Mudah-mudahan ini bukan moment terakhir saya mendengar lantunan suara merdu Syeikh Ahmed Zakariya (Qori terbaik Gaza saat ini) ketika ia melantunmerdukan tilawah Qur'an di acara perpisahan ba'da Maghrib. Suaranya kembali menggetarkan dinding kalbu para perindu Gaza dan Al-Aqsha. Menjelma menjadi irama syahdu saat-saat akhir kebersamaan.
Meski saya tak pernah bercakap kata selain salam dengannya, tapi tebalnya kekerabatan itu begitu tercipta dan terasa mengikat. Keberadaan mereka berdua selama 3 minggu di antara kami menjadikan mereka satu urat syaraf di tubuh Jama'ah Muslimin (Hizbullah).
Al-Qur'an Surat Al-Fath menjadi lantunan penutup yang ia baca. Seakan menjadi lagu perang yang mengobarkan semangat kemenangan. Dan inilah ungkapan rasa kerinduan seorang Gaza, seorang Palestina akan kemenangan. Dan mewakili kerinduan Muslimin Dunia akan kemenangan terhadap orang-orang kafir.
Irama Syahdu itu kian membuncah di dada ketika Jama'ah Muslimin (Hizbullah) melakukan jabatan perpisahan. Tampak terenyuh ketika kulihat Ust. Edi (relawan yang pernah lama di Gaza) menangis deras saat berpelukan dengan Abu Anas (Syaikh Dr. Sameeh Kamil). Sentuhan tanganku dan sentuhan kulitku dengan orang-orang terdepan yang menjaga Al-Aqsha tidak akan pernah kulupakan. Kelak, semoga Allah memberiku izin untuk menyentuh Al-Aqsha dan tanahnya yang diberkati. (Abu Dzakir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar