangan Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali)

    Kesimpulan:
    Pendukung Syariah Islam (Khilafah) itulah barisan/kumpulan yg saya termasuk didalamnya... di dalam JAMAAH. :-)
    ------------------

    sekali lagi... baiknya anda jawab dulu 2 pertanyaan saya ini:
    1) apakah TAK BOLEH menuju TAHAP III (Khilafah) setelah TAHAP II (HIJRAH) telah mencapai 80%?
    2) Maaf..., apakah anda ingin wilayah ini tetap memakai system demokrasi daripada KHILAFAH?
  • Ayi Hidayat Baharuddin Sauaraku Surjo Prabowo, terus terang saya masih tidak bisa mengerti bagaimana anda bisa mengatakan saya memaksa ketika saya mengajak anda untuk melangkah sesuai dengan perintah di dalam hadis tersebut? Bukankah rujukan kita dalam beramal itu adalah Al-Quran dan sunnah?

    Dan hadis yang sedang kita bahaspun sangat jelas bahwa ia merupakan perintah. Hal itu berarti kita memang harus melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wasalam dalam hadis tersebut.

    Dan janganlah anda terpaku pada kata "perkara", karena ia hanyalah terjemahan bebas ke dalam bahasa Indonesia saja. Dalam bahasa arabnya hadis tersebut bunyinya : ٍِِِأَنا أَمُرُكُم بِخَمْسٍ أللهُ أَمَرَنِي بِهِنَّ (Ana amurukum bikhomsin Allahu amaroni bihinna ) Yang jika diartikan secara perkata: Ana (Aku) amurukum (memerintahkan kalian) bikhomsin (dengan lima) Allahu (Allah) amaroni (telah memerintahkan aku) bihinna ( dengannya).

    Jadi, kata lima perkara itu hanyalah merupakan terjemahan bebas dan ia bisa diterjemahkan dengan; lima tahapan, hal, amalan, dan apa saja tergantung apa yang sedang dibicarakan.

    Berkaitan dengan sunnah dalam menegakkan Islam, maka lima hal yang diperintahkan itu memang merupakan tahapan dalam menegakkan Islam. Jadi tolong pahami dengan baik dan benar agar apa yang Rasulullah perintahkan kepada kita itu menjadi jelas sehingga kitapun dapat mengamalkannya dengan baik dan benar.

    Kembali kepada perintah "bil-Jama'ah", yang arti katanya adalah "dengan Al-Jama'ah". Maka maksud daripada perintah tersebut adalah dengan Al-Jama'ah lah kita harus menegakkan Islam. Penjelasan ini dapat kita lihat dalam pernyataan Khalifah Umar bin Khattab berikut ini :

    Khalifah Umar bin Khattab radiyallahu anhu berkata: “Sesungguhnya tidak ada Islam Kecuali dengan berjama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ditaati." (H.R Ad-Darimi Sunan Ad–Darimi dalam bab Dzihabul I’lmi: I/79).

    Apa yang dijelaskan oleh Khalifah Umar bin Khatab radiyallahu anhu di atas, adalah kesimpulan dari hadis Rasulullah yang berisi lima perintah tersebut. Artinya, ada/terwujudnya Islam itu adalah dengan ada/terwujudnya Al-Jama'ah. Oleh karenanya, barang siapa yang keluar dari Al-Jama'ah, terlepaslah ikatan Islam dari lehernya sehingga ia kembali ke dalam Al-Jama'ah. Maka jelaslah bahwa ikatan Islam itu ada di dalam Al-Jama'ah.

    Dengan demikian, menjadi satu hal yang mau tidak mau harus kita ketahui dengan jelas definisi daripada Al-jama’ah tersebut dan yang mana Al-Jama’ah tersebut agar kita dapat mengamalkan perintah bil-Jam’ah tersebut dengan benar.

    Definisi yang anda kopas benar-benar keliru karena bertolak belakang. Apa yang anda kopas justru adalah menjelaskan tentang golongan-golongan yang berpecah belah sementara saat itu Al-jama’ah tidak ada dan yang ada hanyalah tinggal 72 golongan yang berpecah belah dan menyeru ke pintu-pintu jahanam. Oleh karenanya ketika Al-jama’ah itu tidak ada, kita diperintahkan untuk meninggalkan semua golongan-golongan yang berpecah belah itu dan hidup menyendiri karena golongan-golongan yang berpecah-belah itu tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya dan mereka berada di pintu-pintu jahanam sehingga kita harus meninggalkan dan menjauhinya jika ingin selamat walaupun kita hanya hidup menggigit akar kayu (mengamalkan pokok-pokok dalam agama Islam) dalam kesendirian hingga ajal menjemput kita. Itulah jalan keselamatan bagi kita jika Al-jama’ah itu tidak ada.

    Adapun Al-Jama’ah dalam hadis Khudzaifah bin Yaman tersebut, adalah “TETAPLAH ENGKAU PADA JAMA’AH MUSLIMIN DAN IMAAM MEREKA”. Jelas dalam kalimat tersebut jama’ah yang harus ditetapi adalah Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka.

    Dengan demikian, Jama’ah Musimin itu adalah Al-jama’ah karena ia adalah Jama’ah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan perintah Rasulullah dengan kalimat - Tetaplah engkau dalam Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka - menunjukkan terwujudnya Jama’ah Muslimin (Al-Jama’ah) itu adalah ketika ada seorang muslim yang diangkat menjadi Imaam dengan syare’at bae’at sesuai dengan pernyataan Khalifah Umar bin Khattab: “dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan imaroh (Imaam/Khalifah)”.

    Demikianlah perwujudan bil-Jam’ah.

    Dan jika anda keliru menapaki jalan, sejauh apapun anda melangkah anda tetap berada pada jalan yang salah dan ujung jalan itu berada di dalam neraka jahanam. Jadi renungkanlah dengan baik perintah bil-Jama’ah ini agar anda tidak menapak di jalan yang salah yaitu jalan yang bukan Al-Jama’ah.

    Oleh karena itu, jika anda merasa telah menetapi Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin, siapakah Imaamnya dan dimanakah ia berada saat ini serta kapan pertama kali muslimin mengikrarkan bae’at kepadanya?
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: saya tidak bilang anda MEMAKSA saya agar mengikuti HADIS... karena tanpa anda paksapun saya akan IKUTI Hadis (sahih).
    Masalahnya anda memaksa saya utk MEMPERSAMAKAN antara PEDOMAN dengan TAHAPAN.

    maaf saya tanggapi dulu bagian awal comment anda... berhubung sempit waktu. :-)
  • Ayi Hidayat Baharuddin Syukurlah jika anda memang mau mengikuti hadis yang shahih. Artinya, tanpa perlu saya sebutkan sebagai tahapan tentu anda mau melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam hadis tersebut. Maka silahkan bagaimana tanggapan anda terhadap penjelasan saya tentang perintah pertama bil-Jama'ah tersebut. Ini saja dahulu yang perlu kita bahas secara tuntas dan jelas. Karena perintah selanjutnya insya Allah akan mudah dimengerti jika perintah yang pertama ini telah kita ketahui maknanya dengan jelas.
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: perlu ditegaskan bahwa PEDOMAN adalah PEDOMAN... sedang TAHAPAN tetap seperti semula, TAHAP I- VI jadi...
    sekali lagi bil-Jama'ah, hijrah, was-Sam'i, wath-Tho'at BUKAN TAHAPAN hanya PEDOMAN. tahapan (red: strategy) bisa apa saja... asalkan TAK KELUAR dari pedoman. begitu...

    mengenai Jama'ah sudah saya jelaskan berikut tambahan COPAS di atas.

    oya... tolong jawab 2 pertanyaan saya ini:
    1) apakah TAK BOLEH menuju TAHAP III (Khilafah) setelah TAHAP II (HIJRAH) telah mencapai 80%?
    2) Maaf..., apakah anda ingin wilayah ini tetap memakai system demokrasi daripada KHILAFAH?
  • Ayi Hidayat Baharuddin Saudaraku Surjo Prabowo, meskipun anda katakan itu sebagai pedoman, namun perintah itu tetap harus dilaksanakan. Dan anda belum menjelaskan siapa Imaam yang telah anda bae'at dan kapan pelaksanaan bae'at kepada Imaam itu dilaksanakan dan bagaimana prosesnya serta dimana keberadaannya serta jama'ahnya saat ini?

    Hal ini bukanlah pedoman di atas kertas semata, melainkan ia adalah apa yang telah di amalkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dan kita diperintahkan juga untuk mengamalkan seperti yang telah mereka amalkan tersebut.

    Jika anda belum mengikrarkan bai'at kepada seorang Imaam, artinya anda belum mengamalkan perintah bil-Jama'ah tersebut. Jika demikian, siapakah ulil amri yang anda dengar dan anda taati pada perintah kedua dan ketiga?

    Sekali lagi, kopasan anda itu tidak menjelaskan tentang Al-jama'ah, melainkan menerangkan tentang golongan-golongan yang banyak selain Al-Jama'ah yang mereka itu senantiasa dalam perpecahan. Oleh karena itulah sahabat Khudzaifah bin Yaman dan termasuk kita, diperintahkan untuk menjauhi dan meninggalkan golongan-golongan yang berpecah belah dan menyeru ke pintu-pintu jahanam tersebut dan hidup menyendiri jika memang Al-jama'ah itu tidak ada.

    Dengan mengkopas hal itu, nampak bahwa anda belum memahami apa yang disebut Al-Jama'ah tersebut. Cobalah dimengerti hal ini dengan baik agar diskusi kita bisa berlanjut.

    Pertanyaan anda tentang TAHAP III (Khilafah) setelah TAHAP II (HIJRAH) telah mencapai 80%? adalah ganjil, karena pesoalan Al-jama'ah saja belum selesai, mendengar dan taatpun belum, apalah lagi hijrah. Meski demkian pernah saya tanggapi dengan satu pertanyaan, siapakah yang mengharuskan ketentuan 80 %? Namun belum pernah anda jawab. Jika itu adalah ketentuan anda sendiri, maka jelas anda lebih mengikuti fikiran sendiri ketimbang mengikuti wahyu.

    Dan dengan jawaban itu semestinya terjawab juga tentang demokrasi yang meyakini bahwa rakyat itu punya hak untuk untuk membuat konsep kebenaran seperti yang anda lakukan dengan membuat ketentuan 80 % yang artinya anda mengingkari bahwa Khilafah itu adalah mutlak milik Allah yang akan Ia berikan kepada siapa yang Ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.

    Jika anda tetap merasa bahwa apa yang anda lakukan itu benar, maka dengan tegas saya mengatakan bahwa yang anda upayakan itu bukanlah Khilafah melainkan mulkan (kerajaan). Khilafah 'ala minhajin nubuwah itu mengikuti wahyu dan bersandar kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

    Sementara mulkan itu mengikuti keinginan untuk berkuasa dan mengikuti ide-ide yang keluar dari akal fikiran sendiri ketimbang mengikuti aturan Alah dan Rasul-Nya.

    Inilah perbedaan antara saya dengan anda yang tidak anda mengerti. Meskipun anda tidak menyebutkan dengan kelompok mana anda bergabung, namun saya telah mengetahuinya dengan jelas dimana keberpihakan anda. Jadi terserah kepada anda, apakah anda akan berterus terang atau tidak, itu tidak menjadi masalah bagi saya. Silahkan keputusan ada ditangan anda.
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: anda belum menjawab dgn TEGAS... oke saya tunggu nanti malam, saya harap anda sudah menjawabnya.

    dengan tegas saya katakan bahwa anda hanya berputar-putar saja... tp dgn gaya yg lain, satu pertanyaan lagi, siapa ULIL AMRI anda itu?
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: apakah anda takut konsukwensi? :-D
  • Surjo Prabowo hmm... comment anda yg satu ini cukup mengherankan saya.

    "Ayi Hidayat Baharuddin @Wahib El-Miracle, seorang Imaam atau Khoifah memang BUKAN pemimpin negara melainkan pemimpin orang-orang yang beriman. Jadi seorang Imaam atau Kholifah tidak bertanggung jawab terhadap negara manapun akan tetapi Imaam atau Khoifah bertanggung jawab terhadap nasib ummat Islam atau kaum muslimin yang telah berbae'at kepadanya dunia dan akhiratnya, dimanapun muslimin itu berada."

    apakah anda hanya ingin SEBATAS RITUAL sajakah?
  • Surjo Prabowo apa kepentingan anda sebenarnya hubungannya dgn "indonesia"? apakah anda terjebak dalam ashobiyah?

    asal tahu aja... jika KHILAFAH berhasil tegak di wilayah ini... maka NAMA "indonesia" TINGGAL SEJARAH.

    ### NAMA INDONESIA antara HTI dan NII ###

    "What's in a name?" itu kata shakespeare,

    tapi hal itu tidak berlaku pada kita umat Islam... seperti yg tertera pada HR Abu Dawud :
    ... "Nama yang paling disukai oleh Allah adalah "Abdullah dan 'Abdur Rahman, dan nama yang paling baik adalah Harits dan Hammam, sedang nama yang PALING BURUK adalah Harb (PERANG) dan Murrah (PAHIT)"
    -----------------------------

    Indonesia terdiri dari kata INDO dan NESIA.

    INDO ---> huruf "O" adalah bunyi dari lidah orang barat yg dulu masih susah mengucapkan huruf "U".
    contoh: MUSLIM... oleh orang barat menjadi MOSLEM, begitu pula yg terjadi pada nama Nabi Muhammad SAW.
    Menurut Ziauddin Sardar dan Zafar Abbas Malik dalam buku Islam for Beginners. bahwa pengucapan O utk huruf U merupakan bentuk EJEKKAN (memperolok).

    maka logisnya huruf O ---> U menjadi INDU.

    INDO ---> INDU ---> HINDU !

    NESIA = kepulauan

    INDONESIA ---> INDUNESIA ---> HINDUNESIA
    adalah kepulauan yg berpenduduk Hindu (beragama hindu); hal ini diperkuat dgn penamaan pada samudera yg ada di selatan indonesia yaitu dgn sebutan SAMUDERA HINDIA (sekarang Samudera Indonesia).

    --- KERANCUAN MAKNA ---

    INDONESIA = kepulauan yg berpenduduk Hindu
    padahal mayoritas Islam. (Kalau mau netral baiknya diganti saja namanya menjadi MALAYNESIA artinya "kepulaan yg penduduknya berbahasa rumpun Melayu")

    NII = Negara Islam Indonesia... atau... Negara Islam di kepulauan yg berpenduduk Hindu

    HTI = Partai Pembebasan Indonesia... atau... Partai Pembebasan kepulauan yg berpenduduk Hindu.

    Ada baiknya kalau kalimat INDONESIA tidak lagi digunakan bagi para Pendukung Syariah Islam (Khilafah).

    Perjuangan system pemerintahan Syariah Islam (Khilafah) bukan hanya mengganti system tapi juga MENGGANTI nama wilayah.

    saya punya usul penamaan yaitu... MADINAH 2 (المدينة الثانية)?
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: apakah anda TIDAK IKHLAS jika nama "indonesia" dibuang jauh2?

    semuanya murni pertanyaan... yg perlu jawaban tegas anda. :-)
  • Ayi Hidayat Baharuddin Sungguh mengherankan, kapan saya pernah membicarakan tentang Indonesia dalam topik kita ini?

    Membicarakan tentang Islam adalah membicarakan tentang aturan Allah yang rahmatan lilalamin yang meliputi seluruh bangsa-bangsa di dunia. Oleh karena itu ia beribcara tentang muslimin dari berbagai macam bangsa, bukan hanya muslimin dari bangsa Indonesia ini.

    Renungkanlah hal ini wahai saudara Surjo Prabowo yang saya hormati.

    Sejauh ini saya telah bersikap baik terhadap anda, namun sayang anda tidak menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.

    Saya kira cukuplah pembicaraan ini kita ahiri sampai di sini, karena pembicaraan kita memang sudah tidak bersesuaian lagi. Saya mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya, sementara anda mengikuti pola fikir dan gagasan sendiri. Saya berbicara tentang muslimin dari seluruh bangsa, anda hanya berbicara muslimin dari bangsa Indonesia saja.

    Jadi sekali lagi saya mohon maaf, diskusi diantara kita ini saya sudahi sampai disini. Silahkan anda renungkan saja pernyataan saya ini dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah membukakan pintu hidayah-Nya bagi anda aamiin Ya Robbal alamiin.
  • Ary Dwi Mudzakarah yang sudah lari dari topik dan tidak mengedepankan ukhuwah Islamiyah sebaiknya tidak perlu dilanjutkan karena akan semakin menjauhkan kita dari Rahmat Allah.Diantara comment ataupun postingan disini semakin memperlihatkan siapa yang mau berusaha diantara kalian menuju haqqa tuqaatihi.Ingat Alhaqqu min Rabbikum Faman sya a fal yukmin wa man sya a fal yakfur.

  • Ary Dwi Sebenarnyah masalah Dienul Islam walaupun semua pemeluknya mengatakan mukhlishiina lahuddiin...tapi realita yang terjadi ketika kita diajak kembali sepenuhnya kepada hukum dan syare'at nya secara kongkrit( Udkhuluu fissilmi kaffah) Sebagaimana amalan Rasulullah yang menjadi uswatun hasanah,diantara kita kebanyakan lari kepada pemahaman masing-mASIng tanpa memperdulikan apakah argument kita sesuai dengan acuan Al-Qur'an dan Sunnah atau tidak.Sebenarnya juga semua tergantung dari sisi mana kalian mendefinisikanya,dari sisi Dien atau ilmu politik..???Kalau dari Dien secara kaffah Ikutilah Rasulullah dan khilafaurrasyidin Al-Mahdiyyin fase inilah kemurnian Islam masih terjaga(autentik) tapi jika pemahaman dien secara politis,sejak estafet system kepemimpinan Islam diambil alih Muawiyyah itulah contoh yang nyata, karenanya jangan heran ketika Rasulullah Saw katakan Islam pada awalnya Gharib dan di akhirnya akan kembali gharib(asing)dan ini benar-benar terjadi seperti kita saksikan pemuda Kahfi yang memperdebatkan sudah berapa lama mereka tinggal di goa..Terlihat sepele tapi...ahh mari kita kedepankan ukhuwah...
  • Waliyullah Alfarisi Hiz ro"yu....royuu...!
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: anda bisa saja berkata begitu... tapi dgn keTIDAK-TEGASan anda akan membuat penilaian yg negatif bagi anda, jadi jangan salahkan saya.

    masalah KHILAFAH adalah seluruh dunia... kalau saya bahas ttg indonesia itu karena masalah teknis saja, bukankah kita semua ada di wilayah dgn NAMA yg tak Islami tsb. :-)

    Khilafah akan mempersatukan umat Islam sedunia... dan itu harus dimulai bertahap di setiap wilayah2 yg ada saat ini... agar nantinya mudah utk menuju kepada KHILAFAH SEDUNIA.

    Lalu anda meng-KLAIM sbb: "...Saya mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya, sementara anda mengikuti pola fikir dan gagasan sendiri..."
    klaim2 sepihak seperti ini sering ditujukan kepada saya dari mereka2 yg TAK TEGAS bersikap... sayang anda makin terlihat berupaya utk menghindari pertanyaan2 saya di atas.

    oke saya tak memaksa anda utk meneruskan forum ini... saya hanya saran pada anda... jangan takut dgn KONSUKWENSI di dunia ini. :-)
  • Surjo Prabowo ‎@Ary Dwi: ukhuwah Islamiyah...?

    Al Maa'idah : 2
    "...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan JANGAN tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran..."

    kalau cuma sebatas RITUAL... belumlah KAFFAH.

    Khilafah itu harus diusahakan walaupun tak ada kewajiban BERHASIL...

    sekedar menunggu KEBERHASILAN tanpa USAHA? :-D
    bahkan dalam MIMPI pun terlihat ada USAHA. :-)
  • Surjo Prabowo kalau cuma SEBATAS RITUAL... bikin aja MADRASAH, ngapain ada KHILAFAH. :-)
     
  • Ayi Hidayat Baharuddin Saudaraku Surjo Prabowo, selama anda masih berpegang pada tahapan hasil pemikiran anda atau siapapun dia, diskusi kita tidak akan berjalan karena kita berbeda rujukan. Saya berpegang pada tuntunan dalil, anda berpegang pada tahapan menurut akal. Oleh karena itulah saya lebih baik menghentikan diskusi saya dengan anda.

    Berikaplah rasionil dan menghormati pihak lain meskipun berbeda pandangan dengan anda. Jika saya mau sejak awal sudah sebutkan dari pihak mana anda dan apa sebenarnya yang anda perjuangkan. Tetapi hal itu tidak baik untuk ukhuwah diantara kita.

    Adapun pernyataan anda tentang pemimpin sepiritual, itu adalah penilaian anda yang subjektif. Silahkan anda bersilaturami ke markaz Jama'ah Muslimin (Hizbullah). Dan silahkan dicek apa saja yang telah dilakukan oleh Imaam dan ummatnya selama ini.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Yang pantas untuk disebut pedoman adalah Al-Quran bukan hadis karena hadis itu justru merupakan tuntunan atau tahapan pelaksanaan daripada perintah Allah di dalam Al-quran.
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: gak masalah... anda mau KLAIM sepihak, ya itu tadi saya cuma saran aja ke anda... jangan takut dengan konsukwensi di dunia. :-)
  • Surjo Prabowo baguslah... dan berusaha KAFFAH adalah salah satunya, sayang jika hanya sebatas ritual... TERKESAN "melayani dunia".
  • Arif Albisri Alhamdulillah.. bagaimana dengan anda mas Surjo Prabowo, apa saja yang anda lakukan untuk KAFFAH ini ? ... itupun kalau boleh tahu. ^_^
  • Surjo Prabowo yg boleh anda tahu... ya itu mendukung tegaknya KHILAFAH di wilyah ini. :-)
  • Arif Albisri Bagaimana cara anda mendukung tegaknya Khilafah di wilayah ini ?
  • Arif Albisri Apakah dgn "berkoar-koar" => Dukung khilafah ... dukung khilafah ?
    Apakah dgn hanya mengikuti pertemuan dan dakwah ala HTI ?
    atau apakah yg sudah/terus anda lakukan/perjuangkan untuk mendukung Khilafah itu ? ... itupun kalau boleh tahu.
  • Surjo Prabowo sementara cukup di tahap I (dakwah) dan tahap II (hijrah - tinggalkan system sekuler... demokrasi contohnya).
  • Surjo Prabowo membangun dukungan...
  • Arif Albisri hem... apakah dakwah yang dimaksudkan hanya membangun dukungan ? atau bagaimana ?
  • Surjo Prabowo benar... membangun dukungan, sementara itu dulu.
  • Arif Albisri hem.. Bagaimana cara anda (dan saudara-saudara HTI) dalam membangun dukungan/simpati masyarakat, untuk mendukung khilafah itu ? dalam artian dakwah yang seperti apa yang dapat membangun hal itu ?

    -----
    Sebelumnya saya mohon maaf kepada mas Ayi Hidayat Baharuddin, jika yang saya lakukan ini bertentangan dengan visi-misi group.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Silahkan Akhi Arif Albisri, inysa Allah ana dapat memahami maksud dan tujuan antum.
  • Surjo Prabowo kalau saya lihat HT... itu fokus pada bahasan KHILAFAH, makanya beberapa kalangan yg ANTIPATI thd Syariah Islam... menganggap sebagai umumnya parpol dan juga.... gila kekuasaan.

    padahal kalau HT itu gila kekuasaan... maka yg diusung adalah PARTAInya bukan KHILAFAHnya, jadi beda dgn parpol peserta pemilu yg saat kampanye bentar2 teriak2 nama partai.
  • Surjo Prabowo maaf ini pandangan saya pribadi... yg bukan SYABAB.
  • Arif Albisri

    Mas Surjo Prabowo, => "kalau saya lihat HT.." ... posisi ini, berarti anda diluar HT itu sendiri. Apakah anda orang HT ? atau simpatisan yang mendukung HT ?
  • Surjo Prabowo saya Pendukung Syariah Islam (Khilafah)... meskipun bukan SYABAB.
  • Arif Albisri hem... Kembali kepertanyaan awal. ^_^
    Bagaimana cara anda secara pribadi dalam membangun dukungan/ simpati masyarakat, untuk mendukung khilafah itu ? dalam artian dakwah yang seperti apa yang anda lakukan yang dapat membangun hal itu ?
  • Surjo Prabowo sementara... sama seperti yg dilakukan orang2 di group ini, sampaikan pendapat.
  • Arif Albisri hem... kalau didunia nyata gimana mas ?
  • Surjo Prabowo terapkan pd diri sendiri. :-)
  • Arif Albisri hem... sampai lupa dg yg ini. Nah bagaimana anda menerapkan pendapat anda ?, bisa diterangkan secara detail ?
  • Surjo Prabowo oke... kalau saya sudah di tahap II (HIJRAH)... hijrah dari demokrasi, tapi gak usah lah pake istilah GOLPUT. :-D
  • Arif Albisri hem... Hijrah dari Demokrasi menuju ? dan seperti apa model nya sekarang ?
  • Surjo Prabowo menuju tahap III. MENUNGGU target 80% tercapai. :-)
  • Arif Albisri Hijrah menuju ?? modelnya menunggu ?
  • Arif Albisri Maaf, saya hanya ingin tahu, dan mencoba mengikuti apa yang anda pikirkan.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Surjo Prabowo, lagi lagi anda membuat definisi sendiri, kok hijrah dari demokrasi?

    Rasulullah hijrah dari demokrasi ya?
  • Arif Albisri Gpp mas Ayi Hidayat Baharuddin, beliau masih berkutat pada "kekuasaan".

    mas Surjo Prabowo, anda berhijrah kemana ? jika anda berfikir berhijrah dari system demokrasi, maka berhijrah ke sistem apa ? dan apakah didalam sistem itu isinya menunggu dan menunggu hingga 80% ?

    ..... karena anda menggunakan akal saya coba mengikuti anda dengan akal. Semoga kita terhindar dari godaan syaiton yg terkutuk.
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: hijrah kemana lagi... tempat juga sudah banyak dikuasai, mosok mau pindah ke planet lain?

    Rasulullah SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah... itu hijrah secara harafiah.

    @Arif Albisri: ya jelas system KHILAFAH... tentu bukan sekedar menunggu tapi juga menggalang dukungan seperti yg lain.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Surjo Prabowo, disinilah nampak bahwa anda tidak berpegang teguh pada Al-Quran pada sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam kecuali hanya kepada sebagiannya saja sesuai dengan pemahaman dan gagasan anda dan Hizbu Tahrir.

    Hijrah itu perintah Allah dan itu berarti memang harus kita amalkan sebagaimana sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam.

    Setelah Rasulullah hijrah dari Mekah ke Yastrib, maka perintah hijrah itu telah ditunaikan, oleh karenanya tidak ada lagi hijrah setelah futuh Mekah karena Mekah telah bersih dari kemusyrikan.

    Sementara saat ini, setelah runtuhnya Kesulthanan Utsmaniyah Turki, kaum muslimin kembali meniti jalan penegakkan Islam dari awal lagi sebagaimana penjelasan Rasulullah hsollallahu 'alaihi wasallam bahwa Islam akan kembali seperti awalnya.

    Akan tetapi sesuai dengan hadisnya, Islam yang semula asing bagi manusia, maka ia kembali menjadi asing, bukan hanya untuk orang kafir, melainkan juga untuk kaum muslimin itu sendiri yaitu mereka merasa asing terhadap sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wassalam dalam menegakkan Islam sehingga kaum muslimin itu selalu membantah sunnah tersebut seperti yang anda lakukan sekarang terhadap lima perintah yang telah saya sampaikan. Padahal itulah sunnah dalam menegakka Islam.

    Adapun mengenai kemana kita hijrah untuk saat ini? Adalah kembali kepada Allah yang akan menuntun Immam yang telah diberi amanat oleh-Nya, sebagaimana hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah-pun berdasarkan perintah dan pilihan Allah bukan atas pilihan dan kehendak Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam pribadi.

    Silahkan anda renungkan kembali, setiap perintah Allah dan Rasul-Nya, adalah syare'at di dalam Islam, maka apakah anda telah melaksanakan sayre'at yang terdapat pada lima perintah yang hadisnya telah saya sampaikan kepada anda?
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: comment anda itu sudah saya renungkan berkali-kali... makanya saya jadi paham kenapa anda tetap bersikukuh dgn JAMMAH model seperti itu. yaa lagi pula ... saya gak bisa memaksa anda utk membuang PEMAHAMAN anda itu.

    HR. Bukhari:
    "Tidak ada hijrah lagi sesudah fathu Mekah selain jihad, niat, dan apabila diserukan berangkat (pergi berperang) maka berangkatlah."

    HR Muslim:
    "Hadis riwayat Mujasyi` bin Mas`ud As-Sulami ra., ia berkata:
    Aku datang menghadap Nabi saw. untuk membaiat beliau untuk berhijrah. Beliau bersabda: Sesungguhnya hijrah telah berlalu bagi orang-orang yang telah melaksanakannya, tetapi masih ada hijrah untuk tetap setia pada Islam, jihad serta kebajikan."

    Jadi HIJRAH TEMPAT memang sudah tidak ada lagi... maksudnya adalah HIJRAH yg bemakna harafiah.
    kalu di Tahap II kan hijrah system... dulunya saya ikut PEMILU, sekarang tidak, artinya saya telah hijrah system.

    masalah sunnah yg "lima perintah" itu kan dah saya sampaikan bahwa itu berupa PEDOMAN bukan TAHAPAN. saat ini saya sudah masuk barisan Pendukung Syariah Islam (Khilafah) dan tetap LOYAL, bukan itu dah masuk dalam JAMAAH. yg jelas bukan model JAMAAH seperti anda yg sebatas ritual... lebih baik anda dan jammah anda itu merubah cara berpikirnya saja (tak perlu membubarkan jammah) lalu bergabung dgn kami... untuk ikut menggalang dukungan tuk tegakkan KHILAFAH di dunia (sesuai kemampuan - sementara regional yg insya Allah nanti langsung menuju global).

    Mari kita... tolong-menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dalam kasus ini adalah perihal KHILAFAH. bagaimana? :-)
  • Deny Mu'thi Kholifah tanpa wilayah & bala tentara??... Jd bingung....
  • Surjo Prabowo jadi mirip group pengajian aja kan... :-)
  • Ayi Hidayat Baharuddin Surjo Prabowo, saya justru sangat mengerti apa yang anda sampaikan, karena saya justru lebih mengetahui tentang definisi politik serta sejarahnya daripada anda sehingga saya meyakini bahwa ilmu politik bukan dari Islam.

    Sementara anda yang meyakini bahwa politik itu adalah bagian dari Islam tidak mengetahui secara jelas definisi politik, strategi, Jama'ah dan Al-Jama'ah sehingga selalu rancu dalam menyebut dan memahaminya. Maka pantas meski sudah berkali-kali saya jelaskan anda tidak juga mengerti.

    Anda mengatakan hendak menegakkan syare'at tapi syare'at yang telah ornag lain amalkan selalu anda bantah.

    Coba anda jawab pertanyaan saya, jika anda masuk ke sebuah masjid untuk melaksanakan sholat karena mengetahui adzan sudah dikumandangkan, namun di dalam masjid ternyata sudah ada orang yang menegakkan sholat berjama'ah tiga orang yaitu satu orang Imaam didepan dan dua orang makmum di belakang. Maka apa yang akan anda lakukan saat mengetahui ternyata lebih banyak orang yang datang belakangan bersama anda saat masuk masjid?

    Apakah anda akan membuat Jama'ah baru karena merasa lebih banyak dan menyuruh orang yang sudah sholat berjama'ah untuk membatalkan sholatnya dan bergabung bersama anda, atau anda semua yang datang belakangan ikut bergabung dengan mereka yang telah sholat berjama'ah meski hanya tiga orang saja?

    Silahkan anda jawab menurut syre'at apa yang saya tanyakan tersebut jika anda memang benar-benar ingin menegakan Islam karena Allah semata.
  • Ayi Hidayat Baharuddin ‎@Deny Mu'thi, memang Hizbu Tahrir mengajak orang lain untuk bergabung, apa sudah punya wilayah sendiri?
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: kalau masalah sholat di Mesjid... keseharian seringkali saya hadir sebelum JAMAAH ada, begitu qomat ya langsung rapatkan barisan... jadilah JAMAAH.

    pernah juga telat... biasanya saya lihat dulu JAMAAH sudah rakaat ke berapa... jika baru rakaat dua, saya langsung masuk JAMAAH.
    Jika tidak... saya sholat sendiri. Nah itu baru sebatas RITUAL.

    sedang KHILAFAH bukan lagi di area RITUAL tapi tetap masuk dalam HUKUM ISLAM...
    makanya kita amati model jamaah kita; siapa yg menuju KAFFAH? yg sebatas RITUAL atau lebih dari RITUAL?

    Nah... Pendukung Syariah Islam (Khilafah) jelas2 JAMAAH yg menuju KAFFAH... sedang jamaah anda TIDAK, karena tak mau ikut bertanggung jawab hubungannya dgn KEKUASAAN.
    Hal ini disebabkan oleh cara berpikir anda dan jamaah anda yg samakan POLITIK dgn ISME, padahal keduanya berbeda. begitu.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Surjo Prabowo, jawab saja pertanyaan saya menurut apa yang ditanyakan. Jawaban anda jelas hanya untuk mengelak dari pertanyaan karena yang saya tanyakan adalah jika kasusnya terjadi seperti itu, bukan bertanya tentang sholat anda sehari-hari yang anda anggap hanya sebuah upacara ritual semata.

    Jelas sekali anda menganggap remeh masalah sholat, sehingga anda menganggapnya sebagai upacara ritual saja. Apakah anda tidak mengerti apa itu syare'at?

    Adapun sholat yang saya jadikan pertanyaa, adalah contoh permasalahan bagaimana anda menyelesaikan persoalan seperti itu menurut syare'at Islam atau dengan hukum yang telah ditetapkan oleh Rasulullah. Yang hendak saya garis bawahi adalah masalah syare'at dan masalah Jama'ahnya.

    Dengan anggapan anda bahwa Jama'ah Muslimin (Hizbullah) adalah jama'ah ritual saja, jelas anda telah mengabaikan syare'at bae'at yang telah ditetapkan oleh Rasulullah sebagai tolok ukur bae'at yang pertama dan Jama'ah yang pertama dan dengannya maka itulah Al-Jama'ah.

    Maka betapa beraninya anda mengabaikan syare'at yang telah ditetapkan oleh Rasulullah tersebut. Oleh karena itu, saya ingatkan sekali lagi kepada anda, sesungguhnya anda tidak sedang mendebat saya, melainkan anda sedang mendebat Allah dan Rasul-Nya karena apa yang telah saya sampaikan berasal dari Allah dan Rasul-Nya.

    Dan bagaimana anda dapat mengatakan bahwa Hizbu Tahrir itu menuju kaffah, sementara satu syare'at yang jelas dalilnya telah anda ingkari?

    Dan coba anda tunjukkan satu perintah dari Allah dan Rasul-Nya untuk bergabung dengan Hizbu Tahrir jika anda meyakini Hizbu Tahrir itu mengikuti syare'at !
  • Arif Albisri Mas Surjo Prabowo => hijrah dari sistem demokrasi menuju sistem Khilafah.

    Seperti halnya, "berita" Hijrahnya Nabi menuju Yastrib. Maka, kondisi Yastib dapat dijelaskan, entah itu mengenahi orang - orangnya, situasi dan kondisinya, tabiatnya dll. Dari itu saya bertanya :
    1. Seperti apakah sistem yang telah anda tuju itu ? Jika berhubungan dengan sistem "kekuasaan", berarti ada peraturan dan hukum, serta imam (kepala) disana, bisa dijelaskan seperti apa ? dan bagaimana peraturan itu dilaksanakan ? bagaimana sanksinya ? serta siapakah imamnya ?

    2. Berapa kali anda menjawab pertanyaan saya dengan menggalang dukungan atau dakwah. Tetapi terkesan promosi parpol. Maka sekali lagi saya bertanya (saya berharap tidak mutar - mutar hingga tidak menemukan jawaban) :
    Bagaimana cara anda secara pribadi dalam membangun dukungan/ simpati masyarakat, untuk mendukung khilafah itu ? dalam artian dakwah yang seperti apa yang anda lakukan yang dapat membangun hal itu ? (baik itu Offline atau online).

    Dari 2 jawaban ini, jika statemen anda kuat, maka pertanyaannya InsyaAllah saya sudahi, tetapi jika mengambang, maka ada sedikit pertanyaan berikutnya yg harus saya konfirmasikan. ... sebelumnya saya ucapkan terima kasih. ^_^
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: waaah... anda salah mengerti rupanya.

    begini... namanya sholat itu kan dah jelas RITUAL, hubungan kita dgn Allah scr langsung, kenapa sebutan RITUAL sepertinya mengganggu anda, sampai2 anda katakan; "Jelas sekali anda menganggap remeh masalah sholat."
    kenapa disebut meremehkan sholat? memangnya kalau sudah sholat BOLEH CUEK aja kalau orang kafir mengambil KEKUASAAN dari umat Islam.

    Tolong fokus pada bahasan MODEL JAMAAH.

    Nah masalah pada jamaah anda itu adalah SEBATAS RITUAL... dan ini jelas NEGATIF, karena menyebabkan pengabaian perintah Allah pada Al Maa'idah : 51 & 57, An Nisaa : 59, Ali Imran :103.

    Jadi terbukti kalau saya tidak MENDEBAT Allah dan Rasul-Nya... akan tetapi MENDEBAT anda sendiri.

    Sebenarnya saya bisa juga MEMBALAS klaim sepihak anda dgn kata2 sbb:
    "anda telah mengklaim pendapat anda sebagai AJARAn Allah dan Rasulullah SAW"

    ...bisa aja kan, tapi tak saya gunakan. ...jadi tak perlulah klaim ini itu... yg terkesan "mengadu domba" Allah dan Rasul-Nya dgn diri saya.

    di forum ini... murni perdebatan antara saya dan anda, bukan perdebatan saya dgn Allah dan Rasulnya.

    syareat mana yg saya ingkari?

    HT itu hanya organisasi... yg penting HT adalah BAGIAN dari Pendukung Syariah Islam (Khilafah), bukan bergabung dgn HT... karena saya sendiri pun tidak, akan tetapi begabung dalam barisan Pendukung Syariah Islam (Khilafah).
    DALILnya ada di Al Maa'idah : 51 & 57, An Nisaa : 59, Ali Imran :103, dan Al Baqarah : 208.
  • Surjo Prabowo ‎@Arif Albisri:

    1) yg jelas TAHAP III (KHILAFAH) belum sampai, jadi tak ada peraturan dan hukum, serta imam (kepala)...apalagi sanksi.

    2) saya tidak promosi PARPOL karena HT saat ini juga sebatas ORMAS, lagi pula saya hanya mengajak bergabung dalam barisan Pendukung Syariah Islam (Khilafah)... bukan bergabung ke HT, karena saya sendiri juga bukan SYABAB. kenapa saya jak anda bergabung... ya karena anda belum ada di barisan kami. ajakan pun sebatas ajakan... anda mau untungnya di anda, anda tak mau ruginya juga di anda.

    Usaha menggalang dukungan... saya lebih suka dgn istilah sosialisasi dibanding DAKWAH, sosialisasi seperti apa ya... sosialisasi pada umumnya baik langsung maupun tak langsung.

    Yg penting orang2 tahu dulu apa itu KHILAFAH lalu baru jelasin yg lain2 semampu saya.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Surjo Prabowo, anda belum menjawab pertanyaan saya, jadi tolong anda jawab dahulu.

    Apa yang akan anda lakukan jika anda datang ke Masjid dimana telah tegak sholat berjama'ah tiga orang seperti yang telah saya tanyakan.

    Pada ayat-ayat yang anda kutip, tidak satupun yang menyebut Hizbu Tahrir. Jadi ayat itu tidak menunjuk kepada Hizbu Tahir dan bisa digunakan oleh golongan mana saja. Sementara yang sedang kita bicarakan adalah Al-Jama'ah, yaitu kumpulan yang bukan sembarang kumpulan yang merupakan sebuah jama'ah berdasarkan syare'at.

    Mengertikah anda artinya syare'at?
  • Arif Albisri Hem.. Terima kasih mas Surjo Prabowo, sangat jelas. Tinggal satu pertanyaan lagi, semoga jawabannya bisa jelas seperti diatas. ^_^

    Bagaimana cara anda secara detail mensosialisasikan Khilafah baik secara langsung maupun tak langsung? bisa diberikan contohnya ? (secara perbuatan)
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: kan sudah saya jelaskan... jika masih di rakaat 2 saya masuk, jika tidak saya sholat sendiri.

    hal ini berbeda dgn jamaah dalm pengertian di luar RITUAL. siapa yg menuju KAFFAH maka bergabunglah... dan itu saya lihat di Pendukung Syariah Islam (Khilafah)... bukan di jamaah anda.

    Memang tidak ada yg sebutkan HT... tapi HT sendiri masuk dalam barisan Pendukug Syariah Islam (Khilafah). apakah jamaah anda ingin bergabung juga? kalau ya... maka buang pemikiran yg SEBATAS RIUTAL saja. :-)
  • Surjo Prabowo ‎@Arif Albisri: sementara banyakan lewat internet... dgn sumbang usulan & pemikiran, dialog, diskusi, seperti saat ini.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Surjo Prabowo, jawaban anda itu hanya berdasarkan pendapat anda bukan menurut syare’at. Disinilah anda tidak mengerti apa itu syare’at padahal katanya mau menegakkan syare’at. Bukankah yang saya tanyakan itu bagaimana menurut syare’at?

    Oleh karena itulah anda belum menjawab pertanyaan saya.

    Jawaban anda tersebut, jelas salah menurut syare’at karena tidak dibenarkan anda mendirikan shalat sendirian, sementara Imaam yang sedang sholat belum selesai. Dan tidak dibenarkan anda menunggu mereka selesai sholat baru kemudian anda sholat. Disinilah ketidak mengertian anda tentang syare’at dan ketentuan syare’at dalam sholat.

    Selain itu, yang saya tanyakan adalah jika anda tidak sendiri, melainkan ada banyak orang yang datang bersama anda yang jumlahnya lebih banyak dari jama’ah yang sedang sholat . Maka bagaimana ketentuan syare’atnya seperti yang saya tanyakan?

    Coba anda baca lagi pertanyaan saya dengan teliti, karena di dalamnya ada jawaban mengenai syare’at berjama’ah secara makro dalam kehidupan yang berkaitan dengan Al-Jama’ah.

    Dari jawaban anda atas pertanyaan saya tentang Hizbu Tahrir, juga tidak menunjukan bahwa anda mengerti apa itu jama’ah menurut syare’at. Anda ternyata tidak dapat membedakan antara jama’ah degan Al-Jama’ah. Oleh karenanya, selama anda tidak memahami hal ini, maka anda tidak akan mengerti kelima perintah Rasulullah yang asalnya dari Allah dan yang selalu anda bantah.

    Kelima perintah Rasulullah itu, telah beliau amalkan bersama para sahabatnya sepanjang hidup mereka sebagai teladan bagi kita sehingga beliau memerintahkan lagi kepada kita untuk juga sama-sama mengamalkannya dan ke-lima perintah itulah yang sedang kami, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) bersama Imaamnya amalkan, namun anda selalu membantahnya dan menuduhnya sebagai jama’ah ritual dan sama dengan jama’ah pengajian.

    Inilah bukti bahwa anda tidak membantah dan mendebat saya, melainkan anda telah membantah dan mendebat Allah dan Rasul-Nya karena ke-lima perintah tersebut adalah perintah Allah dan Rasul-Nya seperti yang dinyatakan sendiri oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis tersebut namun anda menganggap hal itu hanya pemahaman saya dan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) sehingga anda berani mengeyampingkannya dan menggantikannya dengan tahapan yang anda buat sendiri dengan alasan strategi. Padahal itulah yang disebut andad yang telah saya jelaskan sebelumnya apa arti andad itu. Silahkan anda telusuri lagi ke-atas dengan teliti.

    Sekali lagi, selama anda belum mengerti apa itu syare’at , maka diskusi kita tidak akan ada titik temunya karena kita berjalan di atas jalan yang berbeda meskipun nampaknya sama. Saya dan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menempuh jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya yang hanya satu saja, namun anda menuduhnya sebagai jama’ah ritual.

    Sementara anda menempuh jalan yang dibuat oleh akal fikiran anda dan ide-ide Hizbu Tahrir, meskipun lahiriyahnya kita sama-sama muslim, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasssallam dalam hadisnya: “Kulitnya adalah kulit kita dan lidahnya berbicara dengan lidah-lidah kita".

    Tidak heran jika dalam uraian-uraiannya Hizbu Tahrir selalu menyebut Islam sebagai ide-ide yang harus diamalkan. Demikianlah anda dan Hzibu “Tahrir menganggap Islam itu adalah ide (gagasan) sehingga boleh diutak-atik oleh gagasan sendiri.
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: adakah dalilnya tak boleh lakukan sholat sendiri krn terlambat dan saat imam belum selesaikan sholat jamaahnya?

    aacch terserah anda saja... kalau anggap saya MENDEBAT Allah dan Rasul-Nya. karena sebatas RITUAL... apalagi sebutan yg pantas utk anda dan jamaah anda selain tidak menuju KAFFAH, buktinya ada di pemikiran anda dan jamaah anda.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Surjo Prabowo, melihat kalimat anda terakhir, jelas anda beranggapan bahwa agama itu hanyalah menurut selera, baik selera saya maupun selera anda dan terserah menurut apa yang kita mau bukan menurut ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Jadi tidak ada guna saya menyampaikan dalil menurut ayat dan hadis karena akan selalu dibantah oleh akal anda.

    Maka sampai disinilah kebersamaan kita karena kita memang berbeda jalan dan anda ternyata tidak mau kembali kepada jalan yang telah ditetapkan oleh Allah dan telah ditempuh oleh para Rasul dan para Anbiya beserta para sahabat mereka. Padahal ia merupakan satu-satunya jalan untuk kembali kepada keridha-an dan ampunan Allah dan satu-satunya tempat untuk bersatu dalam menegakkan Al-Islam.

    Sesungguhnya yang harus kita raih bukanlah kekuasaan melainkan ridha dan ampunan-Nya. Dan keridhaan Allah itu akan kita raih ketika kita melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi apa yang Ia haramkan. Perintah yang diwajibkan bagi kita semua, adalah menegakkan Al-Islam bukan menegakkan Khilafah (kekuasaan). Dan tegaknya Al-Islam itu adalah dengan Al-Jama'ah, bukan dengan Negara.

    Ketika Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam menolak tawaran Raja Negus, semestinya menjadi jelas bagi anda bahwa Rasulullah itu bukanlah seorang raja dan tentu bukan juga seorang kepala negara melainkan beliau itu adalah utusan Allah yang risalahnya bersifat rahmatan lil alamin untuk seluruh bangsa-bangsa di dunia.

    Artinya, kedudukan beliau itu ada diatas raja-raja atau di atas persiden untuk ukuran negara pada saat ini. Padahal, ketika Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam, menolak tawaran Raja Negus tersebut, beliau masih lemah dan belum mempunyai wilayah kekuasaan-nya sendiri.

    Semestinya jika Rasulullah itu memang seorang politikus seperti yang anda sangka, tawaran itu pasti beliau terima sebagaimana semboyan HIzbu Tahrir "Wa laa syari'ata illa bid-daulah."

    Maka mengapa Rasulullah menolaknya jika beliau itu memang berpolitik?

    Bukankah yang hendak diraih oleh seorang politikus itu adalah kekuasaan sebagaimana yang sedang anda dan Hizbu Tahrir upayakan sehingga anda membuat targert 80 % ?

    Inilah yang tidak dapat anda mengerti karena mata hati (akal) anda tertutup oleh konsepsi politik yang anda sebut Negara Khilafah sehingga menganggap remeh sunnah Jama'ah Imaamah yang telah diamalkan dan diperintahkan oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam serta anda menyebutnya sebagai Jama'ah Pengajian.

    Sebagaimana sunnah Rasulullah yang risalahnya bersifat rahmatan lil alamin untuk seluruh bangsa-bangsa manusia, maka demikian pula sunnah Jama'ah Imaamah ini bersifat rahmatan lil alamin untuk seluruh bangsa-bangsa manusia dan kedudukannya berada di atas negara meski saat ini belum mempunyai wilayah kekuasaannya sendiri, sebagaimana ketika Rasulullah menolak tawaran Raja Negus yang saat itu beliau belum memiliki wilayah kekuasaannya sendiri. Hal ini baru dapat anda mengerti jika anda menggunakan sudut pandang hati seorang yang beriman yang mengikuti tuntunan wahyu.

    Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat jika kita mau menolong agama-Nya dengan semata-mata mencari keridhaan-Nya bukan untuk mencari kekuasaan dengan mengatas-namakan Islam !

    Jadi, sampai disini saja diskusi ini saya ahiri. Satu kalimat terahir dari saya sebagai kenangan-kenangan bagi anda: "Karena cara berfikir politis yang ingin meraih kekuasaan seperti yang ditempuh oleh Hizbu Tahrir inilah Perang Sifin di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhu-pun terjadi. Maka jadikanlah ia sebagai pelajaran agar tidak terulang kembali".
  • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin:
    penilaina anda tergesa-gesa... karena sebelumnya saya sudah tulis ttg PRAGMATIS dlm beragama... di mana di sana tak ada statement yg megarah pada "anggapan bahwa agama itu hanyalah menurut selera"

    oke... sepertinya anda tetap berrsikukuh dgn pendapat anda dan sudah mulai sering lakukan KLAIM2 SEPIHAK...
    Jadi sekarang terserah anda dan jamaah anda... silakan saja utk meneruskan kegiatan yg SEBATAS RITUAL. karena resiko anda dan jamaah anda sendiri yg tanggung... bukan kami.

    Masalah Raja Negus sudah saya jelaskan ttg TAHAP DAKWAH... bukankah Rasulullah SAW juga menolak tawaran KEKUASAAN dari kaum Quraish utk memantapkan dakwah beliau.
    Dan begitu juga kami... saat ini masih di tahap DAKWAH kembali seperti dulu.

    Politikus memang hendak meraih kekuasaan utk kepentingan golongan atau individu... sedangakan kami para Pendukung Syariah Islam (Khilafah)... berusaha agar KEKUASAAN TAK JATUH ke tangan kafir atau munafik... guna mewujudkan ke-KAFFAH-an yg telah diperintahkan oleh Allah SWT.

    sekali lagi KEKUASAAN bukanlah tujuan akhir kami... tapi hanya sekedar "ALAT" saja, agar mempermudah umat Islam menuju KAFFAH dalam beragama Islam.
  • Arif Albisri Hem... walaupun mengambang, saya ucapkan terima kasih. kalaupun saya bertanya lagi, nanti jawabannya sama saja. Ok mas Surjo Prabowo, saya coba garis bawahi yach...

    Khilafah, sesungguhnya sudah di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan kulafatur rosyiddin al-Mahdiyyin (beserta para pendukung khilafah itu sendiri yakni ummat muslim). Dengan sistem yg sangat jelas. Bersatu Menegakkan Islam, dengan menjalankan syari'at, berakhaq yg baik dan menjadi rahmatan lil 'alamiin.

    Nah berikut ini adalah ulasan - ulasan anda.
    1. Anda adalah orang yang masuk pada barisan pendukung Khilafah. Dengan bukti mensosialisasikan Khilafah banyakan lewat internet... dgn sumbang usulan & pemikiran, dialog, dan diskusi.... .

    => memberi usulan & pemikiran (konsep Khilafah) dan dialog serta diskusi (masalah konsep Khilafah).

    2.Anda sudah berHijrah dari sistem demokrasi menuju sistem Khilafah, yg mana sistem (khilafah) itu sendiri (saat ini) belum dilaksanakan, sehingga sistem, aturan serta kepala belum ditetapkan.

    => Hijrah itu dari "sesuatu" menuju "sesuatu" yg sudah ada dan siap dilakukan. Sedangkan tujuan anda, masih sebatas konsep juga (ada syarat lagi 80%).

    =======
    Maka, saya bisa tarik garis bawah, bahwa apa yang anda lakukan adalah hanya sebatas Konsep yang belum dilaksanakan. Jika belum dilaksanakan berarti belum diaktualkan, maka (maaf saya pinjam kata - kata anda) Anda hanya SEBATAS RITUAL & "menghayal tingkat tinggi" akan Sistem Khilafah.. Jika dipaksakan, maka Sistem yg disebut "KHILAFAH" ini susah menuju "KAFFAH" atau bisa dikatakan sama saja hasilnya dengan sistem yang lama (demokrasi) dan bisa juga terplintir - plintir tidak karuan. Naudzubillahi mindzalik.

    Sebelum dan sesudahnya saya memohon maaf atas "sesuatu" yg kurang enak. dan terima kasih atas "jamuan"nya. ^_^
     (Grup FB: "MARI BERSATU DALAM MENEGAKKAN ISLAM")

    PARA IKHWAN YANG MEMBACA SILAHKAN SIMPULKAN SENDIRI. 
     
    (BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar