Sabtu, 29 Oktober 2011

PENGAWAL KHILAFAH KIBARKAN BENDERA PALESTINA - INDONESIA DI GAZA

Laporan MER-C Pembebasan Tahanan


Pembebasan Disambut Haru dan Banjir Air Mata 














 “Allaahu Akbar….Allaahu Akbar….Allaahu Akbar…!!!” 



Gemuruh suara takbir puluhan ribu masyarakat Gaza bergema di lapangan Katibah. Kali ini bukan pimpinan Hamas ataupun Fatah yang mengomandoi pekikan takbir tersebut. Bukan pula sang Perdana Menteri Ismail Haniya. Suara takbir dari atas panggung itu tak lain datang dari Abdurahman bin Kartono, salah seorang relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia asal Wonogiri Jawa Tengah yang tengah memberikan sambutan mewakili Indonesia di acara pembebasan pejuang Gaza.

Hari itu, Selasa, 18 Oktober 2011, merupakan hari bersejarah bagi perjuangan rakyat Palestina. Sebanyak 477 tahanan Palestina akhirnya bisa bernafas lega setelah bertahun-tahun berada dalam penjara Zionis-Israel. Pertukaran 1.027 tahanan Palestina dengan seorang tentara Israel berpangkat sersan “Gilad Shalit” telah mencapai tahap pertamanya. Sedangkan tahap kedua akan berlangsung dua bulan mendatang dengan sisa 550 tahanan yang akan dibebaskan kemudian.

Abdurrahman naik ke atas panggung didampingi oleh Ir. Edy Wahyudi dan Darusman yang masing-masing membawa bendera Indonesia dan Palestina. Kedua bendera ini dikibarkan selama wakil dari Indonesia memberikan sambutannya. Gema takbir seakan memecah lapangan Hijau Katibah di Gaza City ketika nama Indonesia disebutkan. Pekikan “Indonesia bersama Palestina, menyambut para tahanan” pun bergemuruh di lapangan Katibah.

“Kami mewakili rakyat Indonesia yang berkesempatan hadir di acara ini mengucapkan selamat datang kepada para tahanan yang bebas dan salam dari rakyat Indonesia. Ingatlah wahai rakyat Palestina bahwa kami atas nama 200 juta Muslim Indonesia akan terus berjuang bersama kalian untuk kebebasan Palestina. Kami sampaikan salam dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza,” teriak Abdurrahman penuh semangat.

Di lapangan hijau Katibah Gaza City, keharuan dan banjir air mata tak dapat dihindarkan ketika rakyat Palestina di Gaza menyambut kembalinya sanak keluarga mereka yang sudah sekian lama mendekam di penjara-penjara Zionis Israel.

Menghindari riya

Sejak pukul 09.00 pagi waktu Gaza, puluhan ribu masyarakat Gaza telah memadati setiap sudut lapangan hijau Katibah dan area sekitarnya. Sementara itu, ribuan pasukan keamanan pun terlihat bersiaga penuh di sudut jalan-jalan utama pusat kota Gaza dengan berseragam lengkap. Dari pasukan berkuda, pasukan bermotor dan truk-truk pengangkut terlihat sibuk lalu lalang mempersiapkan pengamanan.
Berbeda dengan pasukan keamanan di negara-negara lainnya, pasukan keamanan di Jalur Gaza mayoritas menggunakan penutup wajah. Menurut salah seorang anggota mereka, aksesoris penutup wajah ini bukan sekedar sebagai langkah “ribat” (kehati-hatian,re) melainkan juga untuk menghindari penyakit “riya” (red: ingin dipuji) saat mereka bertugas.

Para “mantan” tahanan semula dijadwalkan akan tiba di tempat acara pukul 09.00 waktu Gaza ternyata mengalami keterlambatan karena adanya beberapa hambatan. Para tahanan baru tiba sekitar pukul 16.50. Mereka dikabarkan keluar dari penjara Israel melalui pintu perbatasan antara Israel dan Mesir.

Kemudian konvoi masuk ke kota Gaza melalui pintu perbatasan Rafah –perbatasan antara Palestina dan Mesir. Tahanan yang dibebaskan telah menjalani lama penahanan yang berbeda-beda. Ada yang sudah ditahan selama 5 tahun, 15 tahun, 25 tahun bahkan ada yang sudah 35 tahun lamanya mendekam di penjara Israel.

Kedatangan mereka diawali dengan konvoi Perdana Menteri Ismail Haniya bersama beberapa Kementerian lainnya yang tiba pukul 15.50 waktu setempat.
Namun tampaknya panitia penyelenggara sudah mengantisipasi keterlambatan ini. Selama menunggu kedatangan Perdana Mentri dan para tahanan ini, para pengunjung dihibur dengan berbagai pertunjukan. Mulai dari konser para munsyid (penyanyi nasyid) yang membawakan lagu-lagu pembangkit semangat, puisi-puisi mengunggah yang dibawakan oleh bocah-bocah cilik Gaza, dan seni tari tradisional “dabka” yang juga dibawakan oleh anak-anak.
Mengingat acara ini adalah perayaan tercapainya “kesepakatan terbesar” dalam sejarah perjuangan rakyat Gaza, maka tidak tanggung-tanggung grup nasyid asal Yordania yang sedang naik daun di wilayah Arab pun hadir untuk mengibur masyarakat Gaza.

Enam Relawan MER-C yang tengah bertugas mengawal proses pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza turut hadir dan menjadi saksi pertukaran tahanan terbesar sepanjang sejarah.
“Kami merasa bersyukur bisa berada di tengah-tengah mereka ketika mereka berbahagia,” ungkap Abdillah Onim, salah seorang relawan MER-C Indonesia yang juga Ketua MER-C Cabang Gaza, Palestina.

Pidato Haniya dan F-16

Acara puncak yang ditunggu-tunggu ketika Perdana Menteri Ismail Haniya menaiki panggung diikuti oleh 292 “mantan” tahanan laki-laki dan 1 “mantan” tahanan perempuan yang akhirnya bisa bernafas lega setelah bertahun-tahun mengalami penahanan oleh Zionis.
Serentak para hadirin pun berdiri dari tempat duduknya dan menggemakan takbir yang kali ini dipimpin langsung oleh sang Perdana Menteri.

Menurut laporan resmi panitia, lapangan Katibah yang pada siang hari hanya dipadati oleh puluhan ribu partisipan ini, pada sore hari membludak mencapai 200 ribu lebih. Tetesan air mata kebebasan mereka diiringi oleh tetesan air mata 200 ribu lebih masyarakat Gaza yang membanjiri lapangan.
Takbir terdengar mengelegar bersahut-sahutan menggetarkan bangunan-bangunan disekitarnya. Tampak juga ratusan penghuni rusun sekitar area ikut bersorak memadati atap-atap rumah dan balkon-balkon mereka.

Seolah lupa akan berbagai penderitaan yang bertahun-tahun membebani punggung-punggung mereka. Sore hari itu seluruh masyarakat Gaza serasa ikut merasakan angin kebebasan dari ratusan saudara mereka yang telah bebas. Seluruh hadirin tenggelam dalam suka cita. Semua berbahagia.

Panitia kemudian membacakan satu persatu nama dan profil para mantan tahanan. Acara dilanjutkan dengan berbagai sambutan dari anggota Parlemen. Ketika sampai kepada giliran pidato dari Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniya, para hadirin kembali bersorak.

Dalam pidatonya, Ismail Haniya menyampaikan bahwa pencapaian kesepakatan ini adalah merupakan titik perubahan strategi konflik Palestina.
“Ini juga merupakan salah satu buah dari kesabaran, perlawanan dan perjuangan selama ini.”

Selama acara berlangsung, pesawat jet F16 terlihat terbang rendah mengililigi kota Gaza. Namun hal ini tidak mengurangi antusiasme warga Gaza untuk mengikuti acara penyambutan tahanan. Meski acara bersejarah ini dikoordinir oleh pemerintahan Hamas. Kubu Fatah, tak ketinggalan juga tampak hadir.
Sebelum menutup pidatonya, Ismail Haniya juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-sebesarnya terhadap bebagai pihak yang berhasil merealisasikan kesepakatan pertukaran tahanan ini terutama kepada pemerintah baru Mesir.*/mer-c, gaza

Keterangan Foto: MER-C

Red: Cholis Akbar (Hidayatullah.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar