Program utama dari GMMQ ini dibuat kelas-kelas/kelompok, ada kelas tahfidz 30 juz, 8 juz, 4 juz, dan kelas one day one ayat. Selain itu juga akan diusahakan penyediaan Alquran berstandar Madinah untuk civitas UGM. Tidak hanya program tahfidz saja yang diberikan, namun diterapkan juga kurikulum yang berkaitan. Materi yang diberikan meliputi, tahsin al-Qur’an dan seni membaca al-Qur’an dengan lagu (qori’).
Program ini gratis bagi mahasiswa UGM alias tidak dipungut biaya. Saat dilaunching, peserta mencapai ratusan yang hadir dan mengambil formulir pendaftaran. Saat ini, yang sudah mengembalikan formulir kesediaan gabung sekitar 20 orang, jumlah ini setiap hari terus mengalami penambahan. Tidak hanya mahasiswa baru saja yang banyak berminat, namun mahasiswa lama pun banyak yang antusias. Para pendaftar sangat variatif, hampir seluruh fakultas ikut mendaftar.
Program ini bisa diikuti, bukan hanya di kalangan mahasiswa saja, namun bagi kalangan dosen dan karyawan pun bisa ikut bergabung. Kampus yang notebene kampus umum pun diharapkan banyak yang hafidz al-Qur’an. Walaupun program ini baru beberapa hari dilaunching, saat ini sudah dilirik oleh organisasi LDK kampus lain. Tekadnya mencetak generasi penghafal Alquran berintelektualitas.
GMMQ ini dilaunching secara resmi oleh Direktur Kemahasiswaan UGM secara simbolik dengan menyerahkan satu buah mushaf Alquran kepada ketua Jama’ah Shalahuddin UGM “Program GMQQ ini diharapkan mampu melecut pertumbuhan penghafal Alquran di Indonesia. Kami juga berharap agar kampus-kampus lain di Indonesia termotivasi dengan membuat gerakan yang sama, yaitu gerakan menghafal Alquran,” terang Ketua Jama’ah Shalahuddin UGM Arif Nurhayanto.
Jama’ah Shalahuddin bertekad mewujudkan nuansa keislaman karena melihat Indonesia merupakan negara dengan jumlah penghafal Alquran terbanyak di dunia. Jumlah penghafal Alquran sekitar 30 ribu orang.
Di kalangan mahasiswa UGM, rupanya banyak para pegiat tahfidz al-Qur’an, namun belum ada yang mengkoordinir, sehingga perlu difasilitasi. Adanya kerinduan dari kalangan mahasiswa untuk belajar Islam secara mendalam di UGM, tidak sedikit juga yang sudah melakukan tahfidz secara individu. ”Melihat animo mahasiswa yang begitu kuatnya, LDK-JS ini berupaya memfasilitasi dengan membuat wadah untuk belajar al-Qur’an secara sistematis.”
Pemda Gulirkan One Day One Ayat
Patut disyukuri, kini beberapa pemerintah daerah di Indonesia berlomba-lomba menggukirkan program “One Day One Ayat”. Di Depok misalnya, mulai menerapkan program itu di sekolah-sekolah. Program one day one ayat itu diyakini akan sukses jika seluruh sekolah, orang tua dan elemen masyarakat sama-sama menggiring anak-anaknya di rumah dengan “Magrib Mengaji” sesuai program Pemprov.
Seperti diberitakan Monitor Depok, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan TK-SD di Kecamatan Pancoran Mas, Depok, beberapa waktu lalu menggulirkan program one day one ayat. Program one day one ayat ini mengharuskan siswa membaca Alquran sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Siswa diwajibkan membawa Alquran yang sudah dilengkapi dengan terjemahannya. Kegiatan pembacaan Alquran hanya berlangsung selama 5-10 menit.
Kepala UPT Pendidikan TK-SD Kecamatan Pancoran Mas Eneng Sugiarti mengatakan, One day one ayat dengan menggunakan Alquran, ditujukan bagi siswa kelas IV, V, dan VI. Sedangkan untuk siswa kelas I, II, III, diperbolehkan menggunakan Juzamma atau Iqra.
Penerapan one day one ayat ini, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pendidikan. Setiap harinya, guru akan mengecek kemampuan siswa menghapal ayat-ayat tersebut. Kini, program one day one ayat itu akan terus disosialisasikan oleh UPT Pendidikan TK-SD Kecamatan Pancoran Mas ke sejumlah sekolah yang berada di lingkup wilayah Pancoran Mas. Diharapkan program seperti ini juga bisa diterapkan untuk jenjang sekolah tingkat SMP, SMA-SMK. (Desastian/rol/dbs)
http://www.voa-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar