Senin, 12 Desember 2011

MARI MENGAMBIL HIKMAH DARI HADIS PERPECAHAN UMAT


Dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan radiyallahu anhu, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Ingatlah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah-belah menjadi tujuh dua golongan dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang tujuh puluh dua golongan di dalam neraka sedang yang satu di dalam surga, yaitu Al-Jama'ah dan sesungguhnya akan ada dari ummatku beberapa kum yang dijangkiti oleh hawa nafsu (Al-Ahwa) sebagaimana menjalarnya penyakit anjing gila dengan orang yang dijangkitinya, tidak tinggal satu urat dan sendi ruas tulangnya, melainkan dijangkitinya." (HR. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud dalam Kitabu Sunnah:IV/198 No.4597, Ahmad, Musnad Ahmad:II/145-IV/102. Lafadz Abu Dawud).


Beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari hadis tentang perpecahan umat yang dijelaskan oleh Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam di atas:

1. Hadis tersebut sangat penting sehingga tidak boleh dilupakan. Hal ini terlihat dengan diawalinya hadis tersebut oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dengan kata : "Ingatlah !"

2. Apapun alasannya, maka perpecahan tidak menghasilkan selain kebinasaan dan akan mendorong para pelakunya kedalam neraka jahanam.

3. Adalah benar, bahwa orang-orang yang selamat itu adalah orang-orang yang mutaqin, maka orang-orang yang mutaqin itu akan mentaati perintah dan menjauhi larangan. Oleh karena itu, orang-orang yang mutaqin tentu akan menjauhi perpecahan dan berupaya untuk bersatu kembali dengan sesama muslimin.

4. Dengan penjelasan bahwa yang selamat itu hanya satu yaitu - Al-Jama'ah - maka semestinya kita mencari tahu mengapa ia di ma'rifatkan (tertentu) bentuk katanya? Al-Jama'ah berasal dari kata"jama'ah" yang dima'rifatkan dan "jama'ah" artinya adalah kumpulan. Menurut syare'at, jama'ah itu harus ada pemimpin dan pemimpin untuk seluruh muslimin adalah Imam atau Khalifah yang ia dapat dinyatakan haq adalah dengan adanya pembae'atan oleh ummat terhadap Imam atau Khalifah tersebut. Oleh karena itu, kumpulan yang pemimpinnya tidak melalui syare'at bae'at, tidak dapat dikatakan sebagai jama'ah syare'at dan tidak dapat dikatakan sebagai Al-Jama'ah.

5. Dengan penjelasan Rasulullah bahwa yang selamat itu hanya satu saja yaitu Al-Jama'ah, maka semestinya kita berupaya untuk kembali kepada Al-Jama'ah yang hanya satu saja itu, yaitu dengan bersatu dalam wujud satu jama'ah dan satu Imam atau Khalifah, tanpa menimbang perlunya mempertahankan pemahaman dan madzhab karena jelas di masa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam pemahaman para sahabatpun beragam namun tidak ada madzhab, begitupun pada masa Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin.

6. Dengan penjelasan bahwa yang selamat itu adalah satu, maka jika ada banyak jama'ah syare'at atau jama'ah yang pemimpinnya diangkat dengan syare'at bae'at, harus dipilih satu saja diantaranya. Berpegang kepada ketentuan Rasulullah shollallahu 'alaihi wassalam, maka yang haq diantara mereka adalah Imam atau Khalifah yang pertama kali dibae'at oleh ummatlah yang harus kita pegang sebagai Imam/Khalifah yang pertama dan jama'ah yang pertama dan itulah Al-Jama'ah yang sebenar-benarnya.

Dengan penjelasan di atas, tidak perlu kita menuduh siapapun dan golongan manapun dengan tuduhan sesat apalagi kafir dan tidak membahas pemahaman siapa dan madzhab siapa yang harus diikuti. Wallahu Al-Musta'an.

*) Catatan: Pembahasan diatas ini berpegang kepada perintah Rasulullah shollallahu 'alaihi wassalam : "Wajib atas kalian mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin", jadi tidak melibatkan Jema'at Ahmadiyah dan Syiah, karena mereka mempunyai keyakinan sendiri dan menyalahi wasiat dari Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalam tersebut.




http://www.facebook.com/groups/MARI.BERSATU.DALAM.MENEGAKKAN.ISLAM/permalink/268295533218313/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar