Kamis, 06 Oktober 2011

HARUSKAH REVOLUSI ISLAM?



(Surjo Prabowo)


Bahkan IT bakal menjadi musuh bagi demokrasi itu sendiri... karena IT memudahkan orang untuk bertabayyun (klarifikasi dalam setiap informasi yang diterima), hingga membuat OPINI ("senjata" demokrat) tak mempan lagi. :-)


    • Ayi Hidayat Baharuddin : "Khilafah itu adalah janji Allah, maka siapakah yang dapat menentangnya jika Allah sudah menghendaki? Yang perlu kita bahas bersama di sini, adalah bagaimana agar Allah memenuhi janji-Nya tersebut?"

    • Surjo Prabowo: agar memenuhi janji-Nya...? hmm... saya lebih fokus pada usaha kita saja.

    • Ayi Hidayat Baharuddin Maksudnya kita yang mengupayakan sendiri Khilafah itu?

      Jika demikian kita telah keliru dalam memahami janji Allah tersebut dan juga keliru memahami sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam dalam menegakkan Islam.

      Janji Allah dalam Q.S 24:55 itu Justru sangat erat dengan apa yang kita lakukan dalam melaksanakan perintah Allah untuk menegakkan Islam di muka bumi ini. Maka dengan apakah Islam itu tegak?

    • Surjo Prabowo kalau janji Allah... kita tak perlu "menagih"... tapi masalah KHILAFAH peran kita di sini hanyalah berusaha... dan jika berhasil ditegakkan maka insya Allah LEBIH MUDAH dalam melaksanakan Syariah Islam secara KAFFAH.

    • Ayi Hidayat Baharuddin Ya memang kita tidak perlu menagih janji Allah karena Allah tidak pernah lupa dan tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. Lalu usaha apa yang harus kita lakukan agar Allah memenuhi janji-Nya itu tanpa kita menagihnya?

    • Surjo Prabowo
      Yang harus kita lakukan hubungannya dgn KHILAFAH adalah sbb:

      tahap2 menuju pada system Syariah Islam (KHILAFAH)

      I..... Dakwah
      ---> bisa lewat IT murah dan cepat

      II.... Hijrah
      ---> tinggalkan / boikot system demokrasi tanpa paksaan... tp krn kesadaran

      III... Khilafah
      ---> bentuk negara tandingan (minimal dukung 80% sekitar thn 2040 agar prosesnya tidak berdarah-darah)

      IV... Kaffah
      ---> jalankan Syariah Islam semaksimal mungkin

      V.... Fisabilillah
      ---> tindakan tegas thd campur tangan asing

      VI... Rahmah
      ---> keadilan dan kesejahteraan bagi semua temasuk non muslim

      tahap I & II (Evolusi)
      jika dilihat dari tahun 1980 - 2007 pertambahan dukungan 0,4 - 0,8% / thn... saya berharap dgn dukung IT yg lebih murah dan cepat saat ini pertambahan dukungan bisa 1.9% / thn ---> TARGET 80%

      tahap III (Revolusi)
      jika tercapai target (red: 80%) maka bisa langsung ke tahap ini lalu dalam pelaksaanya menuju tahap IV dan V. jika tidak salah hitung... TARGET ini tercapai di tahun 2040.

      Keterangan:
      Revolusi (tahap IV - V)
      dalam tahap ini "golongan 20%" (red: demokrat) akan mengalami "kebingungan demokratis" yaitu kebingungan memilih diantara dua pilihan yaitu MEMPERTAHANKAN system demokrasi... ATAU... menghancurkan PRINSIP demokrasi dan menjadi TIRANI.

      Saya berharap tidak akan berdarah-darah karena pada akhirnya "golongan 20%" akan menerimanya (walau awalnya) dgn terpaksa.


    • Ayi Hidayat Baharuddin : Namun pasti akan lebih baik dan memang sudah seharusnya jika kita mengikuti sunnah Rasulullah dan sunnah Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin dalam menegakkan Islam.

      Oleh karena itu, maka kita harus dapat memahami dengan jelas bagaimanakah cara Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin itu menegakkan Islam?

      Silahkan antum renungkam kembali, apakah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam itu melakukan revolusi untuk tegaknya islam di muka bumi ini?

      Sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin itu jelas merupakan amal sholeh yang menjadi syarat dengannya Allah memenuhi janji-Nya yang terdapat dalam Q.S 24:55. Jika kita meninggalkan sunnah Rasulullah dan sunnah Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin dalam menegakkan Islam di muka bumi ini, maka apakah antum menyangka Allah akan ridho atas apa yang kita lakukan?

      Jadi, kita memang harus berpegang pada syarat yang telah Allah tetapkan jika kita ingin Ia meridhoi serta melindungi setiap upaya kita dalam memenegakkan Islam di muka bumi ini, bukan karena ingin menagih janji-Nya, namun karena memang hal itu telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

      Seperti halnya perintah Allah tentang sholat itu dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wassalam, maka perintah untuk menegakkan Islampun telah ada contohnya pada Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin. Jadi janganlah kita membuat jalan sendiri karena Al-Islam ini mutlak milik Allah dan segala aturan pelaksanaanya ada pada sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wassalam.


    • Surjo Prabowo dalam hal ini hanya membahas masalah STRATEGI saja...

      Jadi gak akan keluar dari SUNNAH. bukankah pernah seorang (sahabat (?)) BERBEDA dgn Rasulullah SAW dalam menempatkan posisi pertahanan (hadisnya saya belum tahu), karena ybs tahu ada sebuah OASE yg baik utk posisi tsb.


    • Ayi Hidayat Baharuddin Akhi Surjo Prabowo, Strategi memang bisa termasuk dalam masalah tehnis dan masalah tehnis adalah perkara yang diperbolehkan bagi ummat untuk memberikan pendapatnya. Akan tetapi menegakkan Islam secara keseluruhan sudah dijelaskan oleh Rasululah sebagai sunnahnya. Sunnah dalam menegakkan Islam terdapat dalam hadis berikut ini :

      Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam, bersabda: “Aku perintahkan kepada kamu sekalian (Muslimin) lima perkara, sebagaimana Allah telah memerintahkan aku dengan lima perkara itu; bil-Jama’ah (dengan Al-Jama’ah), wa bisam’i (dan dengan mendengar), wa tho’at (dan taat), wal hijrah (dan hijrah), wal jihad ( dan jihad fi sabilillah). Barang siapa yang keluar dari Al-Jama’ah sekedar sejengkal saja, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai dia kembali (kedalam Al-Jama’ah). Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam neraka jahanam.” Para shahabat bertanya : “”Ya Rasulullah bagaimana jika mereka tetap shaum dan shalat?” Rasul bersabda : “Sekalipun ia shaum dan sholat dan mengaku dirinya muslim, maka panggilah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang telah Allah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al-Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa Jalla".” (H.R. Ahmad Bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari, Musnad Ahmad : IV/202, At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa fi Matsalis Shalati wa Shiyami wa Shodaqoti :V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad).


      Apa yang dijelaskan oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam di atas bahkan bukan hanya diperintahkan kepada beliau saja melainkan diperintahkan juga kepada para nabi yang lainnya sehingga perjalanan mereka dalam menegakkan Islam tidak terlepas dari lima perkara tersebut. Tidak satupun dari para nabi ataupun Khulafaur Rasiydin Al-Mahdiyin yang melakukan revolusi atau pemberontakan terhadap penguasa yang ada.

      Terjadinya revolusi pertama di dunia yang merubah sistem pemerintahan adalah terjadi di kota Athena Yunani kuno sekitar abad ke IV- V sebelum masehi. Revolusi Athena adalah pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat terhadap penguasa yang ada dan telah merubah sistem pemerintahan Absolut Monarkhi menjadi Negara Demokratis. Hal ini kembali terulang dengan terjadinya Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis yang menjadi negara demokratis pertama di dunia moderen. Apakah ini yang ingin antum ikuti?


    • Surjo Prabowo memang tidak lakukan pemberontakan... tapi itu kan pada pemerintahan yg berdasar pada Syariah Islam (misal pihak Ali dgn pihak Abu Bakar juga pihak Utsman)... sedang saat ini bukankah jauh dari namanya Syariah Islam. kalau kita taat dgn penguasa yg sekuler spt sekarang (tak gunakan Syariah Islam sbg acuan), maka jelas2 sudah melanggar URUTAN KEPATUHAN pada An Nisaa : 59.

      kesimpulan TAHAP2 yg telah saya sampaikan jelas2 BERBEDA dgn PERKARA2 yg telah dijelaskan oelh Rasulullah SAW, akan tetapi TAHAP2 tadi tidak bertentangan dgn PERKARA2 tadi.

      PERKARA tentu berbeda dgn TAHAP... yg satu adalah PEDOMAN sedang yg lain adalah PELAKSANAAN. begitu.


    • Ayi Hidayat Baharuddin Akhi surjo Prabowo, coba antum renungkan lagi, pada masa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam menegakkan islam, para penguasa Mekah dan Yastrib jelas-jelas bukan orang-orang yang beriman, namun apakah Rasulullah melakukan pemberontakan kepada mereka?

      Begitupun nabi Musa dalam menghadapi fir'aun yang bahkan mengaku tuhan, maka apakah nabi Musa melakukan pemberontakan?

      Jika kita berpegang kepada dalil hadis, maka kepemimpinan kaum muslimin yang terahir akan kembali kepada Khilafah 'ala minhajin nubuwah (Khilafah yang mengikuti jejak (pola) para nabi). Maka jelaslah sunnahnya bahwa yang harus kita ikuti dalam menegakkan Al-Islam adalah sunnah yang dilakukan oleh para nabi. Jadi sekali lagi, adakah nabi yang melakukan pemberontakan kepada penguasa?

      Namun jika antum ingin melakukan revolusi (pemberontakan), maka yang antum ikuti bukan sunnah para nabi dan Khulafaur Rasydin Al-Mahdiyin melainkan antum mengikuti sunnah mulkan (kerajaan) yang memang haus akan kekuasaan.

      Dalam sejarah kita bisa melihat, untuk merebut kekuasaan dari Khalifah Ali bin Abi Thalib, Mua'wiyah bin Abi Sufyan dan pendukungnya bahkan berperang dengan sesama muslimin, meski dengan alasan menuntut balas atas pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan radiyallahu anhu.

      Begitu juga yang dilakukan oleh dinasty Abbasiyah ketika mereka merebut kekuasaan dari dinasty Umayyah, perkara yang telah diharamkan oleh Allah yaitu pertumpahan darah sesama muslimin terjadi kembali.

      Ada baiknya antum renungkan untuk menjadi ibrah (pelajaran), apakah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam itu mendapatkan kekuasaan atas Madinah itu setelah berjihad atau sebelum berjihad?


    • Surjo Prabowo ‎--

      - sebentar... anda katakan ttg "Khilafah 'ala minhajin nubuwah (Khilafah yang mengikuti jejak (pola) para nabi)"... pertanyaannya siapakah KHALIFAHNYA?

      - saya anggap KHILAFAH (tahap III) sebagai revolusi karena dukungan juga sudah 80% dan lagi pula YG DIDUKUNG adalah Syariah Islam.. jadi kenapa harus mempertahankan system demokrasi di wilayah ini, kalau ini dianggap sebagai pemberontakkan... maka istilah apa yg tepat bagi Rasulullah SAW saat menyertakan Pasal 23 & 42 dalam Piagam Madinah... bukankah Pasal2 tsb similiar dgn An Nisaa : 59?

      - tak ada revolusi artinya terus memelihara demokrasi di wilayah ini, di mana demokrasi itu sendiri menganggap bahwa kebenaran ditentukan oleh suara mayoritas.

      - revolusi atas system demokrasi jelas berbeda dgn PEREBUTAN kekuasaan dari sayidina Ali ra (red: Syariah Islam / Khilafah).


    • Ayi Hidayat Baharuddin Akhi Surjo Prabowo, sebaiknya antum perjelas dahulu apa arti kata revolusi, lalu lihatlah dalam kehidupan Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin, pernahkan mereka melakukan revolusi?

      Ingatlah bahwa tegaknya Al-Islam itu telah ada contohnya pada Rasulullah dan kita jangan keluar dari padanya :

      لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

      Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al-Ahzab (33):21).

      Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnahku.” (HR. Imaam Malik).

      Dan tolong dijawab pertanyaan saya : "Apakah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam itu mendapatkan kekuasaan atas Madinah itu setelah berjihad atau sebelum berjihad?


      • Surjo Prabowo revolusi = perubahan yg cepat.

        memang TAK KELUAR dari pedoman... revolusi memang bisa berdarah-darah jika dukungan masih dibawah 60%, tp jika dah 80% maka yg 20% akan berpikir 1000x utk lakukan BENTROKAN.

        Pendukung Syariah Islam (Khilafah) itu kan SABAR... mereka tahu KEBERHASILAN bukanlah kewajiban... jadi selama belum mencapai target... ya sementara HIJRAH PERSONAL dulu (red: tinggalkan demokrasi).

        Kalau kekuasaan Rasulullah SAW di Madinah... YG SAYA TAHU adalah sebelum berjihad...
        karena penduduk Yatsrib mayoritas telah menjadi MUALAF hasil didikan dari utusan Rasulullah SAW yaitu Mus`ab bin Umair.

        Jadi yg dilakukan Rasulullah SAW dgn mengutus Mus'ab bin Umair SIMILIAR dgn Tahap I (Dakwah)... dan saat ini kita GAK PERLU mengutus orang... tapi cukup dgn IT. :-)

        tercapai target 80% (ibarat "Yatsrib kedua") masih lama... masih 29 tahun lagi BERBEDA dgn Yatsrib yg mungkin hanya butuh waktu kisaran 5 tahunan)




      • Ayi Hidayat Baharuddin: Akhi Surjo Prabowo, justru disitulah masalahnya.

        Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam melakukan jihad fi sabilillah adalah setelah mendapatkan kekuasaan dari Allah dan itu terjadi adalah karena beliau telah menunaikan syarat yang telah Allah tetapkan yaitu amal sholeh sehingga Allah-pun menunaikan janji-Nya yang terdapat dalam Q.S 24:55. Adapun amal sholehnya itu adalah empat perkara, yaitu Bil-Jama'ah, wa bi sam'i, wa tho'at dan wal-hijrah.

        Dan Setelah Rasulullah beserta kaum muslimin mempunyai wilayah kekuasaannya sendiri, barulah Islam dapat di amalkan secara kaffah hingga perintah yang ke lima yaitu berjihad-pun dapat dilakukan. Inilah sunnah beliau dan nampak sekali bahwa kekuasaan yang beliau peroleh itu bukanlah hasil merebut dari siapapun melainkan arena karunia Allah semata.

        Lalu revolusi yang antum maksudkan itu untuk apa?

        Sesungguhnya Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam itu telah mengumpamakan bahwa muslimin itu adalah seperti lebah. Marilah kita perhatikan kehidupan lebah.

        Kehidupan lebah itu penuh dengan kebaikan. Maka demikianlah semestinya muslimin itu. Selemah-lemahnya tangkai yang dihinggapi lebah tidak pernah patah. Artinya, ia tidak pernah merusak lingkungan yang ada di sekitarnya. Maka demikianlah semestinya kita muslimin, yaitu kita tidak boleh membuat kerusakan meski dengan alasan untuk menegakkan Islam dan berjihad sekalipun.

        Apa yang dimakan oleh lebah adalah sari-sari bunga yaitu sesuatu yang paling baik dan pilihan. Maka demikian juga muslimin itu kita diperintahkan oleh Allah untuk makan makanan yang baik lagi halal.

        Dan apa yang keluar dari lebah itu adalah sesuatu yang bermanfaat yaitu madu yang juga merupakan obat untuk berbagai macam penyakit. Maka demikianlah semestinya kita kaum muslimin haruslah melakukan dan mengucapkan sesuatu yang baik dan mendatangkan sebanyak-banyak manfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain, bukan malah mendatangkan bencana dan kerusakan.

        Dan selain daripada itu semua, sesungguhnya lebah itu kehidupannya terpimpin serta berjama'ah dengan adanya satu pemimpin di antara mereka yaitu Ratu lebah.

        Satu hal lagi yang hampir tidak pernah dibahas oleh kaum muslimin, sesungguhnya lebah itu membuat rumah berdasarkan wahyu dari Allah bukan menurut hawa nafsunya sendiri. Silahkan direnungkan ayat berikut ini:

        وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتاً وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ

        Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin oleh manusia. (Q.S An-Nahl (16):68).

        Maka demikianlah semestinya kaum muslimin itu, berkumpul atau berjama'ah di dalam Al-Jama'ah yaitu jama'ah yang diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya, bukan di dalam jama'ah yang tidak ada perintahnya dari Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya jama'ah yang tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya itu adalah berasal atau keluar dari fikiran manusia itu sendiri. Dan Allah mengumpamakan-nya seperti sarang laba-laba. Sesungguhnya laba-laba itu membuat sarang dari apa yang keluar dari perutnya sendiri.

        مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاء كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتاً وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

        Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (Q.S Al-Ankabut (29):41)

        Maka sekarang saya kembali bertanya, sudahkah antum mengamalkan yang empat perkara yang diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya : Bil-Jama'ah, wabi sam'i wa tho'at wal hijrah tersebut?

        Ataukah antum mengikuti apa yang keluar dari fikiran antum sendiri?


      • Surjo Prabowo revolusi yg dimaksud seperti yg telah saya jelaskan di atas... "perubahan yg cepat", jika tak ada revolusi... maka sama artinya MEMBIARKAN KERUSAKAN, nah TAHAP III (red: revolusi) tadi sebenarnya sudah sesuai dgn An Nahl : 68 alias di TEMPAT... yg MAYORITAS MUSLIM.
        Kan kita tidak mengambil wilayah yg MAYORITAS NON MUSLIM.

        TAHAP I ---> spt yg terjadi di YATSRIB tahun 615 M - 622 M
        TAHAP II ---> spt HIJRAH Nabi ke Yatsrib
        TAHAP III ---> Yatsrib lalu berganti nama MADINAH.

        @Ayi Hidayat Baharuddin: sekali lagi anda harus bedakan antara TAHAPAN dengan PERKARA... jika anda tetap memaksa, pertanyaan saya adalah...:
        1) apakah TAK BOLEH menuju TAHAP III (Khilafah) setelah TAHAP II (HIJRAH) telah mencapai 80%?
        2) Maaf..., apakah anda ingin wilayah ini tetap memakai system demokrasi daripada KHILAFAH?

        NB :
        perlu diketahui tanpa TAHAP III (Khilafah - revolusi) maka DUKUNGAN tinggallah dukungan belaka... TANPA perlindungan.
        Ibarat YATSRIB tetaplah bernama YATSRIB... selamanya.


      • Ummu Tsalji Hitung-hitungan Mas Surjo benar-benar matematika. itulah bedanya berpolitik dengan berwahyu. Sangat jelas Akhi Surjo mencoba mendahului Allah dengan target tersebut. Allah memerintahkan beredarlah kemana saja Al-Qur'an itu beredar. Jika teori Akhi Surjo benar, pastilah ia akan diperkuat oleh ayat dan hadits yang memperjelas bahwa cara itu benar dari wahyu, bukan dari racikan akal. Allah telah menjanjikan perlindungan baik era sebelum atau sesudah adanya kekuasaan. Laksanakan apa yang diperintahkan di dalam Al Qur'an, maka Allah Maha Memenuhi Janji.

        • Surjo Prabowo ‎@Ummu Tsalji: Wah... comment anda maksa banget... :-D
          TAHAPAN tadi kan bicara TARGET, bukan bicara KEPASTIAN... kecuali kalau saya MEMASTIKAN... silakan anda comment begitu.

          mungkin anda baru mengikuti forum ini. bacalah dari awal. :-)
        • Ummu Tsalji Okelah jika itu target. afwan kalau maksa . yang jelas revolusi itu mudharatnya banyak meski pula tak berdarah-darah. Setelah revolusi, maka akan kembali dipaksa mengahdapi politik dunia. Kembali memaksa berpolitik. Akal lagi yang main. Kenapa kita kesampingkan perbedaan dan duduk satu forum tuk satukan shaff berdasarkan Al Qur'an - Sunnah. Jika tidak, yang tetap lemah........ Apakah hanya bicara saja kuat dan pelaksanaannya lemah? Ayo bersatu dalam satu pimpinan, akhi!
        • Ayi Hidayat Baharuddin Akhi Surjo Prabowo, berlakulah jujur dan adil dalam persoalan kita ini. Bagaimana bisa antum mengatakan saya memaksa?

          Sudah seharusnya seseorang yang menyatakan dirinya beriman kepada Alah dan Rasul-Nya untuk mentaati dan mengikuti perintah serta aturan Allah dan Rasul-Nya. Lima perintah yang terdapat dalam hadis Rasulullah shollallahu 'alaihi wassalam itu adalah dari Allah maka mari kita amalkan bersama-sama. Apakah ini yang antum anggap sebagai pemaksaan?

          Jika boleh saya mengatakannya, justru antumlah yang memaksakan oran lain untuk mengikuti revolusi dan target yang keluar dari hawa nafsu dan fikiran antum sendiri demi untuk meraih kekuasaan. Revolusi artinya adalah perubahan secara cepat, maka siapakah yang mengharuskan kita merubah secara cepat keadaan ummat Islam ini dan siapakah yang membuat target tersebut?

          Q.S An-Nahl (16):68
          , sama sekali tidak memerintahkan kita untuk melakukan revolusi, melainkan memerintahkan kita untuk mengikuti wahyu dan jangan mengikuti hawa nafsu diri dan fikiran kita sendiri karena Rasulullah shollallahu 'alaihi wassalam-pun tidak pernah mengikuti hawa nafsunya pribadi melainkan beliau danpara sahabatnya senantiasa mengikuti wahyu Allah.

          وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى


          dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. (Q.S An-Najm (53):3).

          إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى


          Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Q.S An-Najm (53):4).

          Ketika berangkat hijrah ke Yastrib, Nabi Muhammad sama sekali bukan mengikuti rencana dan keinginan pribadi namun mengikuti perintah Allah untuk berangkat hijrah ke Yastrib. Sebagai buah dari ketaatan terhadap perintah untuk berhijrah itulah Allah memberikan mereka Khilafah (kekuasaan) yang telah Allah janjikan.

          Satu hal yang tidak antum mengerti, sehingga antum tidak dapat menjawab pertanyaan saya, yaitu sebelum Rasulullah dan para sahabat melaksanakan perintah untuk berhijrah, sesungguhnya mereka telah melaksanakan perintah bil-Jama'ah (menetapi Al-Jama'ah), was-Sam'i (mendengar) wath-Tho'at (mentaati) kepada pemimpin di dalam Al-Jama'ah yaitu Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalllam sendiri.

          Artinya, ummat Islam ketika itu, baik muslimin yang ada di kota Mekah maupun muslimin yang ada di kota Yastrib, keadaan-nya telah ada di dalam Al-Jama'ah dan bersatu dibawah perintah satu pemimpin yaitu Rasulullah, sebelum mereka melaksanakan perintah hijrah. Jadi mereka telah mengamalkan bil-Jama'ah, wabis-Sam'i, wath-Tho'at, wal-Hijrah, sehingga Allah anugerahkan kepada mereka kekuasaan yang telah Ia janjikan. Barulah kemudian mereka dapat melaksanakan perintah berjihad setelah mereka memiliki kekuasaan. Inilah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya dan juga para Nabi dan Rasul yang lain.

          Sementara keadaan muslimin saat ini, jangankan seluruh dunia, muslimin yang ada di Indonesia saja masih centang perenang atau berpecah belah dan bangga dengan golongannya masing-masing. Maka bagaimana Allah akan memberikan kekuasaaan pada mereka?

          Sesungguhnya Allah tidak akan pernah memberikan kita kekuasaan selama kita semua tidak mau melaksanakan perintah-Nya untuk bersatu dan berada dalam perpecahan yang telah Ia haramkan.

          Jadi sadarilah, jika antum ingin terjadi revolusi, maka amalkanlah empat perintah Allah dan Rasul-Nya karena itulah yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita semua. Inilah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya dan juga para Nabi dan Rasul yang lain berserta para shabt mereka masing-masing. JIka hal ini tidak antum amalkan, maka sesungguhnya antumlah yang hendak memaksa Allah dan memaksa orang lain untuk mengikuti tahapan yang antum buat sendiri.

          Jadi renungkanlah sekali lagi, dan sekali lagu saya mengajak antum untuk mengamalkan dan menegakkan Islam menurut sunnah, bukan menurut akal dan hawa nafsu kita pribadi.
        • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: hmm... sepertinya anda masih terus salah mengerti.
          MEMAKSA disini adalah... anda terus saja menyamakan PEDOMAN dgn TAHAPAN. sehingga TAHAPAN yg saya berikan... anda anggap sebagai PEDOMAN, padahal bukan.

          Nah... di sinilah yg membuat anda melihat adanya PERBEDAAN, lalu anda simpulkan kalau saya BERBEDA dgn PEDOMAN.

          TAHAP I - VI ---> TAHAPAN

          bil-Jama'ah, hijrah, was-Sam'i, wath-Tho'at ---> PEDOMAN.

          Dan kenapa anda tak jawab 2 pertanyaan saya tadi? silakan dijawab dulu. :-)

          sekali lagi ini BUKAN bicara KEKUASAAN... karena hal itu hanya SARANA saja, tujuan KHILAFAH tak lebih hanyalah agar KAFFAH... sebagai "bekal" di akhirat nanti.
        • Surjo Prabowo ‎@Ummu Tsalji: satu pimpinan apa? pimpinan demokrasi kah? :-)
        • Surjo Prabowo atau cukup sebatas pimpinan SPIRITUAL saja...
          kalau benar begitu, apa bedanya dgn Katholik (red: kepausan). ;-)
        • Ayi Hidayat Baharuddin Akhi Surjo Prabowo, jelas sayalah yang pertama kali bertanya dan belum antum jawab. Dan memang telah terjadi kesalah pahaman di antara kita. Akan tetapi, benarkah saya yang salah memahami atau justru antum sendiri-lah yang salah memahami dalil?

          Pertama-tama, renungkanlah pertanyaan ini: "Mengertikah antum artinya perintah?"

          Lima perintah dari Rasulullah itu justru adalah tahapan dalam mengamalkan Islam, maka laksanakanlah sesuai dengan perintah tersebut. Oleh karena itulah saya bertanya kepada antum, sudahkah antum mengamalkan bil-Jama'ah (menetapi Al-Jama'ah), wabis-Sam'i (mendengar) wath-Thoat (mentaati) pemimpin di dalam Al-Jama'ah ?

          Didalam hadis tersebut Rasulullah tidak membuat ketentuan jumlah dan persentase, maka janganlah antum membuat-buatnya karena hal itu akan menjadi bid'ah dan juga akan memberatkan antum sendiri serta tanpa antum sadari antum telah mengikuti aturan demokrasi yang antum tanyakan kepada saya.

          Dengan menyampaikan hadis tersebut, saya justru mengajak antum untuk menegakkan Islam menurut sunnah atau mengikuti wahyu yang tahapan-nya ada dalam hadis tersebut dan itu artinya kita telah terlepas dari sistem yang dibuat oleh aturan manusia serta aturan demokrasi.

          Agar kita tidak terjatuh ke dalam debat kusir yang hanya berputar-putar dalam satu masalah saja, maka sebaiknya kita samakan pengertian tahapan tersebut satu persatu dan kita awali dengan bil-Jama'ah saja dahulu. Silahkan bagaimana pengertian bil-Jama'ah menurut ilmu yang antum ketahui?
        • Arif Albisri hem.. didalam "dunia" per-wahyu-an memang tidak ada istilah target mas Surjo Prabowo, Target itu berhubungan hasil, maka jika kita berfikir masalah target, berarti hawa nafsu ini ikut menunggangi.

          Akan tetapi ISLAM harus tetap ditegakkan dan tetap disyiarkan melalui media apapun boleh. Dan didalam Al-Qur'an banyak menyinggung kalimat "... bagi orang - orang yang berfikir".  Maka disitupula sesungguhnya kita telah mendukung dan memperjuangkan ke -KHILAFAH- an. .......

          Tanpa hal seperti itu Niatan untuk KHILAFAH lillahi ta'ala akan hanya dibibir saja, Khilafah nya jadi, lillahi ta'alanya bisa hilang, akhirnya tetap pada situasi yang dipenuhi oleh hawa nafsu.
        • Surjo Prabowo ‎@Ayi Hidayat Baharuddin: anda menulis...
          "...Lima perintah dari Rasulullah itu justru adalah tahapan dalam mengamalkan Islam, maka laksanakanlah sesuai dengan perintah tersebut. Oleh karena itulah saya bertanya kepada antum, sudahkah antum mengamalkan bil-Jama'ah (menetapi Al-Jama'ah), wabis-Sam'i (mendengar) wath-Thoat (mentaati) pemimpin di dalam Al-Jama'ah ? ..."

          # itulah yg sebenarnya jadi keheranan saya... krn anda telah samakan PEDOMAN dengan TAHAPAN.

          # Lalu anda katakan "...tanpa antum sadari antum telah mengikuti aturan demokrasi..." wah ini menambah kekeliruan anda sendiri, dukungan mayoritas bukanlah MONOPOLI dari demokrasi, perlu anda ketahui dukungan memang UNSUR dalam demokrasi TAPI dukungan BUKAN demokrasi. jadi jangan SAMAKAN.

          # bil-Jama'ah (menetapi Al-Jama'ah)... kalau saat ini saya masuk dalam sebuah barisan... yaitu Pendukung Syariah Islam (Khilafah). apakah anda juga?

          Tolong anda jawab dulu 2 pertanyaan ini:
          1) apakah TAK BOLEH menuju TAHAP III (Khilafah) setelah TAHAP II (HIJRAH) telah mencapai 80%?
          2) Maaf..., apakah anda ingin wilayah ini tetap memakai system demokrasi daripada KHILAFAH?
        • Surjo Prabowo ‎@Arif Albisri: kalau TARGET dianggap tunggangan HAWA NAFSU... maka KALAU BERPERANG... tak perlulah BERKEINGINAN MENANG. alias... ASAL SAJA...., asal ngumpul, asal maju, asal perang, asal bunuh, asal syahid.
          wah itu yg diharapkan musuh2 Islam... mengurangi umat Islam dgn "devide et impera". :-D
        • Arif Albisri Mas Surjo Prabowo, bukan dianggap mas, tetapi di"takut"kan, Hasil itu serahkan kepada Allah.... ya sudahlah, saya melihat diskusi ini mulai "panas", semoga kita semua terhindar dari goda'an syaiton yang terkutuk. tetaplah semangat dan jagalah qolbu agar istiqomah 'ala dinik. ........... sabbit qolbi 'ala dinik.
        • Ayi Hidayat Baharuddin Akhi Surjo Prabowo, para Nabi dan Rasul Allah itu berjihad untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, tidak perduli berapa banyak orang yang mengikutinya. Inilah target mereka, bukan target untuk meraih Khilafah (kekuasaan) dan hitung-hitungan persentase menurut akal yang semata-mata mengandalkan jumlah orang-orang yang mengikutinya.

          Renungkanlah ayat berikut ini :
          قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو اللّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللّهِ وَاللّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

          Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S Al-Baqoroh (2):249).

          Jadi kembali saya bertanya, darlmana ketentuan 80 % itu dan apa manfaatnya?

          Pertanyaan anda jelas menunjukan ketidak mengertian anda terhadap dalil sehingga anda menganggapnya hanya sebagai pedoman saja. Hal ini semakin nampak jelas dalam definisi tentang Al-Jama'ah yang anda tuliskan. Saya berikan kesempatan kepada anda untuk menunjukan rujukan dalil yang menjelaskan definisi Al-Jama'ah yang anda yakini. Silahkan.
           
          • Ummu Tsalji jika terjadi perselisihan yang tak berujung, maka kembalikan ke Al Qur'an dan As Sunnah. Dari sini dapat disimpulkan argumen siapakah yang lebih kuat. Jika tidak, maka adu wacana ini tidak akan berujung.. Sekali lagi, MARI BERSATU DALAM MENEGAKKAN ISLAM dalam pedoman Al-Qur'an dan As Sunnah dengan sistem jama'ah imamah dengan satu pimpinan ummat! Wassalamu 'alaikum!
       (Grup FB: "MARI BERSATU DALAM MENEGAKKAN ISLAM")

      PARA IKHWAN YANG MEMBACA SILAHKAN SIMPULKAN SENDIRI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar