Rabu, 21 Desember 2011

HAKIKAT SYARE'AT BAE'AT

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ 

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (Q.S 9:111)



Suatu barang tidak akan dapat dibeli oleh orang lain jika barang tersebut  tidak dijual oleh pemilik barang tersebut. Maka sesungguhnya Allah tidak akan dapat membeli harta dan jiwa seseorang jika seseorang itu tidak menjual jiwa dan harta nya terlebih dahulu kepada Allah. Oleh karena itu maka tentu yang pertama harus kita lakukan adalah menjual diri kita kepada Allah barulah Allah akan dapat membeli jiwa dan harta kita yang telah kita jual kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

KAPANKAH KITA MELAKUKAN TRANSAKSI JUAL BELI DENGAN ALLAH?

Satu hal yang pernah saya tanyakan dalam satu posting dalam group ini, yaitu ayat manakah yang merupakan ayat yang pertama berisi perintah Allah kepada kita jika kita membaca Al-Quran secara tertib dari surat pertama hingga surat terahir, adalah berkaitan dengan masalah jual beli kita kepada Allah dan berkaitan dengan hakikat diciptakannya kita dimuka bumi ini. Mari kita simak ayat yang dimaksud.

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, " (Q.S 2:21)

Jika kita hanya berpegang pada terjemahan yang ada, maka kita tidak akan sampai pada makna yang sesungguhnya. Pada kitab terjemahan yang kita dapati saat ini, kata "u'budu" diartikan dengan "sembahlah", maka setiap muslim yang telah melakukan sholat merasa telah melaksanakan perintah Allah dalam ayat tersebut diatas. Padahal perintah untuk melaksanakan sholat ada dalam ayat lain yang khusus dan disampaikan langsung oleh Allah kepada nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wassalam tanpa melalui perantara malaikat Jibril yang dimulyakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka apakah arti yang sebenarnya dari kata u'budu dalam ayat diatas?

Sebelumnya mari kita perhatikan dengan seksama bahwa yang diseru oleh Allah adalah seluruh manusia bukan hanya orang yang beriman. Ayat ini adalah ayat pertama yang berisi kalimat perintah jika kita membaca Al-Quran secara tertib dari surat pertama hingga surat selanjutnya. Sudah sepantasnya Allah menyeru semua manusia yang telah Dia ciptakan, bukan hanya orang yang beriman saja. Oleh karena itu, perintah diatas jelas bukanlah perintah tentang sholat yang diperintahkan husus hanya kepada orang-orang yang beriman saja.

Kata u'budu berasal dari kata kerja 'abada yang berarti menghambakan diri dan pelakunya disebut 'abid yang artinya hamba atau orang yang telah terjual atau telah menjual dirinya sendiri. Dengan demikian, maka arti yang sebenarnya dari kata u'budu adalah perintah atau seruan Allah kepada seluruh manusia yang telah Ia ciptakan untuk menghambakan diri kepada Allah yang telah menciptakan mereka semuanya agar mereka menjadi hamba-hamba Allah sehinga tercapai tujuan dari diciptakannya Jin dan manusia di muka bumi ini.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ


"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Q.S 51:56)


Maka seseorang tidak akan menjadi hamba Allah jika ia tidak menjual dirinya terlebih dahulu kepada Allah karena Allah tidak akan membeli orang yang tidak menjual dirinya dan Allah tidak memaksakan kehendak kepada siapapun dari mahluk-Nya. Akan tetapi seseorang yang tidak mau menjual dirinya kepada Allah, maka dia tidak akan pernah mendapatkan harga pembelian yang tak ternilai harganya yaitu surga yang telah Allah jadikan sebagai harga pembeliannya sebagaimana penjelasan dalam Q.S 9:111 tersebut diatas.

Sesungguhnya didalam Al-Quran hanya ada dua hizib yaitu Hizbullah dan Hizbu-Syaithon. Orang-orang yang menjadi Hizbullah adalah orang-orang yang berpihak kepada Allah dan menjadi hamba-Nya dengan menjual dirinya kepada Allah.

Bagi seseorang yang beriman kepada seruan Allah dalam Q,S 2:21  dan bermaksud menjadi hamba-Nya, adalah dengan melaksanakan ikrar dua kalimat syahadat dan bae'at dihadapan para Rasul-Nya dan Nabi-Nya yang hidup pada zaman mereka masing-masing dan itu sekaligus menjadi transaksi jual beli mereka dengan Allah. Begitupun pada masa Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wassalam.

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا يَنكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً

"Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah . Tangan Allah di atas tangan mereka , maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar."  (Q.S 48:10)

Kalimat "berjanji setia" diterjemahkan dari kata - يُبَايِعُونَكَ - yang arti sebenarnya adalah menjual dirinya kepadamu, karena dalam ikrar bae'at itu memang terkandung kata-kata - Baya'tuka (aku menjual diriku kepadamu) - untuk mendengar dan taat. Hal ini sesuai dengan penjelasan Rasulullah tentang lima perkara yang diperintahkan Allah yaitu, menetapi Al-Jama'ah, mendengar, mentaati, berhijrah dan berjihad. Lengkapnya terdapat dalam hadis berikut ini :

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam, berkata: “Aku perintahkan kepada kamu sekalian (Muslimin) lima perkara, sebagaimana Allah telah memerintahkan aku dengan lima perkara itu; bil-Jama’ah (dengan Al-Jama’ah), wa bisam’i (dan dengan mendengar), wa tho’at (dan taat), wal hijrah (dan hijrah), wal jihad ( dan jihad fi sabilillah). Barang siapa yang keluar dari Al-Jama’ah sekedar sejengkal saja, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai dia kembali (kedalam Al-Jama’ah). Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang ber tekuk lutut dalam neraka jahanam.” Para shahabat bertanya : “”Ya Rasulullah bagaimana jika mereka tetap shaum dan shalat?” Rasul bersabda : “Sekalipun ia shaum dan sholat dan mengaku dirinya muslim, maka panggilah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang telah Allah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al-Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa Jalla” (H.R. Ahmad Bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari, Musnad Ahmad : IV/202, At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa fi Matsalis Shalati wa Shiyami wa Shodaqoto:V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad).

Maka, pada saat mereka melaksanakan bae'at (janji setia) dihadapan Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wassallam, pada saat itulah ijab kabul jual beli mereka dengan Allah dan Allah-pun membelinya dengan harga yang sangat tinggi yaitu surga seperti yang telah Allah jelaskan Q.S 9:111 diatas. Setelah terjadi transksaki jual beli inilah maka orang-orang yang melaksanakan jual beli itu menjadi hamba Allah dan kemudian baru mendapat tugas seperti perintah sholat, shaum. mengeluarkan zakat, ibadah haji dan jihad fisabilillah dan perintah-perintah yang lainnya. Adapun Rasulullah Muhammad shollallahu 'alaihi wassalam hanyalah sebagai saksi atas transaksi jual beli tersebut karena surga itu milik Allah semata bukan milik Nabi Muhammad dan beliau mendapat balasan yang besar atas tugasnya sebagai saksi dalam jual beli tersebut. Silahkan disimak beberapa ayat berikut ini :

وَإِذْ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءكُمْ رَسُولٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُواْ أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُواْ وَأَنَاْ مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ

"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya" . Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". " (Q.S 3:81)

مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيداً مَّا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu."  (Q.S 5:117)

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيداً عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيداً عَلَى هَـؤُلاء وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ


"(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (Q.S 16:89)

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيداً عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ

"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu , dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (Q.S 22:78)

Karena fitrah mereka sebagai muslim ketika lahir telah berubah dengan perbuatan syirik dan menyimpang dari agama yang telah diturunkan oleh Allah kepada para Rasul yang hidup sebelum mereka maka mereka hanya dapat kembali kepada fitrah mereka dengan ikrar dua kalimat syahadat. Inilah hakikat bae'at dan hakikat diutusnya para Rasul dan Anbiya tersebut dan inilah hakikat manhaj nubuwwah. Maka orang-orang yang tidak mau beriman kepada para Rasul dan Nabi yang telah diutus oleh Allah, maka mereka tidak berpihak kepada Allah dan tidak menjadi hamba Allah melainkan menjadi hamba syaithon yaitu iblis laknatullah yang memang telah bersumpah untuk menghalangi manusia dari jalan Allah yaitu dari jalan yang telah ditempuh oleh para nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan jalan yang kemudian diikuti oleh Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin yang tetap berada diatas manhaj nubuwwah.

Setelah Muhammad Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam wafat, maka selesailah tugas para nabi dan Rasul karena dinul Islam sudah sempurna jadi tidak diperlukan adanya aturan baru yang dibawakan oleh para Rasul. Akan tetapi, syare'at jual beli dengan Allah tetap berjalan dan diperbarui dengan mengangkat seorang saksi baru karena Allah telah memberikan ketetapan kepada ummat untuk memilih saksi diantara mereka (Q.S 22:78) menggantikan tugas para Rasul tersebut. Oleh Karena itulah, Kholifah Abu Bakar radiyallahu anhu mendapat gelar Kholifatur Rasul (Pengganti Rasul) yaitu menggantikan tugas sebagai pemimpin ummat dalam mengamalkan dinul Islam dan tugas sebagai saksi dalam transaksi jual beli dengan Allah bagi manusia yang mengimani seruan Allah yang pertama kepada manusia seluruhnya (Q.S 2:21).

Sesungguhnya setelah nabi Muhammad shollallah 'alaihi wassalam tidak ada lagi Nabi dan Rasul karena Nabi Muhammad adalah Nabi dan Rasul yang terahir diutus oleh Allah. Maka orang-orang yang mengikuti nabi dan rasul palsu, mereka tidak akan mendapat surga Allah karena mereka tidak menjual dirinya kepada Allah melainkan telah menjual diri mereka kepada orang yang sebenarnya bukan diutus oleh Allah melainkan diutus oleh iblis laknatullah yang telah menjadi syaithon yang menyesatkan manusia dari jalan Allah.

Setelah Nabi Muhammad wafat, maka tidak ada lagi Nabi dan Rasul yang baru melainkan yang ada adalah Imaam atau Kholifah. Imaam berasal dari kata amama yang berarti berarti berdiri didepan. Maka Imaam itu artinya adalah orang yang berdiri didepan yaitu didepan ummat. Adapun Kholifah berasal dari kata kholafa yang artinya dibelakang atau dari kata kerja mengganti maka Kholifah berarti orang yang berada dibelakang para Nabi dan Rasul atau pengganti para Nabi dan Rasul yang telah selesai masa tugasnya. Allahu Al-Musta'an, iyyaKa na'budu wa iyyaKa nasta'in, nastagfiruKa mindzunuubina wamin sayi'ati amalina wa natubuu ilaiKa ya Ghofuru Rahiim...

(Copas: notes FB Ayi Hidayat B )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar