Umar ibn Khaththab adalah laki-laki yang sangat kejam. Laki-laki yang menganiaya budak perempuan tanpa belas kasihan. Umar ibn Khaththab meninggal berumur 63 tahun, dan baru masuk masuk Islam menjelang umur 30 tahun. Laki-laki yang separuh umurnya digunakan memuja kemusyrikan dan berhala.
Laki-laki yang kehidupannya penuh dengan kejahiliyahan, maksiat, dan durhaka kepada Allah Rabbul Alamin. Laki-laki yang sangat membenci Rasulullah Shallahu alaihi wassalam. Laki-laki yang sangat membenci agama Tauhid. Laki-laki yang melakukan permusuhan dengan segenap jiwa dan raganya terhadap agama yang dibawa Rasulullah Shallahu alaihi wassalam.
Umar ibn Khaththab masuk Islam, ketika itu laki-laki jahiliyah itu mendengar alunan suara surah al-Qur'an, surat Thaha 1-9.
"Thaahaa. Kami tidak menurunkan al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di Arsy. Kepunyaan-Nyalah semua ada di langit, semuanya yang di bumi, dan semua yang ada di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al-asmaaul husna (nama-nama yang baik). Apakah telah sampai kepadamu?".
Saat itu, adiknya Fatimah sedang membaca surah Thaha, dan Umar ibn Khaththab sedang melintas, serta mendengar alunan suara itu. Umar berhenti mendengarkan alunan suara. Umar ingin membacanya, tetapi Fatimah melarangnya, karena Umar masih "najis". Umar ibn Khaththab sangat marah, menampar adiknya Fatimah, sampai jatuh, dan berdarah. "Engkau harus membersihkan dirimu, sebelum membaca al-Qur'anul karim ini", cetus Fatimah.
Umar mandi, berthaharoh dan membersihkan dirinya, dan diizinkan Fatimah membaca al-Qur'an. Sesudah itu Umar ibn Khaththab menyatakan dirinya masuk Islam. Umar yang nyaris membunuh adiknya Fatimah dengan pedang, seketika itu luluh, dan pedangnya terjatuh.
Saat, Umar ibn Khaththab, sudah masuk Islam, menjadi pembela Islam secara total, dan menyerahkan segenap jiwa raganya kepada agama Tauhid, menyerahkan segenap jiwa dan raganya bagi Rasulullah Shallahu alaihi wassalam. Tidak ada lagi ambisi pribadinya kepada kehidupan dunuiawi.
Umar ibn Khaththab menjadi penegak Islam dan pembela Islam. Umar membebaskan Masjidil Aqsha dari tangan-tangan kafir Salibis. Umar ibn Khaththab, ketika masuk Islam menjadi "cahaya", karena sifat-sifatnya. Umar yang dahulunya sangat kasar, bahkan terhadap perempuan, sesudah masuk Islam menjadi laki-laki yang sangat lembut.
Umar meninggal dibunuh saat menunaikan shalat shubuh oleh seorang munafik. Saat itulah Umar ditikam di mihrab dan mati syahid, di tempat paling bagus dan sedang melaksanakan kewajiban yang paling mulia. Karena shalat shubuh berjamaah di masjid itu, disaksikan para Malaikat.
Orang-orang pun menggotongnya. Umar bertanya, "Sudah selesaikah aku shalat shubuh?", tanyanya. "Belum", jawab yang menggotongnya. Lalu, pingsan. Tatkala pipinya diletakkan diatas bantal, Umar malah berkata, "Angkatlah ini dari bawah kepalaku! Letakkan kepalaku diatas tanah, semoga Allah merahmatiku", ucapnya lirih.
Semoga Allah Rabbul Alamin merahmatimu, memuliakan jasadmu, mengangkat derajadmu. Engkah telah bertindak sebagai "shadiq", ungkap Ibnu Mas'ud ra. "Masuknya engkau ke dalam Islam adalah kemenangan, hijrahmu adalah penaklukan, dan pemerintahanmu adalah rahmat", tambah Ibnu Mas'ud ra.
Laki-laki jahiliyah yang sudah masuk Islam itu, Umar ibn Khaththab dalam sebuah hadist, disebutkan, "Seluruh amal kebaikan umat Muhammad Shallahu alaihi wassalam, bila dikumpulkan, di timbang dalam timbangan, dibandingkan dengan amal kebajikan yang dilakukan Umar ibn Khaththab, masih lebih berat amal kebijakan yang dikerjakan oleh Umar ibn Khaththab".
Umar ibn Khaththab adalah manusia biasa, sama halnya dengan manusia hari ini. Tidak ada yang membedakan. Perbedaannya, hanya Umar ibn Khaththab, ketika sesudah masuk Islam, masuk Islam secara total (kaffah). Menyerahkan diri seluruhnya untuk diatur dengan aturan yang bersumber dari minhaj Allah Rabbul Alamin, yaitu Al-Qur'an.
DAUD AS: TENTARA, NABI/RASUL DAN KHALIFAH
BalasHapusApakah kamu (Hai Muhammad dan para pengikutmu) tidak memperhatikan (lalu dikaji dengan seksama tentang sejarah) pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa,
yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:
"Angkatlah untuk kami seorang panglima supaya kami berperang (di bawah pimpinannya, agar bisa berperang) di jalan Allah".
Nabi mereka menjawab: "(Sayang) mungkin (bisa jadi) sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan (mau) berperang".
Mereka menyanggah: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari (tanah kelahiran dan) anak-anak kami?"
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, (ternyata) merekapun (akhirnya) berpaling, kecuali beberapa (orang) saja di antara mereka (yakni a.l. Daud).
Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim.
Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya Allah telah mengangkat THALUT menjadi PANGLIMA-mu."
(Lalu) mereka menyanggah: "Bagaimana Thalut (yang akan) memerintah (atau memimpin) kami, padahal kami lebih berhak (menjadi panglima untuk) mengendalikan pemerintahan (darurat di pengasingan) daripadanya, sedang dia (Thalut) pun tidak (pula) diberi (atau mempunyai) kekayaan yang cukup banyak?"
Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih pemimpimu (Thalut) dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa."
Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya tanda ianya akan menjadi panglima, ialah kembalinya tabut (tempat menyimpan kitab sucinya) kepadamu, di dalamnya (ada ayat-ayat Tuhan) terdapat ketenangan (jika mengikuti ajaran-Nya dan keamanan kesuciannya) dari Tuhanmu dan (tabut merupakan) sisa dari peninggalan (warisan) keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat”.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Maka tatkala (panglima) Thalut keluar membawa tentaranya (termasuk a.l. Daud As.), ia berkata:
"Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan (melalui) suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali (sekedar) menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku."
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka (termasuk Daud As.).
Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata:
"Tak ada kesanggupan kami (hai panglima atau komandan) pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya."
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata:
"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
Tatkala (musuhnya) Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo'a:
"Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."
(Akhirnya) mereka (tentara pimpinan Panglima Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu dimana) Daud (yang merupakan salah seorang dari Thalut berhasil) membunuh Jalut,
kemudian Allah menganugerahkan kepadanya (si sang tentara Daud As.) pemerintahan (kekuasaan) dan hikmah (sesudah meninggalnya Panglima Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (QS. 2:246-251)
(terjemahan bebas dari http://www.rmol.co/quran.php)