Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits yang berasal dari Tsauban, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Berbagai bangsa akan mengerubuti kalian sebagaimana mereka mengerubuti hidangan makan.”
Seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada saat itu?”
“Berbagai bangsa akan mengerubuti kalian sebagaimana mereka mengerubuti hidangan makan.”
Seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada saat itu?”
Rasulullah menjawab, “Kalian pada saat itu bahkan berjumlah banyak. Akan tetapi, kalian seperti buih di lautan. Allah telah mencabut rasa takut dari dada-dada musuh kalian terhadap kalian dan Allah menimpakan ke dalam hati kalian al-Wahn.”
Seseorang bertanya, “Apa itu al-Wahn?”
Rasulullah bersabda, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud no21363 dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu).
Ada berbagai jawaban apabila ditanya sebab kelemahan masyarakat Islam sekarang. Ada yang menyebutkan karena kelemahan politik. Ada yang berpendapat karena kelemahan ekonomi, pendidikan dan pencapaian ilmu ataupun karena kelemahan dalam bidang sains dan teknologi. Ada yang memberikan alasan karena kelemahan iman dan bermacam-macam lagi.
Hadits di atas jelas menunjukkan bahwa sebab kelemahan masyarakat Islam ialah karena mereka begitu cinta dunia sehingga kencur ketaatan kepada Allah Subhana Wa Ta’ala, Rasul-Nya dan Ulil Amri untuk memperjuangkan kebenaran. Inilah sifat-sifat negatif yang menjangkiti ummat Isalam. Di dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal (8): 73 Allah berfirman:
وَالَّذينَ كَفَرُواْ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu , niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.”
Allah telah menjelaskan bahwa selama kaum Muslimin tidak melaksanakan perintah-Nya (hidup berjama’ah di bawah satu pimpinan seluruh dunia) maka selama itu pula akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar menimpa kehidupan mereka. Dan pada kenyataannya, justeru kaum Muslimin saat ini telah berpecah-pecah menjadi beberapa golongan, menyerupai perilaku ahli kitab sebelumnya.
Firma Allah dalam QS. Ali Imran (3): 105 :
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَاخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُوْلَـئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,”
Dan dalam QS Al-An’am (6): 65 :
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
“Katakanlah: ” Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa bergolong-golongan di kalangan Muslimin adalah merupakan siksa atau azab. Sebab golongan itu sendiri menyimpan potensi konflik yang bukan saja bisa menimbulkan pertentangan tapi juga peperangan dan penindasan sebagian dari sebagian yang lain. Bergolong-golongan bisa berarti melanggar perintah Allah bersatu (QS. Ali Imran (3): 103 ). Dampak dari pelanggaran tersebut mengakibatkan:
- Mereka menjadi musyrik kepada Allah Subhana Wa Ta’ala karena telah memecah belah agamanya (QS. Ar Rum (30): 31-32 ).
- Ummat menjadi lemah, hina dan hilang kekuatannya.
- Ambisi kepemimpinan dan perebutan kekuasaan di antara mereka.
- Terjadi penyimpangan pola pikir dan pola juang Muslimin dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
- Tersebarnya kemaksiatan dan runtuhnya moral.
- Dunia menjadi rebutan dan tujuan utama.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan bahwa Muslimin terpecah menjadi 73 golongan. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya perpecahan di dalam tubuh kaum Muslimin. Selain masalah kebangsaan-nasionalisme, mazhab dan lain-lain, perbedaan kecil pun pada akhirnya bisa memicu perpecahan, sehingga keberadaan ummat Islam menjadi sangat lemah.
Pada tataran global, nasionalisme telah menjadi ta’ashub (ashobiyah kebangsaan kerdil) yang memecah belah kaum Muslimin menjadi negeri-negeri kecil yang saling berebut pengaruh dan kepentingan. Dalam hal aliran, Muslimin terpecah dalam beberapa mazhab dan aliran, seperti: Qadariah, Jabariah, Mu’tazilah, Sunni, Syi’ah. Pada bidang fiqih mereka pun terjebak pada fanatisme mazhab dan taqlid buta.
Puncak dari perpecahan umat Islam tersebut terjadi ada saat runtuhnya kepemimpinan Islam Turki Utsmani pada tahun 1924 yang merupakan symbol kekuatan dan persatuan dunia Islam. Kemudian berdirinya negara Zionis Israel di bumi Islam, Palestina.
Banyak kemunduran umat Islam yang dialami pasca kepemimpinan tersebut. Pada generasi awal, kepemimpinan selalu dipandang sebagai amanah, sehingga kepemimpinan tunduk dan patuh sepenuhnya kepada syari’at Islam, namun pasca kekhilafahan Khulafaur Rasyidin al-Mahdiyin syari’at sebagai sumber inspirasi, motivasi dan tali pemersatu yang kuat mulai ditinggalkan dan diganti dengan sikap ashabiyah, yaitu bangga dengan kelompok/golongan. Daya kontrol menjadi lemah, kebersamaan menjadi goyah karena menginginkan keuntungan pribadi-pribadi atau golongannya. Akhirnya, bermunculan fitnah dalam tubuh umat Islam. Prinsip-prinsip ukhuwah sebagai tulang punggung persatuan dan kekuatan ummat, semakin jauh ditinggalkan. Padahal masing-masing di antara mereka mengaku berjuang dan berbuat untuk kepentingan Islam.
(Copas dari http://abudzakira.wordpress.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar