- Ustadz Yakhsyallah Mansur
Pembina Al Aqsha Working Group
Ambisi Zionis Israel menguasai Masjid al Aqsha, kiblat pertama kaum Muslimin, dan Palestina secara utuh tidak akan pernah surut hingga akhir zaman. Karenanya, umat Islam di seluruh penjuru dunia diharapkan juga tidak pernah bosan dan kendor dalam berjuang. Jangan sampai muncul keluhan dan merasa bosan dalan berjuang.
Shalahudin al Ayyubi saja, berhasil membebaskan Palestina setelah bejuang berpuluh-puluh tahun, melewati tiga generasi. Dimulai dari perjuangan Imadudin, Nurudin, dan baru berhasil pada masa Shalahudin.
Demikian juga dengan Rasulullah saw. Dalam upaya membebaskan al-Quds, umat Islam pada masa awal pertumbuhannya juga sangat lama. Dimulai dari Isra Mi’raj-nya Rasulullah saw, kemudian ketika Islam berkembang di Madina kiblat pun dipindah. Selanjutnya terjadi Perang Tabuk yang secara geografis menuju ke arah Palestina. Tapi perjuangan membebaskan Palestina belum juga berhasil.
Perjuangan dilanjutkan Abubakar Shiddiq dengan cara mengepung kawasan Palestina, tapi juga belum berhasil. Baru berhasil pada masa Umar bin Khattab. Jadi pada masa Rasulullah saw saja sampai tiga generasi. “Karenanya, umat Islam harus sabar, konsisten dan bersungguh-sungguh dalam berjuang membebaskan Palestina dan Masjid al Aqsha, karena perjuangan tak pernah mengenal kata akhir,” tegas Ustadz Yakhsyallah Mansur.
Untuk memompa semangat perjuangan kaum Muslim dalam membebaskan al Aqsha dan Palestina, Wartawan Sabili Dwi Hardianto dan Fotografer Arief Kamaludin mewawancarai salah satu Duta Internasional al-Quds di Pesantren Al-Fatah, Cilengsi, Bogor, Sabtu (7/11) lalu. Berikut petikannya:
Apa tujuan didirikannya Al Aqsha Working Group?
Al Aqsha Working Group didirikan pada 2008 untuk bersama komponen kaum Muslimin lainnya memperjuangkan pembebasan Masjid al Aqsha dan Palestina pada umumnya. Kita ini sebetulnya bukan yang pertama karena di Indonesia sudah banyak lembaga yang memperjuangkan pembebasan Palestina dan Masjid al Aqsha seperti, Comes, KISPA dan KNRP. Yang ruang lingkupnya internasional seperti, Muassasah al-Quds yang dipimpin DR Yusuf al-Qaradhawi dan lembaga lain. Kami melakukan ini semata-mata karena latar belakang keimanan bahwa pembebasan al Aqsha merupakan tanggung jawab bersama umat Islam seluruh dunia, bukan hanya tanggung jawab umat Islam Palestina atau Arab saja.
Apa bentuk kegiatannya?
Pertama, mensosialisasikan kondisi Masjid al Aqsha dari waktu ke waktu. Kedua, melakukan pembinaan pada kaum Muslimin yang memiliki kompetensi terhadap permasalahan al Aqsha. Untuk ini, kami melakukan kerjasama dengan Muassasah al-Quds dengan mengirim delegasi ke Yaman. Pada angkatan pertama tahun 2008, kami mengirim 25 orang untuk menempuh pendidikan tentang Palestina dan Masjid al Aqsha. Setelah kembali ke Indonesia mereka mendapat tugas sebagai Safir al-Quds al-Duali (Duta Internasional al-Quds).
Ketiga, melakukan penyadaran pada umat Islam dengan berbagai kegiatan seperti, pameran foto al Aqsha di kota-kota besar di Indonesia (Aceh, Medan, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, Samarinda, Pontianak dan lainnya). Termasuk juga demontrasi di berbagai kota besar di Indonesia. Keempat, mengadakan kajian, pengajian, dan seminar al Aqsha secara intensif. Yang cukup besar diadakan di Wisma Antara dan dihadiri beberapa tokoh dari luar negeri seperti Malaysia, Yaman, utusan dari al-Quds juga hadir, termasuk Syaikh Mahmoud Shiyyam.
Delegasi yang dikirim ke Yaman mempelajari apa saja?
Selama di Yaman, 25 delegasi kami belajar tentang seluk-beluk al Aqsha. Antara lain: Sejarah al Aqsha, Geografi al Aqsha, tentang Yahudi dan Yahudiyah, tentang Zionisme, bagaimana Upaya Membebaskan al Aqsha, bagaimana Cara Zionis Menguasai Palestina dan beberapa materi lainnya. Semuanya ada 11 materi. Materi ini sangat penting, karena untuk melakukan sesuatu selain memiliki iman juga harus memiliki ilmunya. Terkadang kita berteriak-teriak bebaskan al Aqsha tapi tidak mengetahui di mana Masjid al Aqsha? Orang pun banyak yang salah mengidentifikasi Masjid al Aqsha (atau Masjid Kibli) dengan Qubbah ash Shahrah yang berkubah kuning keemasan. Orang sering menunjuk Qubbah ash Shahrah sebagai Masjid al Aqsha. Ini adalah salah satu desain Zionis untuk mengaburkan Masjid al Aqsha.
Padahal, al Aqsha ini adalah sebuah kawasan seluas sekitar 140 hektar yang disebut al-Quds al-Syarif. Di dalamnya terdapat Masjid al Aqsha (Masjid Kibli), Qubbah ash Shahrah, tempat ketika Imam al Gazali menulis Kitab Ihya Ulumudin dan kitab-kitab lainnya, Masjid al-Qadim yang terletak di sisi bawah Masjid al Aqsha dan bangunan lainnya. Untuk membebaskan Masjid al Aqsha, umat Islam harus mengetahui mana yang akan dibebaskan terlebih dulu. Karena itu, sampai sekarang kami terus melakukan kajian surat al Isra di kampung-kampung untuk memberikan pengetahuan pada umat tentang Palestina dan Masjid al Aqsha yang sebenarnya.Jadi kami membekali umat dengan ilmu terlebih dulu. ”Orang yang beramal sementara ia tidak memiliki ilmu maka amalnya ditolak oleh Allah SWT.”
Yahudi Zionis mengklaim di bawah Masjid al Aqsha ada Kuil Sulaiman, apa benar?
Tidak benar! Kebetulan saya sedang mengedit karya tulis berjudul ”Perjuangan Palestina Masa Kini” yang membahas kebohongan Yahudi tentang Palestina dan Masjid al Aqsha. Karya ini merupakan tugas akhir setelah mengikuti pendidikan di Yaman. Ternyata, klaim Israel itu tidak ada yang benar, termasuk soal Kuil Sulaiman. Kebohongan ini bisa dikaji dari beberapa hal. Pertama, dari segi akidah. Sulaiman adalah seorang nabi, sehingga sangat tidak mungkin jika nabi membangun kuil, yang ia bangun pasti masjid. Kedua, dari sisi sejarah dan arkeologi juga tidak terbukti bahwa di bawah Masjid al Aqsha ada Kuil Sulaiman. Ada buku berjudul Haikal al-Haikasum Maj’um (Hanya Praduga-Praduga Saja). Bahkan beberapa pakar sejarah dan arkelogi Yahudi dalam tulisannya menyebutkan, tidak ada sama sekali peninggalan Haikal Sulaiman di bawah Masjid al Aqsha. Jadi tujuan Israel melakukan klaim semacam ini adalah untuk meruntuhkan Masjid al Aqsha. Karena dengan menguasai Masjid al Aqsha, Israel akan menguasai Palestina. Dengan menguasai
Palestina, Israel akan menguasai Timur Tengah. Dengan menguasai Timur Tengah mereka akan menguasai dunia. Jadi tidak ada tujuan agama sama sekali, lha wong orang Israel itu tidak beragama. Mereka adalah kaum Zionis.
Secara geografis, gambaran Masjid al Aqsha itu seperti apa?
Selain sebuah kawasan seluas sekitar 140 hektar yang di dalamnya terdapat Masjid al Aqsha, Qubbah ash Shahrah dan lainnya, secara geografi ada beberapa hal penting. Pertama, posisi al Aqsha terletak di bagian dunia yang paling tinggi yang dihuni manusia. Sehingga kita bisa mengontrol seluruh dunia, karenanya Israel berkeinginan mendirikan pangkalan militer di kawasan ini. Ilmu geografi juga menyatakan bahwa dataran paling tinggi di dunia adalah kawasan al Aqsha. Kedua, kawasan ini memiliki musim paling baik di dunia, tidak pernah mengalami musim yang sangat dingin dan tidak pernah juga mengalami musim yang sangat panas, jadi sejuk dan sangat nikmat cuacanya. Saya dua kali memasuki al Aqsha, selama di sana saya seperti berada di Puncak Bogor dengan hawa yang sejuk, udara sangat bersih, dan angin bersemilir, padahal matahari bersinar sangat terik. Apalagi ketika kita memasuki Masjid al Aqsha, subhanallah nikmatnya tiada duanya. Inilah yang mungkin dikatakan sebagai Alladzi barakna hawlahu. Ketiga, kawasan ini s
sangat subur sehingga kurma dan zaitun tumbuh dengan baik. Kurma dan zaitun terbaik di dunia adalah kurma dan zaitun yang tumbuh di al Aqsha, termasuk juga buah Tin dan beberapa buah lainnya serta beberapa jenis biji-bijian. Tak heran jika lambang perdamaian pejuang Palestina adalah zaitun. Inilah yang mendorong Israel menguasai kawasan ini.
Apa perbedaan antara Yahudi dengan Yahudiah?
Yahudi itu pasti bangsa Yahudi. Yahudiah adalah orang non-Yahudi tapi berperilaku seperti orang Yahudi. Karenanya, ia bisa mengaku sebagai Muslim tapi perilakunya seperti orang Yahudi. Orang-orang Yahudiah inilah yang mengilhami lahirnya gerakan Zionis, karenanya anggota Zionis tidak hanya orang Yahudi tapi dari berbagai bangsa. Inilah yang melahirkan cabang gerakan Zionis di seluruh dunia seperti, Lions Club dan Freemasonry. Pada kedua lembaga ini bukan hanya orang Yahudi yang menjadi anggota atau pimpinan tapi juga orang dari berbagai bangsa. Anehnya, hampir semua presiden Amerika adalah Zionis. Jika kita tilik, ada tiga tipe dalam memandang Yahudi yakni, Yahudi sebagai agama, Yahudi sebagai bangsa, dan Yahudi sebagai perilaku (gerakan). Yahudiah ini adalah Yahudi sebagai perilaku. Sebenarnya, jika kembali pada Islam, semuanya berawal dari keturunan Nabi Ibrahim. Makam Nabi Ibrahim ada di Hebron, Tepi Barat. Inilah yang kita khawatirkan, jangan-jangan Masjid al Aqsha menjadi seperti masjid di Hebron itu. oleh Israel, masjid itu sekarang dibagi dua, satu milik orang Yahudi dan diubah menjadi Sinagog dan satunya milik Kaum Muslimin.
Dari sisi sejarah, Nabi Ibrahim memiliki anak dua, Ishaq dan Ismail, tapi orang Yahudi tidak mengakui Ismail. Dari Nabi Ishaq lahirlah Yakub. Nabi Ya’kub ini memiliki nama lain yakni Israel. Dalam literatur Islam, Israel berarti ”pimpinan yang diridhai Allah” tapi oleh orang Yahudi diplesetkan menjadi ”orang menang melawan Allah”. Dalam Taurat dikisahkan, suatu saat Nabi Ya’kub berada dalam kemah, tiba-tiba masuk seseorang dan terjadilah pertarungan. Yang menang Nabi Ya’kub. Ternyata, yang dikalahkan oleh Nabi Ya’kub adalah Tuhan. Sejak itulah Ya’kub memiliki gelar ”Israel” karena bisa mengalahkan Tuhan. Inilah kesombongan orang Yahudi. Nabi Ya’kub memiliki 12 anak, yang terkenal Nabi Yusuf, yang bungsu bernama Benyamin. Sedangkan yang paling nakal dan paling banyak keturunannya bernama Yahuda. Dari keturunan Yahuda inilah kemudian muncul bangsa Yahudi.
Bagaimana cara membedakan penganut Zionis dengan orang Yahudi yang tidak mengikuti Zionis?
Pengikut Zionis pasti menyetujui berdirinya negara Israel. Jika Yahudi non Zionis umumnya tidak menyetujui berdirinya negara Israel. Ada satu gerakan orang Yahudi yang bernama Neturei Karta yang tidak menyetujui berdirinya negara Israel dan menolak Holocaust. Gerakan ini berkembang di Amerika dan Israel. Tapi pemerintah Israel tidak mengakui orang-orang yang bergabung dalam Naturakarta sebagai orang Yahudi, padahal di antara mereka banyak yang asli Yahudi atau keturunan Yahudi.
Dalam Taurat, sebenarnya bangsa Yahudi tidak boleh mendirikan negara. Jika pun ada itu adalah ayat-ayat yang sudah dimodifikasi oleh manusia. Peristiwanya begini, ketika Israel didirikan tahun 1948, semua orang Yahudi umumnya mendukung dan bergembira. Tapi ada tokoh perempuan Yahudi yang justru menangis. Kemudian anak dan cucunya bertanya, kenapa nenek menangis? Ia menjawab, inilah tanda-tanda kehancuran orang Yahudi. Ketika orang-orang Yahudi berkumpul dalam satu tempat, inilah tanda bahwa mereka akan segera hancur. Secara strategis jika berada dalam satu tempat, orang-orang yang tidak senang akan mudah melakukan penyerangan.
Inilah yang disinggung Allah SWT: ”Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana,” (QS al-Israa’ 5). Karenanya, orang-orang Yahudi yang konsisten tidak setuju dengan berdirinya negara Israel. Yang menyetujui berdirinya negara Israel adalah kaum Zionis dengan tujuan untuk mengusai Heart Island. Jadi ”Jantung Bumi” memang ada di Palestina. Jadi pendirian negara Israel ini sangat politis.
Bagi Kaum Muslimin Indonesia, bagaimana cara memandang perseteruan antara Hamas dan Fatah?
Ini perlu disampaikan pada masyarakat. Kami di al Aqsha Working Group bergaul dengan keduanya, Hamas iya, Fatah juga iya. Kita memandang, keduanya sebagai Muslim terlebih dulu. Perbedaan keduanya bermula dari metode perjuangan. Fatah, sebetulnya dulu juga menggunakan perjuangan militer, tapi belakangan mereka mengedepankan perjuangan diplomasi. Kemudian muncul Hamas, yang memiliki sayap militer dalam perjuangannya. Jadi antara keduanya hanya berbeda dalam menerapkan strategi perjuangan. Umat Islam di luar Palestina jangan sampai terprovokasi oleh ulah Israel yang membesar-besarkan persaingan antara kedua faksi ini. Yang penting antara keduanya, sama-sama Muslim dan berjuang demi Palestina. Memang Hamas lebih kental kemuslimannya karena merupakan bagian dari gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Diakui atau tidak, Ikhwanul Muslimin-lah yang banyak membantu Palestina dalam bidang militer sampai akhirnya Ikhwan dihancurkan Jamal Abdul Nasser.
Sahabat Syaikh Ahmad Yassin, Dr Mahmud Ziad pernah bercerita tentang Hamas dan Fatah. Kedua tokoh ini sangat menghormati Yasser Arafat. Jika kemudian terjadi konflik, ini akibat provokasi Israel yang menerapkan strategi belah bambu. Fatah diangkat sedangkan Hamas diinjak. Akhirnya, Israel pun bisa melokalisir ”musuh”. Jika dua-duanya menjadi musuh Israel makin kewalahan. Fatah yang sekarang sedang mereka garap, kaum Muslimin lain terpancing, seakan-akan terjadi pertentangan antara Hamas dan Fatah. Saya sering bertanya pada tokoh Palestina, mereka mengatakan memang ada persaingan secara politik, tapi secara hakiki antara Fatah dengan Hamas sebenarnya akur saja. Kenapa Yasser Arafat dibunuh? Karena dia mempertahankan Yerusalem sebagai ibukota Palestina. Karenanya, saya menilai, meski selemah-lemah iman, Arafat tetap tidak bersedia melepaskan Yerusalem. Arafat mengatakan, ”Tidak ada Palestina tanpa Yerusalem.” Karenanya, Arafat pun dibunuh Israel.
Jadi cara pandang umat Islam jangan melihat faksi-faksi itu tapi Palestina seutuhnya?
Betul, lihat dan bantulah Palestina serta Masjid al Aqsha. Makanya, saya sangat setuju dengan pernyataan mantan Ketua MPR Hidayat Nurwahid dalam diskusi di DPR-RI bahwa, Masjid al Aqsha hendaknya menjadi starting point membebaskan Palestina, jangan melihat pertikaian antar faksi yang terjadi. Apalagi, faksi di Palestina itu juga banyak, ada Sosialis, Komunis, dan Nasrani.
Antar faksi itu hubungannya bagaimana?
Dalam memperjuangkan kebebasan negaranya mereka sebenarnya satu tujuan menghadapi Israel. Makanya, antara walan tardha-nya orang Yahudi dengan walan tardha-nya orang Nasrani berbeda. Jika kita lihat dalam al-Qur’an ”Walan tardha anka al yahudu ..” Ketika menghadapi Yahudi, Allah menggunakan kata ”lan” (selama-lamanya). Tapi ketika berhadapan dengan Nasrani menggunakan kata ”la” (kemungkinan) ”Wala nasara ...” Jadi, tidak ridhanya orang Yahudi itu selama-lamanya, sedangkan kaum Nasrani kemungkinan dalam beberapa hal mereka ridha, salah satunya dalam hal Palestina dan Masjid al Aqsha. Kaum Nasrani lebih senang berada di bawah umat Islam. Tapi ketika Kaum Yahudi yang berkuasa, habislah eksistensi kaum lainnya.
Langkah apa yang penting dilakukan oleh umat Islam Indonesia untuk membantu Palestina dan Masjid al Aqsha?
Saya mengedepankan pendidikan dan penyadaran. Para dai dan mubaligh harus konsisten memberikan penyadaran pada masyarakat. Termasuk menggunakan saluran media massa. Ini memang membutuhkan waktu cukup lama. Apalagi perjuangan tidak mengenal kata ”selesai atau berakhir”. Makanya, Allah hanya menuntut amal bukan menuntut hasil. Jadi yang diminta dan ditekankan oleh Allah adalah beramal sebanyak-banyaknya, sedangkan hasil berada dalam genggaman Allah SWT.
Tapi kita terkadang bosan ustadz?
Jika kita bosan berarti kita lemah. Coba bandingkan, Shalahudin al Ayyubi berhasil membebaskan Palestina setelah berjuang berpuluh-puluh tahun, melewati tiga generasi. Dimulai dari perjuangan Imadudin, Nurudin, dan baru berhasil pada masa Shalahudin. Sekarang, kita baru saja berjuang sudah bosan dan melemah? Zionis senang nih. Umat Islam harus sabar, konsisten dan bersungguh-sungguh dalam berjuang membebaskan Palestina dan Masjidil Aqsha.
Data Pribadi:
Nama : Yakhsyallah Mansur
Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 14 Juni 1958
Pendidikan : - Ponpes Raudhatuth Thalibin Kudus (1975).
- Ponpes Asrama Pendidikan Pelajar Islam Magelang
(1977).
- Ponpes Futhuhiyah Mranggen (1982)
- S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang (1985)
- S2 Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah (2008)
Aktivitas : - Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam STAI Al-
Fatah Cilengsi, Bogor.
- Pimpinan Ponpes Shuffah Hizbullah dan madrasah Al-
Fatah Cilengsi, Bogor.
- Duta Internasional al-Quds.
* Di ambil dari catatan wawancara Ustadz Yakhsyallah Mansur Pembina (Aqsa Working Group) dengan wartawan SABILI yang di publish Cyber Sabili pada Senin, 23 November 2009.
Kamis, 15 Desember 2011
MUSLIM BOSAN, ZIONIS SENANG
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar