Wahyu Sagara siapakah al-jamaah yg d mksd?
- Ayi Hidayat Baharuddin Al-Jama'ah yang dimaksud terdapat dalam hadis berikut ini:
Dari sahabat Khudzaifah bin Yaman radiyallahu anhu, ia berkata : “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan dan adalah aku bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, karena aku khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka aku bertanya : “ Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab : “Benar!” aku bertanya : Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab : “Benar tetapi didalamnya ada kekeruhan (dakhon / asap).” Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku (menurut riwayat muslim: “Kaum yang berperilaku bukan dari sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku), engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu aka ada lagi keburukan? Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang menyeru ke pintu-pintu jahanam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya kedalam jahanam itu.” Aku bertanya:”Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasulullah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah kita.” Aku bertanya: “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “TETAPLAH PADA JAMA’AH MUSLIMIN DAN IMAAM MEREKA.” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “ Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh (golongan yang berpecah-belah) itu semuanya,walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjemputmu engkau tetap demikian.” (H.R. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dab Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah: II/475 Lafadz Al-Bukhari).Kesimpulannya, Al-Jama'ah itu terwujud kembali ketika kaum muslimin Mengangkat seorang Imam dengan syare'at bae'at atau janji setia untuk mendengar dan taat. Jika itu telah diamalkan, maka Al-Jama'ah itu terwujud kembali dalam wujud Jama'ah Muslimin dan Imamnya.
Setelah runtuhnya Kesulthanan Ustmaniyah Turki pada tahun 1924, yang sebelumnya telah menjadi sentral kepemimpinan kaum muslimin selama hampir 700 tahun, maka atas karunia Allah kaum muslimin dapat kembali mewujudkan Al-Jama'ah dengan dibae'atnya seorang muslim yang bernama Wali Al-Fatah menjadi Imam pada tanggal 20 Agustus 1953 M bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijah 1372 H.
Setelah meneliti dan mencari jika ada yang lebih awal dalam mengamalkan sunnah ini namun ternyata tidak ditemukan, maka pada tahun 1974 dalam musyawarah Ahlu Hali wal Aqdhi Imam Wali AlFatah menyatakan bahwa Jama'ah Muslimin (Hizbullah) yang telah ditetapi kembali sejak tanggal 20 Agustus 1953 tersebut adalah satu-satunya Jama'ah Muslimin dan yang paling awal dalam menetapi kembali sunnah Jama'ah Imamah ini.Maka dengan ini kami menyeru kaum muslimin wal muslimat untuk kembali kepada Al-Jama'ah agar kita dapat kembali bersatu dalam menegakkan Islam ini bersama-sama dan kita kembali ke dalam rahmat dan ampunan Allah serta mendapat karunia yang besar berupa keselamatan di akhirat nanti, seperti yang telah Allah dan RasulNya janjikan.esensi daripada Al-Jama'ah itu adalah sebagai wadah pemersatu umat, bukan untuk mencela siapapun dan golongan apapun juga yang masih sama-sama muslim, dan bukan untuk gagah-gagahan menyatakan golongan kamilah yang akan masuk surga dan golongan kamu akan masuk neraka.
Oleh karena itu, dengan Al-Jama'ah ini mari kita seru seluruh muslimin dari golongan manapun mereka, untuk kembali bersatu dengan Al-Jama'ah, agar kita semua kembali kepada rahmat dan ampunan dari Allah serta dapat meraih kenikmatan yang besar di akhirat nanti berupa surga yang telah Allah janjikan jika kita kembali bersatu dengan Al-Jama'ah dalam menegakkan Islam di muka bumi ini.
Mari kita simak penjelasan Rasulullah sholallahu 'alaihi wasalam berikut ini:
Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang menolaknya. Mendengar sabda Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam tersebut para sahabat bertanya, "Siapa orang yang menolak itu, ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Orang yang menentang (perintah dan larangan)ku adalah orang yang menolak masuk surga." (HR. Bukhari)
Dari Umar bin Al Khaththab radliyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Barangsiapa yang menginginkan sungai-sungai surga, maka hendaklah ia berpegang teguh dengan Al Jama’ah, karena sesungguhnya syaithan itu bersama dengan orang yang sendirian dan ia dengan orang yang berduaan itu lebih jauh.” (HR. Ibnu Abi Ashim dan Ahmad dan At Tirmidzi dan Al Hakim dan Ibnu Hibban)
Dalam riwayat lain dijelaskan : "Barangsiapa yang ingin tempat tinggalnya di surga, maka tetapilah Al-Jama'ah".
Dengan penjelasan-penjelasan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam di atas, maka siapun yang ingin masuk surga bersegeralah untuk menetapi Al-Jama'ah yang telah diperintahkan oleh Allah dan RasulNya ini. Maka siapapun yang menolak untuk menetapi Al-Jama'ah, maka itu artinya ia telah menolak untuk masuk surga. Jadi siapapun yang menolak untuk menetapi Al-Jama'ah, maka ia sendiri yang akan merugi.
Maka mari kita bayangkan, seandainya seluruh muslimin taat pada perintah Allah dan RasulNya untuk menetapai Al-Jama'ah ini, maka kita akan kembali bersatu dalam menegakkan Islam, dan kita semua akan selamat di hadapan Allah nanti.
Mengapa yang selamat itu hanya satu golongan saja?
Tidak ada lain karena jalan menuju surga itu hanya satu saja. Tetapi sebaliknya, jalan menuju neraka itu sangat banyak yaitu 72 jalan dan itu adalah perpecahan. Sebagaimana penjelasan Allah dalam Quran surah Al-An'am (6) ayat 153 di atas, maka mengikuti jalan-jalan yang banyak yang merupakan perpecahan ummat, akan menyebabkan pelakunya terlepas dari jalan Allah yang lurus yaitu shirothol mustaqim yang merupakan satu-satunya jalan menuju surga. Maka dengan sebab perpecahan ini, terlepaslah ummat dari jalan Allah serta terlepaslah ikatan Islam dari mereka, (Lihat Q.S 3:102), sehingga mereka terlepas dari shirothol mustaqim dan terjatuhlah mereka ke dalam neraka jahanam saat menghadap Allah Azza wa Jalla di akhirat nanti.
Oleh karena itu, selagi kita masih hidup di dunia ini dan masih mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri dari adzab yang diancamkan oleh Allah kepada kita semua, marilah kita kembali bersatu dalam menegakkan Islam ini dengan menetapi Al-Jama'ah, sehingga Allah akan menyelamatkan kita dari adzab api neraka sebagaimana yang telah Ia janjikan dalam surah Maryam ayat 72 di atas dan telah dijelaskan oleh RasulNya bagi siapa yang menetapi Al-Jama'ah. Semoga Allah memudahkan antum untuk memahami penjelasan ini, aamiin ya Rabb.- Ayi Hidayat Baharuddin : Selama seruan Al-Jama'ah ini belum sampai kepada seseorang, maka ia masih ada kemungkinan mendapat ampunan dari Allah dengan sebab ketidak tahuannya. Oleh karena itu kita tidak dapat memvonis seseorang seperti yang antum simpulkan. Tetapi lain masalah jika seruan untuk bersatu dalam Al-Jama'ah ini telah sampai kepada seseorang seperti kepada antum saat ini, lalu ia menolaknya, maka berlakulah apa yang telah dijelaskan oleh Rasulullah: "Orang yang menentang (perintah dan larangan)ku adalah orang yang menolak masuk surga." (HR. Bukhari).
Saat ini, Jama'ah Muslimin (Hizbullah) masih ada di Indonesia, dan Imam yang sedang mengemban amanat untuk memimpin umat saat ini, adalah Imam Muhyidin Hamidy.
Wahyu Sagara Saat ini, Jama'ah Muslimin (Hizbullah) masih ada diAyi Hidayat Baharuddin Nur Zarqa :Apa sikap JM terhadap pemimpin negara,Akhi Ayi?
Indonesia, dan Imam yang sedang mengemban amanat
untuk memimpin umat saat ini, adalah Imam Muhyidin
Hamidy.(d mana bs menemuinya,,
Sikap Jama'ah Muslimin terhadap pemimpin negara adalah sama seperti sikap Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam terhadap raja-raja yang ada pada masa beliau, dimana Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam menghormati kedudukan mereka serta menyeru mereka untuk bersama-sama beriman kepada Allah dan tidak memerangi raja-raja yang tidak memerangi Rasulullah dan orang-orang beriman yang bersamanya.
Maka demikianlah sikap Jama'ah Muslimin terhadap negara dan kepala negaranya, menghormati kekuasaan yang telah Allah berikan kepada mereka dan selalu menyeru mereka untuk berbuat kebaikan dan beriman kepada Allah serta menyeru kepala-kepala negara yang muslim untuk menetapi Al-Jama'ah yang telah terwujud kembali ini, agar bersama-sama mengamalkannya dengan muslimin lain yang telah lebih dahulu menetapinya.Arman Kazama Terimakasih pak ayi..:-)..
Semua yang pak Ayi jelaskan diatas baik mengenai pengertian Al-Jama'ah, Siapa Al-jama'ah itu, Keharusan menetapinya, cara & sikap Al-jama'ah terhadap penguasa, semuanya sama dengan apa yang saya pahami selama ini..(Heran'-_-')..dan saya sependapat dg pak Ayi jelaskan...tapi hanya satu hal saja perbedaan kita yaitu tentang jama'ah yg kita ditetapi...mungkin Ilmu saya belum sampai tentang itu semua, maklum masih awam..^_^..tapi insyaAllah saya akan tetap mempelajarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar