MARI KITA AMALKAN APA YANG ALLAH DAN RASULNYA PERINTAHKAN DAN JANGAN MENGAMALKAN APA YANG TIDAK DIPERINTAHKAN
Adalah benar ketika Allah memerintahkan sesuatu maka Rasulullah
shollallahu 'alaihi wasallam yang memberikant contohnya. Akan tetapi
janganlah kita lupakan, dalam memberikan contoh, Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam itu selalu memberikannya dengan kalimat perintah agar
semua sahabat melaksanakannya.
Contoh untuk mengamalkan
perintah Allah agar kita bersatu dalam menegakkan islam ini telah
diberikan perintahnya yaitu dengan Al-Jama'ah, mendengarkan, thaat,
hijrah dan Jihad.
Adapun melaksanakan Al-Jama'ah itu telah
dijelaskan lagi oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang juga
dengan satu kalimat perintah yang jelas yaitu: TALZAMU JAMA'ATAL
MUSLIMINA WA IMAMAHUM (Tetaplah kamu dalam Jama'ah Muslimin dan Imam
mereka).
Sesungguhnya para Nabi itu adalah Imam (pemimpin)
bagi orang-orang yang beriman. Diantara mereka ada yang diberi
kekuasaaan namun ada juga yang tidak. Ketika para Nabi itu diberi
kekuasaan oleh Allah, maka pada saat itulah mereka menjadi Khalifah
Allah (Khalifatullah) di muka bumi sepertihalnya Nabi Daud 'alaihi
sallam.
يٰدَاوُۥدُ إِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيفَةً فِى الْأَرْضِ
فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ
فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن
سَبِيلِ اللَّـهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌۢ بِمَا نَسُوا۟ يَوْمَ الْحِسَابِ
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah
akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan. ﴾Q.S. Shaad (38):26﴿.
Adapun yang tidak diberikan
kekuasaan sehingga ia hanya menjadi Imam, contohnya adalah Nabi Ibrahim
sebagaimana penjelasan Allah pada ayat berikut ini.
وَإِذِ
ابْتَلَىٰٓ إِبْرٰهِۦمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى
جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا
يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِينَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu
Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya
mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak
mengenai orang yang zalim". ﴾Q.S. Al Baqarah (2):124﴿.
Jadi,
hendaknya kita semua bisa membedakan antara Imam dan Khalifah dimana
Khalifah itu adalah juga Imam, namun ia telah diberi karunia oleh Allah
berupa kekuasaan. Dan kekuasaan itu bukanlah sesuatu yang boleh
diperebutkan, melainkan Allah sendirilah yang akan memberikannya kepada
orang-orang yang beirman sebagaimana yang telah Ia janjikan dalam surah
An-Nur ayat 55 yang sangat jelas sekali bahwa merupakan janji atau
khobar, bukan sebuah perintah.
Kaefiyat untuk menetap (Iltizam)
dalam Jama'ah Muslimin itu jelas, yaitu dengan melaksanakan bae'atul
Imaroh atau bae'at terhadap Imam yang juga di dalamnya terdapat perintah
untuk mendengarkan dan taat. Hal itu dijelaskan oleh Rasulullah
shollallahu 'alaihi wasallam dalam hadits berikut ini:
Dari
Abdullah bin Amr bin 'Ash radiyallahu anhu, Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Dan barang siapa membae'at Imam dengan
berjabat tangan dan kesungguhan hati, maka haruslah ia mentaatinya
semampunya. Maka jika datang orang lain akan merebutnya, maka pukulah
leher orang tersebut." (H.R. Muslim, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh:
II/132), Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/467, An-Nasai, Sunan An-Nasi
VII/153-154, Lafadz Muslim).
Jadi janganlah siapapun merubah
sesuatu yang sudah jelas perintahnya, karena hal itu adalah berarti ia
telah merubah syare'at dari wajb menjadi tidak wajib, dari tidak wajib
menjadi wajib. Sungguh, siapapun yang telah merubah hukum Allah dan
tidak menyadari kekeliruannya itu, maka akan menjadi berat baginya di
hadapan Allah kelak.
Semoga nasehat dan peringatan ini dimengerti oleh antum semua. Aamiin ya Rabbal alamiin.
Adalah benar ketika Allah memerintahkan sesuatu maka Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang memberikant contohnya. Akan tetapi janganlah kita lupakan, dalam memberikan contoh, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam itu selalu memberikannya dengan kalimat perintah agar semua sahabat melaksanakannya.
Contoh untuk mengamalkan perintah Allah agar kita bersatu dalam menegakkan islam ini telah diberikan perintahnya yaitu dengan Al-Jama'ah, mendengarkan, thaat, hijrah dan Jihad.
Adapun melaksanakan Al-Jama'ah itu telah dijelaskan lagi oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang juga dengan satu kalimat perintah yang jelas yaitu: TALZAMU JAMA'ATAL MUSLIMINA WA IMAMAHUM (Tetaplah kamu dalam Jama'ah Muslimin dan Imam mereka).
Sesungguhnya para Nabi itu adalah Imam (pemimpin) bagi orang-orang yang beriman. Diantara mereka ada yang diberi kekuasaaan namun ada juga yang tidak. Ketika para Nabi itu diberi kekuasaan oleh Allah, maka pada saat itulah mereka menjadi Khalifah Allah (Khalifatullah) di muka bumi sepertihalnya Nabi Daud 'alaihi sallam.
يٰدَاوُۥدُ إِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيفَةً فِى الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌۢ بِمَا نَسُوا۟ يَوْمَ الْحِسَابِ
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. ﴾Q.S. Shaad (38):26﴿.
Adapun yang tidak diberikan kekuasaan sehingga ia hanya menjadi Imam, contohnya adalah Nabi Ibrahim sebagaimana penjelasan Allah pada ayat berikut ini.
وَإِذِ ابْتَلَىٰٓ إِبْرٰهِۦمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِينَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". ﴾Q.S. Al Baqarah (2):124﴿.
Jadi, hendaknya kita semua bisa membedakan antara Imam dan Khalifah dimana Khalifah itu adalah juga Imam, namun ia telah diberi karunia oleh Allah berupa kekuasaan. Dan kekuasaan itu bukanlah sesuatu yang boleh diperebutkan, melainkan Allah sendirilah yang akan memberikannya kepada orang-orang yang beirman sebagaimana yang telah Ia janjikan dalam surah An-Nur ayat 55 yang sangat jelas sekali bahwa merupakan janji atau khobar, bukan sebuah perintah.
Kaefiyat untuk menetap (Iltizam) dalam Jama'ah Muslimin itu jelas, yaitu dengan melaksanakan bae'atul Imaroh atau bae'at terhadap Imam yang juga di dalamnya terdapat perintah untuk mendengarkan dan taat. Hal itu dijelaskan oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dalam hadits berikut ini:
Dari Abdullah bin Amr bin 'Ash radiyallahu anhu, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dan barang siapa membae'at Imam dengan berjabat tangan dan kesungguhan hati, maka haruslah ia mentaatinya semampunya. Maka jika datang orang lain akan merebutnya, maka pukulah leher orang tersebut." (H.R. Muslim, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132), Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/467, An-Nasai, Sunan An-Nasi VII/153-154, Lafadz Muslim).
Jadi janganlah siapapun merubah sesuatu yang sudah jelas perintahnya, karena hal itu adalah berarti ia telah merubah syare'at dari wajb menjadi tidak wajib, dari tidak wajib menjadi wajib. Sungguh, siapapun yang telah merubah hukum Allah dan tidak menyadari kekeliruannya itu, maka akan menjadi berat baginya di hadapan Allah kelak.
Semoga nasehat dan peringatan ini dimengerti oleh antum semua. Aamiin ya Rabbal alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar