Kali Tengah Kidul, puniko zona merah
Erupsi Merapi, saget sawayah-wayah
Mulo monggo sami, ngencengke ngibadah
Karanti kelawan dungo, takdir saget owah
Kidung “Tembang Saringat“ yang dibawakan Ustadz Abdul Qodir itu, mengalun syahdu dari pengeras suara di atap Saung Qur’an Glagah Harjo, Sleman, DIY. Dipadu dengan shalawat Nabi, alunan kidung mengajak warga sekitar bersegera berkumpul di Saung Qur’an untuk sholat dan gaji.
Tak lama kemudian, Glagah Harjo diselimuti khusyuknya warga berjamaah maghriban. Lalu mulai terdengar sahutan bacaan Qur’an, dan kemudian Ustadz Abdul Qodir mengajarkan tata cara ibadah.
Itulah pemandangan rutin setiap hari di Kampung Qur’an Glagah Harjo di lereng Gunung Merapi bagian selatan.
Kampung Qur’an terdiri 15 unit Rumah Qur’an berukuran 6 x 7 meter persegi yang dihuni keluarga korban erupsi Merapi. Di tengahnya, berdiri Saung Qur’an berukuran 6 x 12 meter persegi. Saung ini berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus balai pertemuan warga.
Menurut General Manager Program PPPA Daarul Qur’an, M Rano Bilal, Kampung Qur’an akan dibangun setidaknya di 20 titik di zona merah lereng Gunung Merapi.
Rano menjelaskan, Kampung Qur’an Merapi merupakan kelanjutan dari Program Tanggap Darurat dan Rehabilitasi bagi korban erupsi Gunung Merapi, Oktober-November 2010.
Di masa darurat, PPPA Daqu mendirikan Posko Bantuan Logistik dan Children Trauma Healing di tempat pengungsian korban. Daging Qurban Istimewa tahun 2010 juga paling banyak disajikan kepada pengungsi erupsi Merapi dalam kemasan siap santap.
Selanjutnya, memasuki fase rehabilitasi, PPPA Daqu bersama warga dan relawan Merapi menggelar Program Waktune Bebenah. Kegiatannya berupa gotong royong yang dilakukan serentak pada Sabtu-Ahad (17-18/1/2011) untuk membersihkan dan memperbaiki masjid, mushola, serta sekolah di empat Kabupaten yang terdampak letusan Merapi. Lokasi bangunan-bangunan itu di zona 5-10 km dari puncak Merapi.
Di masing-masing Kabupaten, PPPA Daqu menyediakan material bahan bangunan dan mengajak jamaah membenahi sekitar 15 rumah ibadah dan sekolah.
Setahun erupsi Merapi berlalu, ternyata warga lebih memilih kembali ke desa asal mereka. Ternak dan lahan pertanian subur di lereng Merapi, rupanya sudah menyatu dalam jiwa mereka. Terlebih, para pengungsi kelelahan hidup dalam ketidakpastian di barak-barak penampungan.
Padahal, menurut prakiraan Tim Ekspedisi Sabuk Merapi, ancaman erupsi Gunung Merapi pasca letusan 2010 diprediksi mengarah ke lereng selatan yang saat ini dihuni lebih dari 1000 keluarga di sembilan dusun (Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen, Singlar, Glagahmalang, Gading, Jetis Sumur, Ngancar, Besalen yang masuk Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman). Desa tersebut berada di kawasan rawan bencana (KRB) III terdampak langsung erupsi yang berjarak sekitar 4 kilometer dari arah puncak.
Menurut Kades Glagaharjo, Suroto, kini di kawasan rawan tersebut sektor pertanian dan perekonomian sudah berjalan baik. Warga pun merasa aman dengan keberadaan Bukit Kendil yang dianggap bisa menjadi tameng dusun dari erupsi Merapi.
Nah, untuk memperkuat benteng erupsi, PPPA Daqu menggelar Program Rumah Qur’an bersama relawan YKPU (Yayasan Klaten Peduli Umat). Di setiap Kampung, PPPA Daarul Qur’an menempatkan pembimbing seperti Ustadz Abdul Qodir.
Ustadz Qodir menerangkan, bagaimanapun Gunung Merapi hanyalah mahluk Allah. ‘’Allah lah yang dapat memerintahkannya, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Araf ayat 143,’’ tutur Ustadz. Ia menambahkan, Allah pula yang menghacurkan Bukit Sinai saat Nabi Musa penasaran ingin ‘’melihat’’ Allah SWT atas desakan kaumnya (QS Al-Hasyr : 21).
‘’Insya Allah, Kampung Qur’an akan menjadi benteng erupsi yang kokoh, karena Program ini dibiayai dana sedekah. Sedang sedekah jauh lebih dahsyat ketimbang kedahsyatan gunung,’’ papar Ustadz Qodir.
Sebagaimana dikisahkan dari Anas bin Malik ra, Nabi SAW menyampaikan bahwa setelah Allah menciptakan bumi, maka bumi bergoncang hebat. Kemudian Allah menciptakan gunung dan meletakkannya di atas bumi, hingga gunung-gunung kokoh membuat bumi diam.
Para malaikat yang takjub akan kedahsyatan gunung, lalu bertanya, "Wahai Rabb kami, apakah ada diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari gunung?’’
"Ada, yaitu besi," jawab Allah.
" Adakah diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari besi?’’
"Ada, yaitu api".
"Adakah diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari api?’’
"Ada, yaitu air."
"Apadah diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari air?’’
"Ada, yaitu angin".
"Adakah diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari angin?’’
"Ada, yaitu anak Adam yang bersedekah dengan tangan kanannya dan dia menyembunyikannya dari tangan kirinya" (HR At-Turmudzi, dalam Jami-nya, juz II Hal. 241-242).
Seminggu silam, Direktur Eksekutif PPPA Daqu, Tarmizi, mendapat kabar dari wakilnya yang tengah berada di salah satu Kampung Qur’an di lereng Merapi. ‘’Tadi malam, angin ribut menderu-deru selama 5 jam. Banyak atap rumah penduduk yang diterbangkannya. Alhamdulillah, atap Rumah Qur’an dan Saung Qur’an tak satupun yang goyah,’’ demikian bunyi kabar tersebut.
‘’Subhanallah walhamdulillah, seketika saya nyebut begitu. Dan ketika kemudian berkunjung ke sana, alhamdulillah Kampung Qur’an Merapi benar-benar menjadi kampung santri yang sangat religious,’’ tutur Tarmizi sambil menyampaikan salam dan do’a para warga Kampung Qur’an untuk keberkahan hidup para donatur PPPA Daqu khususnya dalam program ini.(nurbowo)
EraMuslim
Erupsi Merapi, saget sawayah-wayah
Mulo monggo sami, ngencengke ngibadah
Karanti kelawan dungo, takdir saget owah
Kidung “Tembang Saringat“ yang dibawakan Ustadz Abdul Qodir itu, mengalun syahdu dari pengeras suara di atap Saung Qur’an Glagah Harjo, Sleman, DIY. Dipadu dengan shalawat Nabi, alunan kidung mengajak warga sekitar bersegera berkumpul di Saung Qur’an untuk sholat dan gaji.
Tak lama kemudian, Glagah Harjo diselimuti khusyuknya warga berjamaah maghriban. Lalu mulai terdengar sahutan bacaan Qur’an, dan kemudian Ustadz Abdul Qodir mengajarkan tata cara ibadah.
Itulah pemandangan rutin setiap hari di Kampung Qur’an Glagah Harjo di lereng Gunung Merapi bagian selatan.
Kampung Qur’an terdiri 15 unit Rumah Qur’an berukuran 6 x 7 meter persegi yang dihuni keluarga korban erupsi Merapi. Di tengahnya, berdiri Saung Qur’an berukuran 6 x 12 meter persegi. Saung ini berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus balai pertemuan warga.
Menurut General Manager Program PPPA Daarul Qur’an, M Rano Bilal, Kampung Qur’an akan dibangun setidaknya di 20 titik di zona merah lereng Gunung Merapi.
Rano menjelaskan, Kampung Qur’an Merapi merupakan kelanjutan dari Program Tanggap Darurat dan Rehabilitasi bagi korban erupsi Gunung Merapi, Oktober-November 2010.
Di masa darurat, PPPA Daqu mendirikan Posko Bantuan Logistik dan Children Trauma Healing di tempat pengungsian korban. Daging Qurban Istimewa tahun 2010 juga paling banyak disajikan kepada pengungsi erupsi Merapi dalam kemasan siap santap.
Selanjutnya, memasuki fase rehabilitasi, PPPA Daqu bersama warga dan relawan Merapi menggelar Program Waktune Bebenah. Kegiatannya berupa gotong royong yang dilakukan serentak pada Sabtu-Ahad (17-18/1/2011) untuk membersihkan dan memperbaiki masjid, mushola, serta sekolah di empat Kabupaten yang terdampak letusan Merapi. Lokasi bangunan-bangunan itu di zona 5-10 km dari puncak Merapi.
Di masing-masing Kabupaten, PPPA Daqu menyediakan material bahan bangunan dan mengajak jamaah membenahi sekitar 15 rumah ibadah dan sekolah.
Setahun erupsi Merapi berlalu, ternyata warga lebih memilih kembali ke desa asal mereka. Ternak dan lahan pertanian subur di lereng Merapi, rupanya sudah menyatu dalam jiwa mereka. Terlebih, para pengungsi kelelahan hidup dalam ketidakpastian di barak-barak penampungan.
Padahal, menurut prakiraan Tim Ekspedisi Sabuk Merapi, ancaman erupsi Gunung Merapi pasca letusan 2010 diprediksi mengarah ke lereng selatan yang saat ini dihuni lebih dari 1000 keluarga di sembilan dusun (Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen, Singlar, Glagahmalang, Gading, Jetis Sumur, Ngancar, Besalen yang masuk Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman). Desa tersebut berada di kawasan rawan bencana (KRB) III terdampak langsung erupsi yang berjarak sekitar 4 kilometer dari arah puncak.
Menurut Kades Glagaharjo, Suroto, kini di kawasan rawan tersebut sektor pertanian dan perekonomian sudah berjalan baik. Warga pun merasa aman dengan keberadaan Bukit Kendil yang dianggap bisa menjadi tameng dusun dari erupsi Merapi.
Nah, untuk memperkuat benteng erupsi, PPPA Daqu menggelar Program Rumah Qur’an bersama relawan YKPU (Yayasan Klaten Peduli Umat). Di setiap Kampung, PPPA Daarul Qur’an menempatkan pembimbing seperti Ustadz Abdul Qodir.
Ustadz Qodir menerangkan, bagaimanapun Gunung Merapi hanyalah mahluk Allah. ‘’Allah lah yang dapat memerintahkannya, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Araf ayat 143,’’ tutur Ustadz. Ia menambahkan, Allah pula yang menghacurkan Bukit Sinai saat Nabi Musa penasaran ingin ‘’melihat’’ Allah SWT atas desakan kaumnya (QS Al-Hasyr : 21).
‘’Insya Allah, Kampung Qur’an akan menjadi benteng erupsi yang kokoh, karena Program ini dibiayai dana sedekah. Sedang sedekah jauh lebih dahsyat ketimbang kedahsyatan gunung,’’ papar Ustadz Qodir.
Sebagaimana dikisahkan dari Anas bin Malik ra, Nabi SAW menyampaikan bahwa setelah Allah menciptakan bumi, maka bumi bergoncang hebat. Kemudian Allah menciptakan gunung dan meletakkannya di atas bumi, hingga gunung-gunung kokoh membuat bumi diam.
Para malaikat yang takjub akan kedahsyatan gunung, lalu bertanya, "Wahai Rabb kami, apakah ada diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari gunung?’’
"Ada, yaitu besi," jawab Allah.
" Adakah diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari besi?’’
"Ada, yaitu api".
"Adakah diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari api?’’
"Ada, yaitu air."
"Apadah diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari air?’’
"Ada, yaitu angin".
"Adakah diantara ciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari angin?’’
"Ada, yaitu anak Adam yang bersedekah dengan tangan kanannya dan dia menyembunyikannya dari tangan kirinya" (HR At-Turmudzi, dalam Jami-nya, juz II Hal. 241-242).
Seminggu silam, Direktur Eksekutif PPPA Daqu, Tarmizi, mendapat kabar dari wakilnya yang tengah berada di salah satu Kampung Qur’an di lereng Merapi. ‘’Tadi malam, angin ribut menderu-deru selama 5 jam. Banyak atap rumah penduduk yang diterbangkannya. Alhamdulillah, atap Rumah Qur’an dan Saung Qur’an tak satupun yang goyah,’’ demikian bunyi kabar tersebut.
‘’Subhanallah walhamdulillah, seketika saya nyebut begitu. Dan ketika kemudian berkunjung ke sana, alhamdulillah Kampung Qur’an Merapi benar-benar menjadi kampung santri yang sangat religious,’’ tutur Tarmizi sambil menyampaikan salam dan do’a para warga Kampung Qur’an untuk keberkahan hidup para donatur PPPA Daqu khususnya dalam program ini.(nurbowo)
EraMuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar