Selasa, 29 Januari 2013

DIALOG PANAS: JAMA'AH MANA YANG MASUK SURGA (Eps. 2)

ilustrasi pintu surga

Lanjutan Dialog DIALOG PANAS: JAMA'AH MANA YANG MASUK SURGA (Eps.1) 
  • Ki Aramel's syurga hak perogatif ALLAH,,

  • Galih Wingga Nugraha Ki ara@ memang,tapi secara syariat kan allah ngasih tau jalannya...mslah msuk dan tdk'y k dlm syurga kita hanya pasrah atas qudratnya..
  • Ki Aramel's 'mslah msuk tdknya itukan hak ALLAH',,betul.mkanya ini yg dsbut hak perogatif,ALLAH tdk bsa didikte oleh apapun,,untk ngasih surganya,wlw dg amal ibadah qt
  • Ayi Hidayat Baharuddin Apa yang dikatakan oleh Ki Aramel's itu benar, surga itu memang adalah hak prerogatif Allah.

    Akan tetapi, seperti yang disampaikan oleh akhuna Galih Wingga Nugraha, sebagai rahmat dan kasih sayang Allah kepada manusia, maka Allah telah memberikan kepada manusia petunjuk jalan menuju surga yang hanya satu saja, yaitu Al-Islam yang sering kita sebut shirothol mustaqiim.

    Dan sebagai muslimin, kita telah diperintahkan oleh Allah untuk bersatu di dalam menegakan Islam, dan diharamkan atas kita berpecah belah, sebab perpecahan itu akan menyebabkan kita terlepas dari Al-Islam atau dari shirothol mustaqim yang merupakan satu-satunya jalan menuju surga, sehingga kembali ke dalam kekafiran setelah beriman dengan sebab perpecahan yang telah dilakukan oleh kita selama ini.

    Yang menjadi persoalan kita saat ini, di manakah kita harus bersatu dalam menegakkan Islam seperti yang diperintahkan oleh Allah tersebut?

  • Ayi Hidayat Baharuddin Untuk memahami apa yang saya sampaikan di atas, silahkan disimak surah Al-An'am ayat 153 berikut tafsirnya.
  • Willy Versace bs bersatu pada imampun adalah krn Rahmat Allah, tanpa adanya Rahmat Allah mustahil bersatu pada imam,.bukankah dlm Pembukaan UUD 45 jg dah diakui bhwa bangsa indonesia bs bersatu pada satu kepemimpinan dan merdeka dari penjajahan kafir adalah berkat Rahmat Allah

  • Ayi Hidayat Baharuddin Semua anugerah dan nikmat yang telah kita terima itu memang tidak lepas dari rahmat Allah. Berkaitan dengan jalan menuju surga, ia hanya satu saja, yaitu Al-Islam itu sendiri dan ia seringkali disebut shirothol mustaqim.

    Agar mudah dipahami, karena kita berbicara jalan maka satu-satunya kendaraan yang dapat membawa kita ke surga adalah Al-Jama'ah. Di dalam Al-Jama'ah itulah terdapat rahmat Allah yang akan memasukan kita ke surga.

    Jadi, kita masuk ke surga itu memang karena rahmat Allah. Akan tetapi, satu pekerjaan yang akan mendatangkan rahmat Allah sehingga dengan itu kita mendapat rahmat Allah, adalah dengan menetapi Al-Jama'ah, sebagai satu-satunya kendaraan yang akan mengantarkan kita ke dalam surga.

    Adapun jika kita berpecah belah dalam menegakkan Islam ini, maka kita akan terlepas dari dari Al-Jama'ah, yang artinya terlepas juga dari Al-Islam. Jika sudah terlepas dari Al-Islam, maka masih mungkinkah kita masuk surga?
  • Danz Putra himbauan: untuk balik kepada pertanyaan sohibul status
    apakah Masuk surga itu karena rahmat Allah atau karena amal perbuatan kita??

    plus tambahan pertanyaan dari sohibul status
    Muncul pertanyaan lagi, ada berapa pintu surga? Dan siapa saja yg bisa masuk ke pintu itu?

    yg mau bertanya tentang Jama'ah Muslimin silahkan buat thrit baru atau langsung meluncur ke groupnya di sini
    http://www.facebook.com/groups/198253278604/?ref=ts&fref=ts

    diasuh langsung oleh pak Ayi Hidayat Baharuddin

    yg pengen tahu JIB ini grup apa silahkan baca kembali info grup
    JIB bukan aliran atau kumpulan dari 1 mazhab manhaj atau pengajian
    seperti yg anda duga dan kira
    bukan pula kumpulan dari orang2 yg berada dalam HT JM atau apapun namanya
    JIB hanyalah sebuah forum FB yg memiliki cita2 seperti yg dituliskan di info grup ini

    yg punya gangguan di tenggorokan silahkan hubungi dokter THT
    monggo dilanjut yg mau memberi masukan

  • Ayi Hidayat Baharuddin Akhi Danz Putra, apakah yang saya sampaikan itu telah keluar dari konteks status?

    TS sendiri telah menjelaskan apa yang menjadi sebab pertanyaannya, yaitu ayat berikut ini:

    الَّذِينَ تَتَوَفَّىٰهُمُ الْمَلٰٓئِكَةُ طَيِّبِينَ ۙ يَقُولُونَ سَلٰمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا۟ الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

    (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". ﴾Q.S. An Nahl (16):32﴿.

    Dan yang saya sampaikan itu adalah untuk menjelaskan pekerjaan yang menjadi sebab datangnya rahmat Allah sehingga dengan itu kita masuk surga.

    Silahkan jika memang ada yang punya ilmu lain selain dari apa yang telah saya sampaikan di atas. Dengan senang hati saya akan menyimaknya.
  • Arsitek Gila karna amal perbuatan yang dirahmati allah SWT,,,
  • Papa Lani Lantas??? Menetapi jamaah maksudnya gimana? Jamaah apa? Siapa imam jamaah nya?
  • Ayi Hidayat Baharuddin Papa Lani, pertanyaan anda sudah keluar dari dari topik, namun jika diijinkan oleh TS, saya akan menjawabnya di sini. Atau jika anda mau, silahkan buat thread baru tentang hal tersebut.
  • Andi Tarung Drajat Untuk pertanyaan yg ini,apakah Masuk surga itu karena rahmat Allah atau karena amal perbuatan kita? Saya sudah merasa cukup.

    Muncul pertanyaan lagi, ada berapa pintu surga? Dan siapa saja yg bisa masuk ke pintu itu?

    Minta pencerahannya ustad2.
  • Davian Harunizer Ibnu Abbas ra. berkata: Surga mempunyai 8 pintu yang terbuat dari emas, yang dihiasi dengan jauhar (sejenis mutiara) dan pada pintu yang pertama tertulis kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR RASUULULLAH, yaitu pintu bagi para Nabi dan Rasul, syuhada’ dan juga pintunya orang-orang yang dermawan.
    Pintu yang kedua yaitu pintu bagi orang-orang yang mendirikan shalat, orang yang menyempurnakan wudhunya dan orang yang menyempurnakan rukun-rukun shalatnya.
    Pintu yang ketiga yaitu pintu bagi orang-orang yang memberikan zakatnya dengan senang hati dan ikhlas.
    Pintu yang keempat yaitu pintu bagi orang-orang yang memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah terhadap perbuatan munkar.
    Pintu yang kelima yaitu pintu bagi orang-orang yang dapat memelihara syahwatnya dan mencegah dari nafsu yang buruk.
    Pintu yang keenam yaitu pintu bagi orang-orang yang melaksanakan haji dan umrah.
    Pintu yang ketujuh yaitu pintu bagi orang-orang yang berjihad (dijalan Allah).
    Dan pintu yang kedelapan yaitu pintu bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang yang memejamkan matanya dari perbuatan dan sesuatu yang haram, orang-orang yang melakukan kebaikan, diantaranya: berbuat baik kepada orang tua, mempererat tali persaudaraan (silaturrahim) dan lain sebagainya.

    banyak jalan menuju surga.
    ^^
    Wallahu A'lam.

  • Papa Lani lantas pintu surga apakah namanya buat penghuni surga yang telah disucikan dosa nya dari Neraka? Yaitu orang orang disiksa dineraka lebih dahulu kemudian dengan izin Allah mengingat pahala yang pernah dilakukannya sebesar jarrah atau atom Allah memasukkan nya ke surga.
  • Davian Harunizer itu Kuasa Allah untuk memasukkan dia kedalam surga yg mana.
  • Papa Lani maksud nya? kategori orang yang seperti ini harus nya ditempatkan dimana yah?
  • Davian Harunizer sebelumnya maaf bukan maksud melecehkan, dulu teman-teman saya suka berguyon bahwa masuk surga "Kampungnya" saja sudah beruntung.
    Terlepas dari azab neraka saja itu sudah sebuah anugerah dari Allah.
    ^^
  • Papa Lani masalah nya bagi orang orang yang telah suci dari dosa setelah penyiksaan di neraka, lalu kemanakah mereka ditempatkan? Mengingat ke 8 pintu surga tersebut sudah ditempati manusia sesuai amalan nya masing masing.
  • Davian Harunizer itu Urusan Allah. anda dan saya saja belum tahu ada pintu mana nanti. apakah Pintu surga atau pintu jahanam?!
    ^^
  • Papa Lani kenapa ditempatkan lagi ke pintu jahannam (neraka) padahal dia sudah suci dari dosa setelah penyiksaan neraka?
  • Davian Harunizer memangnya saya berkata demikian?
  • Papa Lani Davian Harunizer itu Urusan Allah. anda dan saya saja belum tahu ada pintu mana nanti. apakah Pintu surga atau pintu jahanam?!
    ^^
    atau pintu jahanam?!<---pengertian Jahannam itu untuk surga atau neraka??
  • Davian Harunizer anda salah mempersepsikan apa yg saya maksud.
    pernyataan saya diatas ketika sesudah menghadapi Yaumul Hisab. apakah keputusannya kita akan berada di pintu surga atau di pintu neraka?
    sampai sini jelas?
    ^^
  • Davian Harunizer atau pintu jahanam?!<---pengertian Jahannam itu untuk surga atau neraka??
    ------------------
    sampai saat ini saya belum pernah mendengar adanya Surga Jahanam.
    Surga ada 8 (delapan)macam:

    Darul Jalal yaitu surga yang terbuat dari mutiara putih.
    Darus Salam yaitu surga yang terbuat dari yaqut merah.
    Jannatul Ma’wa yaitu surga yang terbuat dari zabarjud hijau.
    Jannatul Khuldi yaitu surga yang terbuat dari marjan yang berwarna merah dan kuning.
    Jannatun Na’im yaitu surga yang terbuat dari perak putih.
    Jannatul Firdaus yaitu surga yang terbuat dari emas merah.
    Jannatul ‘Adn yaitu surga yang terbuat dari intan putih.
    Darul Qarar yaitu surga yang terbuat dari emas merah.
  • Papa Lani oh begitu... saya pikir anda menanggapi pertanyaan saya


  • Danz Putra Ayi Hidayat Baharuddin afwan pak jika kita melihat kembali konteks pertanyaan sohibul status maka disini tidak sedang membicarakan al jamaah
    tp pertanyaannya adalah apakah karna [rahmat ALLAH] atau karna [amal perbuatan] seseorang itu masuk surga

    jika jawaban pak ayi adalah al jamaah
    bisa dikatakan berarti tidak ke22 nya
    tetapi al jamaah lah yg masuk ke dalam surga

    sebenarnya saya mencoba untuk mengembalikan topiknya ke awal mula saja
    dan hanya itu sih sebenarnya pak
    karna di thrit ini bukan membicarakan masalah jamaah
    tetapi sepertinya fokus kepada individualitas seorang manusia
    walaupun hal yg dibincangkan jg berkaitan dengan jamaah
    tetapi mengembalikan ke topik pembicaraan saya fikir lebih baik dari pada kita melebarkan nya ke arah yg lain

    Papa Lani saya fikir sebaiknya bertanya dengan pertanyaan yg efektif agar pembicaraannya membawa manfaat

    bukan dengan pertanyaan yg sebenanya siapa pun sudah tahu jawabannya dan anda pun sudah tau pula akan jawaban atas pertanyaan anda

    di sini kita bukan rebut2an siapa yg paling bener dan paling pintar bukan???

    seperti pertanyaan ini
    pengertian Jahannam itu untuk surga atau neraka??

    afwan agar pembicaraan kita disini bisa lebih menarik dan bisa mempererat ukhuwah di antara kita
  • Papa Lani begini Danz Putra tolong baca dulu komen saya, saya hanya bertanya ke pintu surga manakah orang orang yang telah disiksa dulu dineraka untuk mensucikan dosa nya ditempatkan Allah SWT.

    Lalu Davian Harunizer menjawab :

    Davian Harunizer itu Urusan Allah. anda dan saya saja belum tahu ada pintu mana nanti. apakah Pintu surga atau pintu jahanam?!

    Saya pikir dia menjawab langsung pertanyaan saya dengan mengatakan begitu.

    Tetapi belakangan dia menjawab :

    Davian Harunizer anda salah mempersepsikan apa yg saya maksud.
    pernyataan saya diatas ketika sesudah menghadapi Yaumul Hisab. apakah keputusannya kita akan berada di pintu surga atau di pintu neraka?
    sampai sini jelas?

    berarti dia menjelaskan tentang Yaumil Hisab.

    Disinilah saya salah tanggap mengenai komentar dia yang pertama. Dan saya mengerti setelah dia memberikan komen yang kedua. Bukan ada maksud apa apa untuk memojokkan seseorang

  • Papa Lani kalau menurut saya ada pintu lain yaitu Pintu Surga Syafaat. Yang mana pintu ini diberikan kepada orang orang yang diberikan syafaat. Memang saya tidak bisa menunjukkan bukti dan dalil dari Alqur'an dan Hadits mengenai nama pintu surga ini. Tapi mengenai adanya Syafaat di akhirat kelak banyak dalil yang bisa didapatkan dari Alqur'an dan Hadits.

    Wallahu 'alam bisshawab
  • Davian Harunizer apa alasan anda kalau syafaat merupakan salah satu bagian dari pintu surga ?
    jujur saja, saya tertarik menyimaknya.
    ^^

  • Andi Tarung Drajat Syafaat termasuk rahmat Allah atau bukan??
  • Ayi Hidayat Baharuddin Akhi Danz Putra, bukan saya hendak bersikeras tentang persoalan Al-Jama'ah di sini, akan tetapi yang menjadi masalah itu adalah karena semula telah terjadi kebingungan diantara member JIB yang berdiskusi pada thread ini, sebab mereka merasa ada pertentangan antara pernyataan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasalam dengan firman Allah.

    Jika di dalam hadits dijelaskan oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam kita tidak masuk surga karena amal shaleh yang telah kita lakukan kecuali atas rahmat Allah, sementara di dalam Al-Quran Allah menjelaskan pernyataan malaikat bahwa kita masuk surga dengan sebab apa yang kita kerjakan.

    Menanggapi hal itu maka saya telah menyampaikan penjelasan, adalah tidak mungkin perkataan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasalam yang dibimbing oleh wahyu itu bertentangan dengan firman Allah. Yang paling mungkin, adalah kita yang tidak dapat memahami firman Allah dan penjelasan RasulNya dengan baik dan benar.

    Untuk menjelaskan tentang hal itu, maka saya menyampaikan uraian yang menunjukan korelasi antara penjelasan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dengan firman Allah tersebut dan hal itu ternyata berkaitan dengan satu PEKERJAAN yang mendatangkan RAHMAT Allah sehingga kita masuk surga, yaitu melaksanakan perintah Allah dan RasulNya untuk bersatu dalam menegakan Islam dengan menetapi Al-Jama'ah. Bersatunya umat Islam ini, lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum.
  • Papa Lani kan sudah saya katakan mengenai nama pintu ini saya tidak bisa menemukan dalil nya, adanya pintu pintu yang hanya diisi oleh orang orang yang ditentukan sesuai amalan nya, maka tiada lah mungkin pintu pintu tersebut dimasuki oleh orang orang yang disiksa didalam neraka karena dia tidak termasuk kedalam golongan2 ahli surga tersebut. Lantas kemanakah mereka ini ditempatkan, mungkinkah ada tempat lain, dan apa nama pintu nya?

    mengenai syafaat itu memang ada, lantas setelah mendapat syafaat kemana kah mereka ditempatkan? maka saya pikir mungkin ada surga lain diperuntukkan untuk orang orang yang telah lepas dari neraka dikarenakan syafaat tadi
  • Davian Harunizer saya mengerti maksud anda.
  • Papa Lani Sanji Smoker Syafaat termasuk rahmat Allah atau bukan??

    semua itu adalah Rahmat Allah.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Akhi Davian Harunizer, apa alasan antum sehingga mengatakan jalan ke surga itu banyak?

    Apakah antum belum membaca firman Allah berikut ini?

    Al-An`aam:153

    وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًۭا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

    dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) [521], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

    Silahkan antum lihat, ada berapa shirothol mustaqim itu dan tahukah antum, apakah shirothol mustaqim itu?
  • Davian Harunizer silahkan Kang Ayi Hidayat Baharuddin berikan tafsiran mengenai ayat diatas. kalau hanya terjemahannya saja, siapapun bisa.
    ^^
  • Papa Lani Ayi Hidayat Baharuddin jalan kesurga itu banyak, bukan satu. Kenapa demikian? Tolong baca Hadits ini :

    Ibnu Abbas ra. berkata: Surga mempunyai 8 pintu yang terbuat dari emas, yang dihiasi dengan jauhar (sejenis mutiara) dan pada pintu yang pertama tertulis kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR RASUULULLAH, yaitu pintu bagi para Nabi dan Rasul, syuhada’ dan juga pintunya orang-orang yang dermawan.
    Pintu yang kedua yaitu pintu bagi orang-orang yang mendirikan shalat, orang yang menyempurnakan wudhunya dan orang yang menyempurnakan rukun-rukun shalatnya.
    Pintu yang ketiga yaitu pintu bagi orang-orang yang memberikan zakatnya dengan senang hati dan ikhlas.
    Pintu yang keempat yaitu pintu bagi orang-orang yang memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah terhadap perbuatan munkar.
    Pintu yang kelima yaitu pintu bagi orang-orang yang dapat memelihara syahwatnya dan mencegah dari nafsu yang buruk.
    Pintu yang keenam yaitu pintu bagi orang-orang yang melaksanakan haji dan umrah.
    Pintu yang ketujuh yaitu pintu bagi orang-orang yang berjihad (dijalan Allah).
    Dan pintu yang kedelapan yaitu pintu bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang yang memejamkan matanya dari perbuatan dan sesuatu yang haram, orang-orang yang melakukan kebaikan, diantaranya: berbuat baik kepada orang tua, mempererat tali persaudaraan (silaturrahim) dan lain sebagainya.

    Dari Hadits diatas jelas sudah siapa siapa yang masuk ke pintu pintu tersebut sesuai dengan amalan yang dikerjakan nya. Kalau lah pintu surga itu cuma satu, maka pintu pintu tersebut tidak akan disebutkan 8 sesuai dengan amalan amalan manusia tersebut.
  • Ayi Hidayat Baharuddin Papa Lani, ini ayat yang berbicara tentang syafa'at:

    Maryam:85

    يَوْمَ نَحْشُرُ ٱلْمُتَّقِينَ إِلَى ٱلرَّحْمَٰنِ وَفْدًۭا

    (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat,

    Maryam:86

    وَنَسُوقُ ٱلْمُجْرِمِينَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرْدًۭا

    dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.

    Maryam:87

    لَّا يَمْلِكُونَ ٱلشَّفَٰعَةَ إِلَّا مَنِ ٱتَّخَذَ عِندَ ٱلرَّحْمَٰنِ عَهْدًۭا

    Mereka tidak berhak mendapat syafa`at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah [910].
  • Papa Lani Ayi Hidayat Baharuddin Akhi Davian Harunizer, apa alasan antum sehingga mengatakan jalan ke surga itu banyak?

    Apakah antum belum membaca firman Allah berikut ini?

    Al-An`aam:153

    وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًۭا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

    dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) [521], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

    Silahkan antum lihat, ada berapa shirothol mustaqim itu dan tahukah antum, apakah shirothol mustaqim itu?
    4 menit yang lalu · Suka

    ayat tersebut benar, karena orang orang yang masuk surga adalah orang orang dijalan yang lurus.
  • Papa Lani Mereka tidak berhak mendapat syafa`at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah [910].

    Anda tau isi perjanjian yang dimaksud kan itu apa???
  • Ayi Hidayat Baharuddin Papa Lani, Coba anda teliti dan pahami dengan baik, apakah sama antara jalan menuju surga dengan pintu surga?
  • Davian Harunizer saya masih menunggu tafsirannya Kang Ayi.
    ^^
  • Ayi Hidayat Baharuddin Perjanjian yang dimaksudkan itu adalah bae'atul Imarah. Hal ini tertulis dalam ayat berikut ini:

    Al-Fath:10

    إِنَّ ٱلَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ ٱللَّهَ يَدُ ٱللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا يَنكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَٰهَدَ عَلَيْهُ ٱللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًۭا

    Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah [1397]. Tangan Allah di atas tangan mereka [1398], maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.
    (BERSAM,BUNG...)

13 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. “Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam tidak menjelaskan firqah (golongan) yang berjaya kecuali menunjukkan sifat mereka. Tidak dikatakan misalnya: “Aku dan sahabat ku”. Tetapi disebut sifatnya (manhajnya), iaitu: “Apa yang ada pada aku (seperti manhaj aku) dan para sahabatku”. Tidak diragukan lagi bahawa para sahabat termasuk apa yang disifatkan oleh baginda (tentang kesempurnaan manhajnya. Pent)”. [15]
    Beliau meneruskan lagi:
    “Ini bermakna kemenangan tidak dikhususkan kepada sesiapa yang telah berlalu sebaliknya meliputi setiap yang mendatangkan (mengikut/mencontohi) sifat-sifat golongan yang berjaya sehinggalah ke Hari Kiamat”.[16]
    Contoh Jamaah yang berjaya tentulah Jamaah Nabi dan para sahabat baginda sebagaimana disebut:
    اَلْجَمَاعَةُ : هِيَ الَّتِيْ عَلَى مِثْلِ مَا اَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَاَصْحَابِيْ
    “Al-Jamaah: Ia adalah yang berada di atas contoh (seperti) apa-apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya pada hari ini”.[17]
    Berkata Abu Syamah rahimahullah:
    “Setelah datang perintah agar sentiasa dalam jamaah maka yang dimaksudkan dengan jamaah ialah sentiasa komitmen (iltizam) mengikut kebenaran dan berjamaah, sekalipun yang berpegang dengan kebenaran itu sedikit dan yang menentangnya ramai. Kerana kebenaran yang sebagaimana pada jamaah pertama dari golongan para nabi dan para sahabat tidak pernah terkesan walaupun melihat kepada banyaknya ahli batil semasa atau selepas mereka”.[18]
    Kenyataan Abu Syamah amat bersesuaian dengan apa yang dijelaskan oleh Ibn Mas’ud radiallahu ‘anhu:
    اِنَّ جُمْهُوْر النَّاسِ فَارِقُوْا الْجَمَاعَة ،وَانَّ اَلْجَمَاعَة مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَاِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ.
    “Sesungguhnya kebanyakan manusia akan meninggalkan Jamaah, sesungguhnya Al-Jamaah ialah apabila mengikuti kebenaran sekalipun engkau hanya seorang diri (keseorangan).”[19]
    Berkata Abu Syamah rahimahullah:
    “Apabila telah datang perintah agar komitmen kepada al-Jamaah, yang dimaksudkan dengannya ialah beriltizam pada al-Hak (kebenaran) dan mengikutinya, walaupun yang berpegang kepada kebenaran amat sedikit, yang meninggalkannya amat banyak. Kerana kebenaran yang berada bersama pada Jamaah yang pertama bersama Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam serta para sahabat radiallahu ‘anhum tidak pernah melihat kepada ramainya ahli batil sesudah mereka”.[20]
    Berkata juga Naim bin Hammad:
    اَي اِذَا فَسَدَتِ الْجَمَاعَة ، فَعَلَيْكَ بِمَا كَانَتْ عَلَيْهِ الْجَمَاعَة قَبْلَ اَنْ تَفْسَدَ ، وَاِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ ، فَاِنَّكَ اَنْتَ الْجَمَاعَةَ حِيْنَئِذٍ.
    “Iaitu apabila telah rosak sekalian jamaah maka bagimu mengikut sebagaimana jamaah yang belum rosak sekalipun engkau seorang diri kerana bahawasanya engkau dikala itu dalam jamaah”.[21]
    Oleh yang demikian Ibnu Qaiyim berkata:
    “Keseluruhan manusia dizaman Imam Ahmad bin Hambal telah tergelincir hatinya (شذ) kecuali sedikit yang masih di atas kebenaran maka yang sedikit itulah yang dalam Jamaah. Yang diketika itu para kadi (gabenor/pembesar), para mufti dan Khalifah mereka semua telah tergelincir (akidah mereka) hanya Imam Ahmad seorang sahaja dalam Jamaah”.[22]

    BalasHapus
  3. Imam Ahmad, pada zamannya dianggap dalam Jamaah walaupun keseorangan dalam menegakkan kebenaran, yang mana beliau mempertahankan kebenaran bahawa “Al-Quran itu adalah Kalamullah bukan makhluk”. Beliau ditentang oleh seluruh kadi, mufti dan Khalifah yang sudah rosak pemahamannya kerana meyakini bahawa al-Quran itu makhluk. Menurut pengertian dan hakikat Jamaah maka Imam Ahmad tetap dalam Jamaah kerana beliau berada di dalam kebenaran dan mempertahankannya. Dengan ini jelaslah bahawa kebenaran itu adalah al-Quran dan as-Sunnah. Al-Jamaah adalah sesiapa yang kembali kepada kebenaran (al-Quran dan as-Sunnah) mengikut manhaj para sahabat kerana para sahabat sentiasa memelihara dan mengikut kebenaran yang diturunkan kepada Rasullullah yang berupa al-Quran dan as-Sunnah. Allah berfirman:
    اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ.
    “Kebenaran itu dari Tuhanmu sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”.[23]
    Dari ayat inilah Ibn Qaiyim rahimahullah berpendirian bahawa Imam Ahmad rahimahullah adalah contoh ketabahan ulama yang mempertahankan Jamaah walaupun kebanyakan dari mereka telah menyeleweng. Ini ditegaskan oleh beliau dalam ucapannya:
    “Telah menyimpang manusia semuanya pada zaman Imam Ahmad bin Hambal kecuali beberapa orang sahaja yang masih dalam Jamaah. Dimana para kadi dimasa itu dan para mufti serta khalifah dan pengikut mereka semuanya telah menyimpang namun Imam Ahmad bersedirian dalam Jamaah”.[24]
    Antara penafsiran yang paling tepat (rajih) tentang “Jamaah” ialah:
    “Mereka yang tergolong dari kalangan sahabat kerana sentiasa di atas kebenaran, ahlinya dan golongan yang teramai (السواد الاعظم) mengikut fahaman salaf yang paling hak”.[25]
    Dengan ini sesiapa yang mengikut manhaj para sahabat dengan baik maka ia digolongkan sebagai al-Jamaah. Ada pun antara nama-nama jamaah yang diberikan namanya oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam ialah:
    1- Ahli al-Hadis atau Ahli al-Athar.[26]
    Digelar Ahli Hadis kerana beramal dan menyibukkan diri mereka dengan hadis Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam. Dan digelar Ahli Athar kerana mereka para sahabat Nabi yang paling memahami hadis, mengamalkan, paling mengetahui untuk membezakan antara yang hak dengan yang batil dan sentiasa berhujjah dengan hadis.
    Berkata Ibn Qaiyim rahimahullah:
    “Ahli Hadis adalah golongan yang paling benar sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Mubarak: Aku dapati agama berada pada ahli hadis, percekcokan pada golongan Muktazilah, pembohongan pada ar-Rafidhah dan banyak berhelah pada Ahli ar-Rakii”.[27]
    Berkata Abdul Qadir Jailani rahimahullah:
    “Sesungguhnya Ahli Sunnah, mereka tidak mempunyai nama kecuali nama yang satu iaitu Ashabul Hadis”.[28]
    2. Firqah an-Najiyah, Firqah al-Mansurah atau At-Taifah an-Najiyah, at-Taifah al-Mansurah. Berkata Ibn Taimiyah:
    “Apa yang dikatakan Firqah an-Najiyah ialah pengikut para sahabat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam. Ia adalah syiar (Ahli sunnah). Dinamakan Firqah an-Najiyah kerana mereka itu terdiri dari Ahli Sunnah”.[29]
    3. Ahli Ittiba’. Dinamakan Ahli Ittiba’ kerana berittiba’ (mentaati) al-Quran, as-Sunnah serta athar para sahabat.
    3. Al Guraba’ (الغرباء) bermaksud: “Golongan yang aneh, asing, luar biasa, dagang atau sedikit”:
    بَدَاَ اْلاِسْلاَمُ غَرِيْبًا سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأ فَطُوْبَى للغُرِبَاءِ.
    “Islam itu bermula dengan aneh maka akan kembali menjadi aneh maka berbahagialah orang yang aneh”.[30]
    عَنْ سُفْيَانِ الثَّوْرِيِّ اَنَّهُ قَالَ: اِسْتَوْصُوْا بِاَهْلِ السُّنَّةِ خَيْرًا فَاِنَّهُمْ غُرَبَاءُ
    “Sufyan ath-Thauri berkata: Berwasiatlah kepada Ahli Sunnah dengan kebaikan kerana mereka ghuraba”.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Paling tepat dinamakan al-Jamaah ialah: “Mereka yang termasuk dalam nama-nama yang berkaitan dengan Jamaah Islamiyah yang mengikuti manhaj para sahabat, tabi’in, tabi’ut at-tabi’in dengan baik, terutama para ulama mujtahid yang berpegang kepada al-Kitab dan as-Sunnah”.[31] Gelaran Ahli Sunnah wal-Jamaah muncul diakhir zaman sahabat.
    Imam Malik rahimahullah ketika ditanyakan kepada beliau siapa Ahli Sunnah, beliau menjawab:
    اَهْلُ السُّنَّةِ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ لَقْبٌ يُعْرَفُوْنَ بِهِ ، لاَ جَهْمِيُّ وَلاَ قَدَرِيٌّ وَلاَرَافِضِيٌّ.
    “Ahlu Sunnah adalah mereka yang tidak memiliki gelaran tertentu yang mereka dikenali dengan gelaran tersebut. Mereka bukan Jahmiyah, bukan Qadariyah dan bukan Rafidhah”.[32]
    Selain yang bermanhaj Salaf, mereka adalah Ahli Bid’ah. Keterangan ini diambil dari athar Ibn Abbas apabila menafsirkan Firman Allah:[33]
    يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ.
    “Pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram”.[34]
    Menurut Ibn Abbas radiallahu ‘anhu:
    “Orang yang putih berseri mukanya ialah Ahli Sunnah wal-Jamaah dan Ulul al-Ilm dan yang hitam muram mukanya ialah ahli bid’ah atau orang yang sesat”.[35]
    Dan sesiapa yang meninggalkan manhaj Salaf as-Soleh adalah firqah yang terkeluar dari Ahli Sunnah wal-Jamaah kerana Rasulullah bersabda:
    لَتَفْتَرِقَنَّ اُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِى الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِى النَّارِ . قِيْلَ : مَنْ هُمْ ؟ قَالَ : اَلْجَمَاعَة.
    “Akan berpecah umatku kepada 73 firqah, hanya satu ke syurga dan 72 ke neraka. Baginda ditanya: Siapa mereka? Baginda bersabda: Al-Jamaah”.[36]
    Dalil yang menjelaskan hanya yang berpegang kepada al-Quran, as-Sunnah, athar dan bermanhaj Salaf as-Soleh berhak dinamakan Ahli Sunnah wal-Jamaah yang berdasarkan hadis:
    مَا اَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَاَصْحَابِيْ.
    “(Al-Jamaah) ialah sesiapa yang seperti aku hari ini dan para sahabatku”.[37]
    Diperintahkan agar bermanhaj akidah dan amal seperti manhajnya para sahabat, tabi’in dan tabi’ut at-tabi’in kerana mereka para salaf yang wajib diikuti manhajnya. Firman Allah:
    وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ
    “Hendaklah kamu bersama orang-orang siddiqin”.[38]
    Yang dimaksudkan syuhada, solehin dan siddiqin adalah para sahabat kerana mereka adalah golongan Salaf sebenar. Dan bermanhaj Salaf adalah suruhan al-Quran. Firman Allah:
    وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ
    “Ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepadaKu”.[39]
    Mereka yang kembali ke jalan Allah tentulah Rasulullah dan para sahabat kerana mereka mematuhi firman Allah:
    اِتَّبِعُوْا مَا اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُوْا مِنْ دُوْنِهِ اَوْلِيَاءَ قَلِيْلاً مَا تَذَكَّرُوْنَ.
    “Ikutlah oleh kamu apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikit dari kamu mengambil pelajaran”.[40]
    “Mengikut apa yang telah diturunkan” ialah kembali kepada wahyu. Wahyu ialah Al-Quran dan sunnah Rasulullah berdasarkan firman Allah:
    وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى اِنْ هُوَ اِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى
    “Tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu wahyu yang diwahyukan”.[41]
    “Adapun syiar Ahli Sunnah wal-Jamaah itu ialah mengikuti (manhaj) Salaf as-Soleh dan meninggalkan segala bentuk bid’ah serta perkara-perkara baru yang dimasukkan ke dalam agama”.[42]

    BalasHapus
  7. Imam Ahmad, pada zamannya dianggap dalam Jamaah walaupun keseorangan dalam menegakkan kebenaran, yang mana beliau mempertahankan kebenaran bahawa “Al-Quran itu adalah Kalamullah bukan makhluk”. Beliau ditentang oleh seluruh kadi, mufti dan Khalifah yang sudah rosak pemahamannya kerana meyakini bahawa al-Quran itu makhluk. Menurut pengertian dan hakikat Jamaah maka Imam Ahmad tetap dalam Jamaah kerana beliau berada di dalam kebenaran dan mempertahankannya. Dengan ini jelaslah bahawa kebenaran itu adalah al-Quran dan as-Sunnah. Al-Jamaah adalah sesiapa yang kembali kepada kebenaran (al-Quran dan as-Sunnah) mengikut manhaj para sahabat kerana para sahabat sentiasa memelihara dan mengikut kebenaran yang diturunkan kepada Rasullullah yang berupa al-Quran dan as-Sunnah. Allah berfirman:
    اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ.
    “Kebenaran itu dari Tuhanmu sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”.[23]
    Dari ayat inilah Ibn Qaiyim rahimahullah berpendirian bahawa Imam Ahmad rahimahullah adalah contoh ketabahan ulama yang mempertahankan Jamaah walaupun kebanyakan dari mereka telah menyeleweng. Ini ditegaskan oleh beliau dalam ucapannya:
    “Telah menyimpang manusia semuanya pada zaman Imam Ahmad bin Hambal kecuali beberapa orang sahaja yang masih dalam Jamaah. Dimana para kadi dimasa itu dan para mufti serta khalifah dan pengikut mereka semuanya telah menyimpang namun Imam Ahmad bersedirian dalam Jamaah”.[24]
    Antara penafsiran yang paling tepat (rajih) tentang “Jamaah” ialah:
    “Mereka yang tergolong dari kalangan sahabat kerana sentiasa di atas kebenaran, ahlinya dan golongan yang teramai (السواد الاعظم) mengikut fahaman salaf yang paling hak”.[25]
    Dengan ini sesiapa yang mengikut manhaj para sahabat dengan baik maka ia digolongkan sebagai al-Jamaah. Ada pun antara nama-nama jamaah yang diberikan namanya oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam ialah:
    1- Ahli al-Hadis atau Ahli al-Athar.[26]
    Digelar Ahli Hadis kerana beramal dan menyibukkan diri mereka dengan hadis Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam. Dan digelar Ahli Athar kerana mereka para sahabat Nabi yang paling memahami hadis, mengamalkan, paling mengetahui untuk membezakan antara yang hak dengan yang batil dan sentiasa berhujjah dengan hadis.
    Berkata Ibn Qaiyim rahimahullah:
    “Ahli Hadis adalah golongan yang paling benar sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Mubarak: Aku dapati agama berada pada ahli hadis, percekcokan pada golongan Muktazilah, pembohongan pada ar-Rafidhah dan banyak berhelah pada Ahli ar-Rakii”.[27]
    Berkata Abdul Qadir Jailani rahimahullah:
    “Sesungguhnya Ahli Sunnah, mereka tidak mempunyai nama kecuali nama yang satu iaitu Ashabul Hadis”.[28]
    2. Firqah an-Najiyah, Firqah al-Mansurah atau At-Taifah an-Najiyah, at-Taifah al-Mansurah. Berkata Ibn Taimiyah:
    “Apa yang dikatakan Firqah an-Najiyah ialah pengikut para sahabat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam. Ia adalah syiar (Ahli sunnah). Dinamakan Firqah an-Najiyah kerana mereka itu terdiri dari Ahli Sunnah”.[29]
    3. Ahli Ittiba’. Dinamakan Ahli Ittiba’ kerana berittiba’ (mentaati) al-Quran, as-Sunnah serta athar para sahabat.
    3. Al Guraba’ (الغرباء) bermaksud: “Golongan yang aneh, asing, luar biasa, dagang atau sedikit”:
    بَدَاَ اْلاِسْلاَمُ غَرِيْبًا سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأ فَطُوْبَى للغُرِبَاءِ.
    “Islam itu bermula dengan aneh maka akan kembali menjadi aneh maka berbahagialah orang yang aneh”.[30]
    عَنْ سُفْيَانِ الثَّوْرِيِّ اَنَّهُ قَالَ: اِسْتَوْصُوْا بِاَهْلِ السُّنَّةِ خَيْرًا فَاِنَّهُمْ غُرَبَاءُ
    “Sufyan ath-Thauri berkata: Berwasiatlah kepada Ahli Sunnah dengan kebaikan kerana mereka ghuraba”.

    BalasHapus
  8. “Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam tidak menjelaskan firqah (golongan) yang berjaya kecuali menunjukkan sifat mereka. Tidak dikatakan misalnya: “Aku dan sahabat ku”. Tetapi disebut sifatnya (manhajnya), iaitu: “Apa yang ada pada aku (seperti manhaj aku) dan para sahabatku”. Tidak diragukan lagi bahawa para sahabat termasuk apa yang disifatkan oleh baginda (tentang kesempurnaan manhajnya. Pent)”. [15]
    Beliau meneruskan lagi:
    “Ini bermakna kemenangan tidak dikhususkan kepada sesiapa yang telah berlalu sebaliknya meliputi setiap yang mendatangkan (mengikut/mencontohi) sifat-sifat golongan yang berjaya sehinggalah ke Hari Kiamat”.[16]
    Contoh Jamaah yang berjaya tentulah Jamaah Nabi dan para sahabat baginda sebagaimana disebut:
    اَلْجَمَاعَةُ : هِيَ الَّتِيْ عَلَى مِثْلِ مَا اَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَاَصْحَابِيْ
    “Al-Jamaah: Ia adalah yang berada di atas contoh (seperti) apa-apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya pada hari ini”.[17]
    Berkata Abu Syamah rahimahullah:
    “Setelah datang perintah agar sentiasa dalam jamaah maka yang dimaksudkan dengan jamaah ialah sentiasa komitmen (iltizam) mengikut kebenaran dan berjamaah, sekalipun yang berpegang dengan kebenaran itu sedikit dan yang menentangnya ramai. Kerana kebenaran yang sebagaimana pada jamaah pertama dari golongan para nabi dan para sahabat tidak pernah terkesan walaupun melihat kepada banyaknya ahli batil semasa atau selepas mereka”.[18]
    Kenyataan Abu Syamah amat bersesuaian dengan apa yang dijelaskan oleh Ibn Mas’ud radiallahu ‘anhu:
    اِنَّ جُمْهُوْر النَّاسِ فَارِقُوْا الْجَمَاعَة ،وَانَّ اَلْجَمَاعَة مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَاِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ.
    “Sesungguhnya kebanyakan manusia akan meninggalkan Jamaah, sesungguhnya Al-Jamaah ialah apabila mengikuti kebenaran sekalipun engkau hanya seorang diri (keseorangan).”[19]
    Berkata Abu Syamah rahimahullah:
    “Apabila telah datang perintah agar komitmen kepada al-Jamaah, yang dimaksudkan dengannya ialah beriltizam pada al-Hak (kebenaran) dan mengikutinya, walaupun yang berpegang kepada kebenaran amat sedikit, yang meninggalkannya amat banyak. Kerana kebenaran yang berada bersama pada Jamaah yang pertama bersama Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam serta para sahabat radiallahu ‘anhum tidak pernah melihat kepada ramainya ahli batil sesudah mereka”.[20]
    Berkata juga Naim bin Hammad:
    اَي اِذَا فَسَدَتِ الْجَمَاعَة ، فَعَلَيْكَ بِمَا كَانَتْ عَلَيْهِ الْجَمَاعَة قَبْلَ اَنْ تَفْسَدَ ، وَاِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ ، فَاِنَّكَ اَنْتَ الْجَمَاعَةَ حِيْنَئِذٍ.
    “Iaitu apabila telah rosak sekalian jamaah maka bagimu mengikut sebagaimana jamaah yang belum rosak sekalipun engkau seorang diri kerana bahawasanya engkau dikala itu dalam jamaah”.[21]
    Oleh yang demikian Ibnu Qaiyim berkata:
    “Keseluruhan manusia dizaman Imam Ahmad bin Hambal telah tergelincir hatinya (شذ) kecuali sedikit yang masih di atas kebenaran maka yang sedikit itulah yang dalam Jamaah. Yang diketika itu para kadi (gabenor/pembesar), para mufti dan Khalifah mereka semua telah tergelincir (akidah mereka) hanya Imam Ahmad seorang sahaja dalam Jamaah”.[22]

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. SIAPA AL JAMAAH ??
    JANGAN TERTIPU DENGAN FIRQOH YANG BERNAMA MERASA MENGAKU SEBAGAI AL JAMAAH
    Banyak orang/kelompok menyeru persatuan serta dalam rangka hidup berjamaah ..lalu merasa mengaku bahwa kelompoknyalah al jamaah seperti LDII, JAMAAH MUSLIMIN HIZBULLAH, KHILAFAH MUSLIMIN, AHMADIYAH, NII dan yang sejenis ....siapa yang tidak bergabung berbaiat pada imam kelompoknya berarti anti persatuan tidak mau hidup berjamaah sehingga kemudian ditetapkan mati jahiliyah atw bahkan ada yg menetapkan kafir ...bukankah AL JAMAAH adalah maa ana alaihi wa ashhabi ?? ..kepada merekalah kita bergabung ittiba bukan pada kelompok2 yg merasa mengaku sebagai al jamaah tersebut yang sejatinya firqoh yg menamai mengaku dirinya al jamaah

    PENGERTIAN AL-JAMAAH

    Al-Jamaah sebagai yang warid menurut pengistilahan Ahli Sunnah wal-Jamaah ialah: Makna Jamaah di segi bahasa: Dari kata جمع. Dikatakan: جمع المتفرقة “Menyatukan yang berpecah-belah”. Dan الجماعة ضد الفرقة “Jamaah lawannya berpecah-belah”.[1]
    Lafaz jamaah terdapat di beberapa hadis sahih, antaranya sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam:
    يَدُ الله مَعَ الْجَمَاعَة
    “Tangan Allah bersama Jamaah”.[2]
    كُلُّهَا فِى النَّارِ اِلاَّ الْجَمَاعَة
    “Semuanya di neraka kecuali satu iaitu jamaah”.[3]
    كُلُّهَا فِى النَّار اِلاَّ وَاحِدَة وَهِيَ الْجَمَاعَة.
    “Semuanya di neraka kecuali satu iaitu al-Jamaah”.[4]
    Al-Jamaah juga secara bahasa diambil dari kalimah (الجمع) al-Jam’u iaitu:
    Pertama: Al-Jamaah bermaksud:
    (1). Mengumpulkan atau menyatu-padukan yang berpecah-belah (bercerai-berai).[5]
    (2). Bersatu dan lawannya berpecah-belah.
    (3). Perkumpulan manusia yang bersatu untuk tujuan yang sama”.[6]
    Kedua: Golongan yang terbesar atau yang paling ramai (السواد الاعظم) dari kalangan umat Islam.[7] Termasuk juga para ahli ilmu, imam-imam mujtahid[8]dan para awliya.
    Ketiga: Golongan para ulama yang mujtahid.[9]
    Keempat: Setiap Umat Islam yang bersatu di bawah satu amir (pemerintah Islam).[10]
    Kelima: Secara khususnya ialah para sahabat Nabi Muhammad.[11] Pengertian ini diambil dari sabdanya:
    فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ
    “Hendaklah kamu kembali kepada sunnahku dan sunnah Khulafa ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk”.[12]
    Keenam: Setiap mukmin yang mengikut kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad[13] walaupun seorang diri sebagaimana athar sahih di bawah ini:
    اَلْجَمَاعَةُ : هِيَ الَّتِيْ مَا اَنَا عَلَيْهِ وَاَصْحَابِيْ
    “Al-Jamaah: Iaitu yang serupa dengan apa yang ada pada diriku dan para sahabatku”.[14]
    Berkata Imam Syatibi rahimahullah berkaitan hadis di atas:

    BalasHapus
  13. SIAPA AL JAMAAH ??
    JANGAN TERTIPU DENGAN FIRQOH YANG BERNAMA MERASA MENGAKU SEBAGAI AL JAMAAH
    Banyak orang/kelompok menyeru persatuan serta dalam rangka hidup berjamaah ..lalu merasa mengaku bahwa kelompoknyalah al jamaah seperti LDII, JAMAAH MUSLIMIN HIZBULLAH, KHILAFAH MUSLIMIN, AHMADIYAH, NII dan yang sejenis ....siapa yang tidak bergabung berbaiat pada imam kelompoknya berarti anti persatuan tidak mau hidup berjamaah sehingga kemudian ditetapkan mati jahiliyah atw bahkan ada yg menetapkan kafir ...bukankah AL JAMAAH adalah maa ana alaihi wa ashhabi ?? ..kepada merekalah kita bergabung ittiba bukan pada kelompok2 yg merasa mengaku sebagai al jamaah tersebut yang sejatinya firqoh yg menamai mengaku dirinya al jamaah

    PENGERTIAN AL-JAMAAH

    Al-Jamaah sebagai yang warid menurut pengistilahan Ahli Sunnah wal-Jamaah ialah: Makna Jamaah di segi bahasa: Dari kata جمع. Dikatakan: جمع المتفرقة “Menyatukan yang berpecah-belah”. Dan الجماعة ضد الفرقة “Jamaah lawannya berpecah-belah”.[1]
    Lafaz jamaah terdapat di beberapa hadis sahih, antaranya sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam:
    يَدُ الله مَعَ الْجَمَاعَة
    “Tangan Allah bersama Jamaah”.[2]
    كُلُّهَا فِى النَّارِ اِلاَّ الْجَمَاعَة
    “Semuanya di neraka kecuali satu iaitu jamaah”.[3]
    كُلُّهَا فِى النَّار اِلاَّ وَاحِدَة وَهِيَ الْجَمَاعَة.
    “Semuanya di neraka kecuali satu iaitu al-Jamaah”.[4]
    Al-Jamaah juga secara bahasa diambil dari kalimah (الجمع) al-Jam’u iaitu:
    Pertama: Al-Jamaah bermaksud:
    (1). Mengumpulkan atau menyatu-padukan yang berpecah-belah (bercerai-berai).[5]
    (2). Bersatu dan lawannya berpecah-belah.
    (3). Perkumpulan manusia yang bersatu untuk tujuan yang sama”.[6]
    Kedua: Golongan yang terbesar atau yang paling ramai (السواد الاعظم) dari kalangan umat Islam.[7] Termasuk juga para ahli ilmu, imam-imam mujtahid[8]dan para awliya.
    Ketiga: Golongan para ulama yang mujtahid.[9]
    Keempat: Setiap Umat Islam yang bersatu di bawah satu amir (pemerintah Islam).[10]
    Kelima: Secara khususnya ialah para sahabat Nabi Muhammad.[11] Pengertian ini diambil dari sabdanya:
    فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ
    “Hendaklah kamu kembali kepada sunnahku dan sunnah Khulafa ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk”.[12]
    Keenam: Setiap mukmin yang mengikut kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad[13] walaupun seorang diri sebagaimana athar sahih di bawah ini:
    اَلْجَمَاعَةُ : هِيَ الَّتِيْ مَا اَنَا عَلَيْهِ وَاَصْحَابِيْ
    “Al-Jamaah: Iaitu yang serupa dengan apa yang ada pada diriku dan para sahabatku”.[14]
    Berkata Imam Syatibi rahimahullah berkaitan hadis di atas:

    BalasHapus